Sabilla Cahya Sabilla Mahasiswa 0shares Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More Indonesia adalah salah satu negara yang sangat terkenal akan keindahan pariwisatanya. Mulai dari surga bawah lautnya hingga keindahan alam dari puncak pegunungan. ” Indonesia is not just a wonderful, Indonesia is a wonderland” dalam lagu Wonderland Indonesia karya Alffy Rev, kalimat ini memang membuktikan Indonesia memiliki keindahan alam yang luar biasa dan siapapun pasti ingin berkeliling ke seluruh pelosok negeri. Namun, pandemi covid-19 ini berdampak besar pada pariwisata dan mampu menurunkan pendapatan daerah. Saya tinggal di Sanggau, Kalimantan Barat. Di daerah saya, banyak sekali tempat wisata air terjun yang sangat memanjakan mata. Saat duduk di bangku SMP saya mengikuti ekstrakurikuler pramuka, disini saya mulai mengetahui kekayaan alam daerah saya. Menelusuri hutan berjam-jam demi menemukan harta karun tersembunyi. Memang benar kata orang tua, semakin kita mencari ke dalam maka kita akan semakin banyak menemukan hal-hal ajaib di dalamnya. Salah satu air terjun favorit saya adalah Riam Segole yang letaknya kurang lebih 3,5 KM dari titik kota. Perjalanan tidak hanya melewati hutan tetapi saya juga harus menghadapi track yang cukup sulit, seperti menuruni tebing menggunakan tali tambang dan menyebrang danau dengan jembatan tali. Tapi keringat cukup terbayarkan setelah melihat keindahan Riam Segole, memiliki 3 tingkat air terjun dan tidak terlalu tinggi cocok untuk bermain arung jeram. Kabupaten Sanggau juga memiliki Riam-Riam seperti ini dan sangat cocok untuk menikmati liburan bersama keluarga di akhir pekan. Tetapi ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya saat mengunjungi beberapa Riam seperti : 1. Kurangnya tempat sampah yang mengakibatkan riam menjadi kumuh dan tidak enak di pandang. 2. Track/perjalanan masih jauh dari kata layak, banyak jalan berlumpur dan membahayakan wisatawan. 3. Toilet kotor dan membuat wisatawan kurang nyaman. 4. Saat pandemi beberapa lokasi Riam tidak membatasi jumlah wisatawan yang masuk. Saya memiliki beberapa ide dan saran yang mungkin bisa diterapkan kedepannya terutama di daerah yang memiliki banyak Riam seperti daerah saya. 1. Untuk tempat sampah, diharapkan tiap pondok memiliki 1 tempat sampah yang diberi kantong plastik dan dinas yang berperan dapat mengangkut setiap pagi saat wisatawan belum ada yang datang. Apabila ada yang membuang sampah sembarangan wajib dikenai denda sesuai peraturan yang berlaku. 2. Untuk track, diharapkan pemerintah setempat dan masyarakat yang tinggal di daerah tempat wisata dapat bergotong royong memperbaiki jalanan yang rusak dan rajin mengadakan kerja bakti minimal 1 kali dalam sebulan untuk merapikan tanaman liar sekitar jalanan. 3. Toilet kotor ini dapat dibersihkan dan di tata dengan rapi melalui anak-anak sekolah yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam dan juga pramuka, ini pernah saya lakukan bersama teman-teman pramuka untuk menjaga kenyamanan tempat wisata. 4. Seharusnya di gerbang masuk area wisata terdapat pos penjagaan yang khusus mengatur jumlah masuk wisatawan, saat awal pandemi saya memberikan ide ini kepada ayah saya selaku orang yang berkerja di dinas pariwisata, dan ini cukup menekan keramaian yang tidak diinginkan. Waktu masuk Riam dibagi menjadi 2 sesi dan setiap wisatawan harus menaatinya. Sesi 1 = pukul 9.00 – 12.00 dengan 60 orang termasuk anak kecil. Sesi 2 = 12. 30 – 15.30 dengan 60 orang termasuk anak kecil. Dan tempat wisata dibuka hanya hari jumat-minggu. Saya juga memperhatikan tempat wisata puncak yang berada di beberapa kota di Kalimantan Barat yang pernah saya datangi. Beberapa permasalahan tidak jauh berbeda dari tempat wisata perairan. Tapi yang menjadi fokus saya adalah tempat spot foto yang seharusnya tidak perlu diadakan. Bagi beberapa orang, mereka membutuhkan tempat wisata yang memang menyajikan keindahan alam yang murni dan tidak merubah keasliannya. Namun, spot foto seperti bentuk love, pagar warna-warni dan lainnya itu menjadikan tempat yang awalnya cantik apabila di foto menjadi seperti taman kanak-kanak. Tidak masalah apabila ada spot foto tetapi alangkah baiknya jika memerhatikan tempat-tempat yang cocok diberikan dan tidak cocok diberikan, saya juga melihat wisatawan kurang mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak padahal tempat wisata sudah memberikan imbauan kepada pengunjung. Berdasarkan hal tersebut, saya berharap kedepannya petugas dapat memberikan sanksi tegas bagi pelanggar seperti menyapu di area jalan tempat wisata, sanksi ini tidak hanya memberikan efek jera tetapi juga dapat membantu menjaga kebersihan area tempat wisata. Saya berharap dengan beberapa ide dan saran dapat membantu kita dalam memperbaiki pariwisata Indonesia kedepannya, karena apabila tidak di dukung dengan pelayanan yang baik maka pariwisata kita tidak akan mampu menyaingi negara-negara lain yang bisa menyajikan keindahan alam dengan memerhatikan pelayanan yang layak untuk wisatawannya. Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada pemerintah atau orang-orang yang memiliki kemampuan tetapi juga ditujukan kepada teman-teman generasi Z di seluruh Indonesia untuk membantu menyukseskan Indonesia unggul dengan pariwisatanya. Jika bukan kita yang bergerak siapa lagi ?.
Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More