fbpx

Keluarga Sebagai Pondasi Indonesia Emas 2045

Kondisi Orang Tua Saat Ini Terhadap Pendidikan Anak di Indonesia

Rumah adalah sekolah pertama bagi anak. Di rumah-lah pendidikan pertama dilakukan” – Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd.

Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya mencapai kemajuan ekonomi berkelanjutan, namun generasi mudanya masih tumbuh dalam kebingungan, tanpa fondasi karakter dan mental yang kuat. Sama halnya seperti menanam pohon di tanah yang tandus, seberapa sering pun kita menyiramnya, tanpa akar yang kuat dan tanah yang subur, pohon itu takkan tumbuh besar dan kokoh. Hal ini menjadi analogi terhadap kondisi saat ini, dimana institusi pendidikan berlomba-lomba menyusun sebuah kurikulum pendidikan yang dapat mencetak generasi berdaya saing tinggi. Namun sayangnya, ada yang terlupakan, bahwa pendidikan pertama dan utama tidak berasal dari sekolah, melainkan dari rumah.

Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Di rumah, anak-anak belajar tentang nilai-nilai, kebiasaan, dan sikap yang membentuk pondasi mereka dalam memahami dunia. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak memahami peran krusial ini. Mereka lebih banyak menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada sekolah, tanpa menyadari bahwa anak-anak mereka menghabiskan lebih banyak waktu di rumah daripada di ruang kelas. Jika rata-rata waktu sekolah dimulai pada pukul 07.00 – 15.00 dengan total waktu 8 jam, maka dalam 1 hari seorang anak menghabiskan kurang lebih 30% waktunya di sekolah dan 70% sisanya luar sekolah salah satunya rumah, dari sinilah masalah mulai timbul. Ketika orang tua tidak terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak mereka, atau tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang cara mendidik, berkomunikasi hingga melakukan monitoring terhadap tumbuh kembang anak, maka terbentuklah jurang antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal di rumah.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, memerlukan lebih dari sekadar kurikulum pendidikan formal yang bagus untuk menciptakan generasi unggul. Dibutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan orang tua sebagai “guru” pertama anak-anak. Sayangnya, hingga saat ini, masih banyak orang tua yang kurang memahami pentingnya sinergi antara pendidikan formal dan peran mereka di rumah. Hal ini menjadi tantangan besar bagi upaya Indonesia dalam membentuk generasi yang mampu bersaing di kancah global. Menurut data Nestle Health Science, perkembangan otak anak terjadi sejak di dalam kandungan dan periode golden age seorang anak dimulai sejak ia lahir hingga berusia 5 tahun, karena pada fase itu perkembangan otak sangat pesat, sehingga  pada fase ini, anak-anak menyerap informasi dari lingkungan sekitar mereka, terutama dari interaksi dengan orang tua. Jika orang tua tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai parenting, maka anak-anak berisiko tumbuh tanpa fondasi pendidikan yang kuat, baik dari segi kognitif maupun emosional. Akibatnya, mereka akan kesulitan beradaptasi dengan tuntutan pendidikan formal maupun dinamika kehidupan sosial dan ekonomi di masa depan. Namun, kenyataannya, banyak orang tua di Indonesia yang belum memahami sepenuhnya peran penting mereka dalam pendidikan anak.

Saatnya Membentuk Generasi Smart Parents

Inilah saatnya untuk melakukan perubahan dengan menciptakan program pendidikan parenting yang tidak hanya bersifat opsional, melainkan dirancang menjadi program pendidikan parenting yang komprehensif. Program tersebut dapat diwajibkan sebagai bagian dari persiapan pernikahan atau sebagai pelatihan berkelanjutan bagi orang tua dengan anak usia dini, dimana para orang tua atau calon orang tua dapat diberikan edukasi terkait pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak, kecerdasan emosional, stimulasi perkembangan otak usia dini, positif parenting, mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak, konflik manajemen dan  masih banyak lagi.

Integrasi Inovasi Terhadap Pemerintah dan SDGs Value

Saya meyakini bahwa, bergerak tanpa adanya dukungan dari kebijakan pemerintah, suatu perubahan atau inovasi akan sulit untuk dicapai, itulah mengapa program ini perlu adanya sinergi pergerakan bersama para kementrian seperti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), dan Kementerian Kesehatan hingga para mitra yang nantinya dapat berkolaborasi dan bersinergi untuk mendukung program tersebut. Dengan dukungan dari berbagai kementerian dan mitra/lembaga terkait, harapannya program ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia, hingga ke pelosok-pelosok negeri, memastikan bahwa setiap keluarga memiliki akses untuk mendidik dan membentuk generasi berkualitas yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Kualitas pendidikan parenting tidak hanya berdampak pada perkembangan anak secara individu, tetapi juga memiliki implikasi besar bagi ekonomi negara. Melalui pengasuhan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan. Dalam konteks ini, tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) nomor 4, 8, dan 9 saling berkaitan erat. SDG nomor 4 yang mengutamakan pendidikan berkualitas mencakup tidak hanya pendidikan di sekolah, tetapi juga pendidikan yang dimulai di rumah. Orang tua yang teredukasi dalam hal parenting akan mampu memberikan pendidikan berkualitas kepada anak-anak mereka, mempersiapkan mereka untuk menjadi sumber daya manusia yang siap menghadapi persaingan global. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan budaya Literasi Rumah Tangga, dimana Orang tua diberikan pelatihan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran di rumah, seperti membiasakan kegiatan membaca, menyusun rutinitas belajar, dan menyediakan akses ke sumber-sumber pendidikan (buku, alat tulis, perangkat digital yang sesuai)

Selanjutnya, SDG nomor 8 mengenai pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, akan terwujud ketika generasi muda yang lahir dari lingkungan keluarga yang mendukung dapat berkontribusi secara positif di dunia kerja. Salah satuya melalui edukasi terkait Pengembangan Keterampilan Hidup Sejak Dini, dimana orang tua diajarikann edukasi terkait bagaimana mengajarkan keterampilan hidup dasar kepada anak-anak mereka, seperti pengelolaan keuangan sederhana (misalnya menabung uang jajan), kerja tim melalui permainan interaktif, serta mengembangkan sikap tanggung jawab.

Terakhir, SDG nomor 9 yang mencakup industri, inovasi, dan infrastruktur dapat tercapai ketika generasi muda yang terdidik dengan baik memiliki akses dan kemampuan untuk mengembangkan industri serta menciptakan inovasi baru yaitu dengan mendorong kreativitas dan inovasi teknologi di rumah. Dalam hal ini Orang tua dilatih untuk menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas anak, misalnya dengan membiarkan mereka bereksperimen menggunakan teknologi sederhana (seperti perangkat STEM untuk anak-anak, mainan sains, atau robotik sederhana) serta memberikan akses ke alat-alat kreatif (seperti lego, cat, atau bahan daur ulang untuk proyek inovasi). Orang tua juga didorong untuk mendorong anak-anak berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

Program pendidikan parenting yang terintegrasi dengan kurikulum formal bisa menjadi solusi yang efektif dalam membentuk generasi penerus yang tangguh dan inovatif. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dapat memimpin dalam merancang program parenting ini, dengan dukungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) yang memiliki fokus pada kesejahteraan keluarga dan anak. Sementara itu, Kementerian Kesehatan berperan dalam memberikan pendidikan terkait kesehatan fisik dan mental, terutama untuk pasangan muda yang baru menikah atau akan menjadi orang tua.

Program ini dapat diwajibkan sebagai bagian dari persiapan pernikahan atau sebagai program berkelanjutan bagi orang tua dengan anak-anak di usia dini. Selain itu, program ini harus diakses oleh semua lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun di daerah pelosok. Dengan memanfaatkan teknologi dan pendekatan digital, program ini dapat disebarkan secara luas melalui aplikasi, webinar, atau program TV edukatif. Pemerintah juga perlu bekerja sama dengan sektor swasta, seperti perusahaan teknologi atau lembaga nonprofit, untuk mendukung penyebaran informasi dan pelatihan. Ketika orang tua mendapatkan bekal pendidikan yang baik, mereka akan mampu mendidik anak-anak mereka dengan lebih efektif. Ini bukan hanya soal mencetak anak-anak yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang memiliki karakter kuat, kemampuan berpikir kritis, serta empati sosial yang tinggi. Investasi dalam pendidikan parenting akan memberikan dampak jangka panjang bagi kemajuan bangsa.

Jika kita melihat negara-negara maju, mereka tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga memberikan perhatian besar pada pendidikan keluarga. Di negara-negara Skandinavia, misalnya, program parenting menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan nasional. Hasilnya, mereka mampu mencetak generasi muda yang kreatif, inovatif, dan memiliki kesadaran tinggi terhadap tanggung jawab sosial dan ekonomi. Indonesia dapat mencontoh pendekatan ini dengan merancang program pendidikan parenting yang komprehensif dan terintegrasi. Dengan program ini, kita dapat membangun generasi penerus yang tidak hanya siap bekerja, tetapi juga siap menciptakan lapangan kerja, menjadi inovator di berbagai sektor industri, dan berkontribusi secara nyata dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Ketika Mimpi Besar Di Pupuk Dari Rumah

Mencapai ekonomi berkelanjutan tidak dapat dilakukan hanya dengan berfokus pada sektor industri atau ekonomi formal. Kualitas sumber daya manusia, yang dimulai dari pendidikan di rumah, merupakan kunci utama dalam menciptakan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memberikan perhatian lebih pada pendidikan parenting sebagai fondasi awal dalam pembentukan karakter dan keterampilan anak-anak Indonesia. Dengan sinergi antara berbagai kementerian dan lembaga, program pendidikan parenting dapat menjadi solusi yang efektif dalam mencetak generasi penerus yang mampu bersaing di kancah global, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Pendidikan berkualitas tidak hanya dimulai dari sekolah, tetapi dari rumah, dari orang tua yang teredukasi dan siap membimbing anak-anak mereka bersaing, berkembang dan berdampak bagi lingkungan, negara maupun dunia kedepannya

 

Daftar Pustaka:

  • Nestle Health Science. Tahap Perkembangan Otak Anak. https://www.nestlehealthscience.co.id/artikel/tahap-perkembangan-otak-anak
  • Direktorat Sekolah Dasar. Hindrayanto. 2022, 25 Juli. Karakter Anak Terbentuk Dari Keluarga,Orang Tua Agar Lebih Bijak Dalam Mendidik Anak. https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/karakter-anak-terbentuk-dari-keluarga-orang-tua-agar-lebih-bijak-dalam-mendidik-anak

  • https://sdgs.bappenas.go.id/17-goals/goal-4/