Magda Jeane Bera 0shares Cipta, Karya, Karsa: Menempatkan Industri Kreatif Sebagai New Engine of Economic Growth Read More Sustainable Development Goal (SDG) telah memberi peta untuk mempertahankan peradaban manusia yang layak dan bermartabat di masa depan. Bumi kita sedang mendidih karena pemanasan global. Jika kondisi kerusakan alam semakin parah dengan kecepatan yang kita alami sekarang, tidak lama lagi bumi akan menjadi tempat yang tidak layak untuk dihuni. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan hanya akan jadi angan-angan belaka. Setiap individu bertanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan bumi dan sumberdaya alamnya. Karena generasi-generasi penerus di masa depan juga berhak untuk hidup dengan layak dan merasakan kekayaan alam di bumi. Ada ketidakselarasan antara keinginan manusia untuk terus berkembang dengan upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya kehidupan di bumi. Selama ini manusia berlebihan mengambil dari alam. Jika ditelusuri, maka akar dari permasalahan ini adalah kesalahan paradigma dari pembangunan yang antroposentris. Pandangan yang membuat manusia merasa berhak dan berkuasa atas alam ini. Pemikiran ini telah membawa bumi ke jurang kehancuran ekologis. Kita perlu mengubah cara padang antroposentris yang telah menjadi “_Business as Usual”_ . Kita hidup di era informasi dan ilmu pengetahuan yang melimpah dan berubah dengan sangat cepat. Sains dan teknologi juga berkembang dengan sangat pesat. Ironisnya, bahkan dengan kelimpahan ini kita masih kesulitan menghentikan kerusakan alam yang terjadi. Karena itu _Sustainable Development Goal_ ke-4 menekankan pentingnya pendidikan berkualitas yang mementingkan kemampuan literasi membaca dan numerik. Hal ini untuk membentuk karakter siswa dengan daya nalar yang baik yang mampu berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis yang akan membantu generasi mendatang untuk berpikir jangka panjang. Selain itu, Pendidikan juga perlu berfokus membangun karakter pelajar. Nilai-nilai kecerdasan ekologis juga perlu menjadi bagian dalam pendidikan generasi mendatang. Kecerdasan ekologis adalah kemampuan untuk peka merespon keadaan di lingkungan sekitar, serta memahami lingkungan hidup sebagai suatu sistem kompleks yang mendukung kehidupan manusia. Ini adalah kecerdasan yang menjadi penting dan menjadi modal utama dalam rencana pembangunan berkelanjutan. Generasi muda yang dibekali kecerdasan ekologis yang akan memiliki perspektif yang lebih luas dalam memandang persoalan. Pemimpin masa depan dengan wawasan ekologis serta daya nalar yang baik akan memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan cara yang inovatif dan kreatif. Diharapkan generasi mendatang akan menghasilkan buah berupa inovasi hijau untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi umat manusia di berbagai sektor. Dengan kacamata ekologis, mereka bisa memandang lingkungan alam bukan untuk di dikuasai dan dieksploitasi. Tapi sebagai rumah dengan segala isinya yang perlu dilestarikan dan diajak bekerja sama untuk kemajuan bersama. Ekonomi hijau adalah konsep pembangunan ekonomi yang mendukung kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, dengan tetap mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan sumber daya. Ini adalah model ekonomi yang berkelanjutan dan sirkuler. Penggunaan sumberdaya alam dan energi dimanfaatkan seefisien mungkin agar tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Inilah inti dari ekonomi sirkuler. Maka itu Sustainable Development Goal ke-8 menggarisbawahi pentingnya meningkatkan produktivitas ekonomi dengan meningkatkan inovasi teknologi di berbagai sektor. Perkembangan teknologi yang efisien dalam penggunaan sumber daya alam dan energi dapat mendukung tercapainya kegiatan ekonomi sirkuler yang minim jejak lingkungan dan tidak merusak, namun tetap menjadi sistem yang mensejahterakan manusia. Diperlukan cara-cara baru dengan perspektif berbeda dalam memandang rencana pembangunan kedepan yang akan menjawab tantangan permasalahan pembangunan manusia dan infrastruktur masa depan. Inovasi yang dilakukan dengan kacamata ekologis akan menjadi pendorong kemajuan ekonomi hijau yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi sumber-sumber energi yang terbarukan yang minim dampak lingkungannya. Hal ini sejalan dengan yang dicita-citakan _Sustainable Development Goal ke-9, yaitu perkembangan industri, inovasi dan infrastruktur yang berkelanjutan pada tahun 2030. Dengan peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya dan adopsi teknologi ramah lingkungan untuk mencapai proses industri yang bersih, diharapkan sistem ekonomi dan industri yang dibutuhkan manusia dapat tetap berjalan. Cita-cita keberlanjutan oini membutuhkan kolaborasi seluruh warga dunia. Bahkan sektor pendidikan, ekonomi dan infrastruktur juga saling terkait satu sama lain sehingga perlu bersinergi. Pendidikan karakter yang berwawasan ekologis akan menjadi fondasi bagi generasi mendatang untuk menjalankan kegiatan ekonomi sirkuler dan pembangunan yang berkelanjutan. Mereka akan mampu tetap bertahan hidup di bumi dengan industri yang produktif, dan beretika lingkungan. Pandangan hidup yang selaras dengan alam akan melahirkan pembangunan berkelanjutan layaknya alam yang terus berkembang dengan keharmonisannya. Manusia diberkahi dengan akal budi dan pikiran untuk belajar dari kesalahan dan terus berusaha memperbaiki diri. Dengan perspektif pembangunan yang holistik serta usaha kolektif bersama seluruh dunia, pembangunan berkelanjutan demi kehidupan manusia di masa kini dan masa depan yang bermartabat pasti dapat terwujud.