fbpx
https://www.dezeen.com/2020/03/30/mvrdv-shenzhen-terraces-shimao-shenkong-international-centre/#

URfriend: Aplikasi Pembantu Tunanetra Berbasis Internet of Things (IoT) dan Konsep Smart City Guna Menyelaraskan Komunitas yang Produktif

Transformasi teknologi yang semakin canggih mendorong kebutuhan manusia lebih positif dan efektif secara signifikan di berbagai aspek kehidupan. Pertumbuhan ini semakin terus berinovasi dan bermanfaat untuk kesetaraan di setiap latar belakang yang ada, termasuk penyandang disabilitas. Menurut World Health Organization (WHO), saat ini ada sekitar 1,3 miliar atau 16% dari populasi berstatus sebagai penyandang disabilitas. [1]Di Indonesia itu sendiri ada sekitar 16,5 juta orang penyandang disabilitas, yang terdiri dari 7,6 juta laki-laki dan 8,9 juta perempuan. [2]Dengan angka yang tidak sedikit, penyandang disabilitas bahkan belum mendapat kesempatan yang sama dalam berpartisipasi di berbagai hak yang seharusnya diterima seluruh masyarakat. WHO menyatakan bahwa ada fasilitas kesehatan yang tidak dapat diakses hingga 6 kali lebih sulit bagi penyandang disabilitas dan penyandang disabilitas menemukan transportasi yang tidak dapat diakses dan terjangkau 15 kali lebih sulit daripada mereka yang tidak memiliki disabilitas. Jika permasalahan ini tidak pernah dimulai untuk diatasi, target Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030, khususnya SDG 11 yang mengejar tujuan dalam mengurangi kesenjangan.

Melalui permasalahan tersebut, beberapa negara turut membuka tangan dalam mengembangkan inovasi yang bisa dipakai oleh seluruh masyarakat yang tinggal di suatu kota, yakni Smart City atau kota cerdas. Smart City adalah sebuah konsep kota yang dirancang dengan banyak sensor untuk mengumpulkan daya elektronik dari orang dan infrastruktur untuk meningkatka efisiensi dan kualitas hidup hidup. Smart City didasari dengan jaringan sensor, objek yang terhubung, dan sistem manajemen data yang dapat terhubung melalui akses aplikasi dengan layanan kota dan aktivitas sehari-hari. Smart City juga menekankan efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan yang memperluas pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang hidup dengan disabilitas. Perencanaan kota yang melibatkan kesetaraan termasuk terhadap penyandang disabilitas akan meminimalkan hambatan aksesibilitas dan mendorong inklusi. Kesempatan inilah yang menjadikan para penyandang disabilitas untuk bersatu dengan orang di sekitarnya dengan tujuan mencapai kesehahteraan.

Untuk menyatukan normalisasi di tengah masyarakat, Smart City dapat mendukung kebutuhan penyandang disabilitas, khususnya dalam mobilitas yang diinovasikan menjadi smart mobility atau mobilitas pintar. Pada pusat kota yang terdapat pusat perbelanjaan dan pemerintahan, penyandang disabilitas dapat dipermudah dengan smart alarm yang menjadi penuntun mobilitas penyandang disabilitas sesuai dengan kebutuhan fisik yang dialami. Melalui Internet of Things (IoT), fasilitas yang terhubung pada konsep smart city dapat dipermudah melalui aplikasi pada gawai yang dipakai oleh penyandang disabilitas, yaitu URfriend, aplikasi berbasis IoT untuk masyarakat tunanetra yang terhubung dengan fasilitas smart city.

Di abad modernisasi ini, gawai yang terhubung dengan internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia, termasuk penyandang disabilitas, yakni menurut studi, terdapat 59,6% penyandang disabilitas yang terakses dengan internet. [3]Kebutuhan internet ini akan terus meningkat dan berkembang seiring dengan kompleksitas pekerjaan manusia yang bertujuan untuk meraih kinerja yang efektif dan efisien. Namun, tidak banyak internet yang tersedia memberikan kesempatan yang sama bagi penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dengan komunitas di smart city. Oleh karena itu, URfriend menjadi jawaban bagi masyarakat tunatera untuk terhubung dengan komunitas smart city. Berkat mitra Google dengan organisasi nonprofit ALS Therapy Development Institute dan ALS Residence Initiative (ALSRI), rekaman suara dari masyarakat yang memiliki penyakit neurodegeneratif, kesulitan berbicara, dan mobilitas yang parah dapat memberikan sumbangan suara untuk melengkapi kebutuhan aplikasi ini.

Pada fitur aplikasi ini, pengguna akan memulai dengan menyapa, “Halo!” melalui fitur automatic voice yang diadaptasi dari Google Voice. Setelah mendapat perintah pengguna, fitur aplikasi ini akan menjawab dengan, “Ada yang bisa kami bantu? Kami memfasilitasi tujuan tempat, pencarian informasi, pengantar makanan dan minuman, serta transportasi darat di kota ini.” Setelah itu, pengguna akan menjawab salah satu tujuan yang ingin dilakukan secara detail sesuai dengan informasi yang telah tersedia di aplikasi tersebut. Jika perintah yang ingin dituju oleh pengguna tidak tersedia, maka aplikasi ini akan menjawab, “Maaf, perintah yang diberikan tidak tersedia. Silahkan coba lagi.” Waktu yang diperlukan aplikasi untuk mencari perintah yang dituju oleh pengguna tergantung dengan kesulitan informasi, jarak, dan waktu yang ditempuh.

Pada perintah tujuan tempat, aplikasi akan membawa pengguna tunatera untuk berjalan menuju tempat yang ingin dituju. Untuk membantu mobilitas pengguna, internet akan menghubungkan Global Positioning System (GPS) pada GoogleMaps yang dijalankan oleh aplikasi dengan keadaan sekitar atau fasilias – fasilitas yang terdapat pada smart city. Koneksi ini akan membantu pengguna tunatera dengan rentang jarak 50 meter dengan kondisi yang ada di depannya untuk mengurangi risiko kecelakaan atau keterhambatan waktu. Keadaan ini juga akan terus diperbaharui dengan koneksi CCTV yang tersedia di sekitar kota sehingga Artificial Inteligence (AI) dapat terhubung dengan GPS untuk memberi perintah tentang keadaan aman atau bahaya yang terjadi di depan pengguna. AI akan mendasari program dengan membagi jalan menjadi petak dan menggunakan informasi dari petak di sekitarnya untuk mengetahui tata letak jalan. AI akan menerapkan adaptasi konsep satelit sehingga menghasilkan sistem dengan tingkat akurasi yang tinggi dengan detail tambahan pada kondisi lingkungan yang bersangkutan.

Pada perintah pencarian informasi, aplikasi akan terhubung dengan Google melalui fitur Google Voice. Secara spesifik, informasi yang dapat dicari oleh pengguna adalah berita terbaru, pengetahuan umum, pengguna sosial media secara umum, dan siaran hiburan, seperti musik dan film. Pengguna tidak dapat mencari informasi pribadi karena akan menentang ketentuan privasi pada aplikasi ini. Oleh karena itu, perintah ini bekerja seperti biasa sebagaimana aplikasi Google bekerja.

Pada perintah pengantar makanan-minuman, URfriend akan bekerja sama dengan aplikasi atau website pengantar makanan yang ada di negara tersebut. Pada fitur ini, aplikasi akan mempertanyakan dua pilihan, yakni, “makanan atau minuman?” dan pengguna akan menjawab salah satunya. Setelah itu aplikasi akan mempertanyakan, “Ingin makan apa?” dan pengguna akan menjawab jenis makanan. Jika jenis makanan sedang tidak ada, aplikasi akan merespon, “pilihan anda sedang tidak ada, silahkan cari menu lain.” Dan aplikasi akan membawa pengguna kepada pencarian makanan kembali. Setelah memilih jenis makanan yang sudah tersedia, aplikasi akan menyebutkan nama tempat yang tersedia dengan pilihan makanan tersebut dengan harganya. Pengguna pun memilih pilihan makanan yang disebutkan dan aplikasi menjawab, “pembayaran online atau offline?” dan pengguna menjawab sesuai dengan jenis pembayaran.

Pada perintah terakhir, pengguna dapat meminta fasilitas transportasi yang tersedia di kota tersebut denga pilihan motor atau mobil. Fitur ini juga bekerja sama dengan aplikasi atau website transportasi yang dipesan secara online. Pertama, aplikasi akan mempertanyakan tujuan tempat pengguna, “Sebutkan jenis tempat yang ingin dituju” setelah itu aplikasi akan memberitahukan nama-nama tempat yang tersedia dengan jenis tempat tersebut dengan penjelasan jaraknya. Setelah pengguna memilih, transportasi akan diantar sesuai dengan alamat pengguna melalui koneksi GPS dengan supir penjemput.

Transaksi digital yang terjadi pada aplikasi ini akan salurkan kepada aplikasi URfriend melalui pajak. Melalui kolaborasi bisnis antar perusahaan, para pengusaha dan pekerja dapat saling berbagi dan mendorong kreativitas untuk menciptakan inovasi baru yang dapat menjangkau dan meningkatkan minat serta kebutuhan pelanggan. Kolaborasi bisnis juga dapat menguatkan ketahanan profit antar perusahaan sehingga dapat mempertahankan perekonomian negara dengan adanya kerja sama yang saling menopang untuk saling memberi solutif agar kedua perusahaan tetap bangkit sehingga hasil yang didapat menjadi dua kali lipat.

Selain membuahkan perekonomian yang positif, ­konsep smart city memberikan pengaruh besar terhadap tujuan SDG 11, yakni kota dan pemukiman yang berkelanjutan dengan mengedepankan sistem yang aman, mudah diakses oleh setiap kondisi masyarakat, terutama penyandang disabilitas. Melalui pengaruh IoT dan jaringan informasi yang memadai, pembangunan negara dapat berkembang dan mencapai keberlanjutan dengan efektif. Selain itu, dengan menyatukan penyandang disabilitas bersama komunitas, kesenjangan antar masyarakat semakin berkurang sehingga terhindarnya konflik yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan potensi generasi yang akan datang.

Namun, pembuatan smart city masih disimpulkan sangat terbatas khususnya pada negara dengan status perkonomian menengah ke bawah karena membutuhkan biaya yang besar dan keahlian petugas yang tinggi. Tantangan itu akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyetarakan konsep pembangunan berkelanjutan yang dapat dipakai oleh setiap masyarakat. Dengan begitu, diperlukan keahlian generasi saat ini untuk mengembangkan inovasi yang dapat menjangkau seluruh komunitas melalui pengetahuan teknologi.

REFERENSI

Gervais, Zoe. 2021. Disability as an Innovation Driver for the Smart City. Diakses pada 8 Januari 2023 melalui https://www.inclusivecitymaker.com/disability-innovation-driver-smart-city/

Wagner, Lise. 2022. How Can a Smart City Make Life Easier for People with Disabilities? Diakses pada 8 Januari 2023 melalui https://www.inclusivecitymaker.com/how-can-a-smart-city-make-life-easier-for-people-with-disabilities/

Raed A. Salha, dkk. 2020. Towards Smart, Sustainable, Accessible and Inclusive City for Persons with Disability by Taking into Account Checklists Tools. Diakses pada 8 Januari 2023 melalui https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=102526

National Geographic. Smart Cities. Diakses pada 9 Januari 2023 melalui https://education.nationalgeographic.org/resource/smart-cities

Martinez, Carole. 2022. How Does a Blind Person Use Their Smartphone to Improve Their Mobility? Diakses pada 10 Januari 2023 melalui https://www.inclusivecitymaker.com/blind-smartphone-mobility/

Nield, David. 2020. GPS system upgrade utilizes AI to make sure you’re in the right lane. Diakses. Diakses pada 12 Januari 2023 melalui https://newatlas.com/technology/gps-system-ai-upgrade/#:~:text=The%20AI%20underpinning%20the%20program,human%20intervention%20along%20the%20way

Umoh, Ruth. 2019. How Google Is Using AI To Make Voice Recognition Work For People With Disabilities. Diakses pada 12 Januari 2023 melalui https://www.forbes.com/sites/ruthumoh/2019/06/10/how-google-is-using-ai-to-make-voice-recognition-work-for-the-disabled/?sh=737b44943c3e