ruang aman bagi perempuan dan perlindungan terhadap korban kekerasan ༊*·˚
↳ ❝ [by chellnft] ¡! ❞
disini kita membahas tentang sistem perangkat hukum yang lalai dan dampaknya, kekerasan berbasis genre daring / online, pernikahan anak dibawah umur, pola pikir konstruksi sosial, kesetaraan gender, dll
klik artikel ini untuk info lebih lanjut
Pariwisata memiliki peran penting tidak hanya dari segi ekonomi dan sosial namun juga ilmu yang mesti dilestarikan. Jika dikala pandemi kawasan wisata budaya tidak dilestarikan maka akan ada konsekuensi nilai sejarah dari kawasan tersebut akan hilang. Disisi lain akibat pandemi Covid-19 menyebabkan banyak pelaku wisata kehilangan mata pencaharian. Oleh karena itu tiap-tiap negara memiliki kebijakan masing-masing agar pariwisata tetap berkelanjutan di kala wabah saat ini. Salah satunya di Italia yang menerapkan kebijakan Decree-Law no.44. Sedangkan di Indonesia menerapkan kebijakan CHSE [Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability] dikawasan umum, guna pariwisata tetap berjalan tetapi juga meminimalisir penyebaran Covid-19.
Pandemi dapat dijadikan momen untuk meningkatkan kualitas pariwisata di Indonesia menjadi wisata yang berkelanjutan dan inklusif. Live in menjadi salah satu konsep wisata berkelanjutan di desa
Lampung merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman etnis di dalamnya. Hal ini terjadi seiring dengan transmigrasi yang dilakukan oleh masyarakat pendatang sejak zaman dahulu. Semboyan Sang Bumi Ruwa Jurai merupakan pilar dalam menjaga kerukunan antar-etnis di Lampung. Namun, mampukah Lampung menjaga keanekaragamannya tanpa konflik dan kehilangan budaya aslinya? Temukan jawabannya dalam artikel ini!
Seringkali terlintas dalam benak saya mengenai hal yang menyebabkan munculnya tindakan diskriminasi terhadap suatu individu atau kelompok. Hasil dari kontemplasi tersebut, saya menemukan jawaban mengenai penyebab munculnya diskriminasi yaitu, kedigdayaan subjektivitas dan rasa superioritas diatas manusia lainnya – baik itu dari segi ekonomi, sosial, budaya, ras, dan sebagainya. Kedua hal tersebut memicu rasa keangkuhan dalam diri seseorang, sehingga merasa dirinya lebih “tinggi” dari orang lain. Dengan begitu mereka bisa bertindak sesuai dengan keinginan mereka.