fbpx

MEMPERBAIKI PERKEMBANGAN KARAKTER PELAJAR GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS DEMI MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

MEMPERBAIKI PERKEMBANGAN KARAKTER PELAJAR GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS DEMI MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

            Benar yang dikatakan oleh Presiden ketiga Indonesia Bapak Baharuddin Jusuf Habibie, bahwa kita Indonesia kaya tapi kita miskin, kaya sumber daya alam, miskin penghasilan. Kita besar tapi kerdil, besar wilayah dan penduduk, kerdil produktivitas dan daya saingnya. Kita merdeka tapi terjajah, merdeka secara politik tetapi terjajah secara ekonomi. Kita kuat tapi lemah, kuat secara anarkisme tetapi lemah dalam menghadapi tantangan global. Kita indah tapi jelek, indah potensinya tapi jelek dan korup dalam pengelolaannya. Maka Indonesia butuh kemajuan, Indonesia butuh berkembang.

            Pendidikan adalah pilar kemajuan sebuah bangsa, apabila kualitas Pendidikan di bangsa itu sangat rendah, maka dapat dipastikan itu bukanlah dari bangsa yang maju. Maka setiap bangsa berlomba-lomba dan berusaha untuk memajukan negaranya terlebih dalam bidang Pendidikan, dengan memunculkan banyak inovasi-inovasi, meningkatkan berbagai sarana dan prasarana belajar, berusaha meningkatkan minat baca ternyata juga sangat penting dimulai dari usia dini. Dan tidak sedikit problematika yang mengganggu proses anak dalam belajar, seperti kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua, anak lebih memilih bermain game dan social media daripada belajar ketika pembelajaran secara daring.

            Kualitas sumber daya manusia yang unggul dapat melahirkan generasi yang unggul pula, dan dapat memajukan kualitas suatu bangsa dengan pendidikannya. Karena dari Pendidikan yang tinggi, setiap individu akan meningkatkan produktivitasnya untuk mencari pendapatan sehingga menumbuhkan ekonomi negara tersebut. Maka untuk merubah status Pendidikan yang ada di Indonesia, haruslah dimuali dari merubah karakter pelajarnya.

            Zaman semakin berkembang, teknologi semakin maju, kita dapat mengambil banyak manfaat dari kemajuan ini, namun juga terdapat beberapa masalah yang dihasilkan darinya. Tergantung bagaimana cara penggunaan setiap individunya. Maka dibutuhkan cara baru untuk memperkenalkan anak pada pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia.

            Semua pihak menginginkan kemajuan untuk tanah air tercinta di seluruh bidang, seperti mengakhiri segala bentuk kemiskinan, menghilangkan kelaparan, menjamin kehidupan yang sehat, menjamin kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata, mencapai kesetaraan gender, dan lain sebagainya. Cita-cita tersebut Indonesia gantungkan melalui program Sustainable Development Goals atau SDGs yang telah disepakati bersama para anggota PBB pada akhir September 2015.[1] Berbagai cara dilakukan untuk mewujudkan cita-cita yang mulia tersebut, walaupun ada beberapa hambatan dalam merealisasikannya.

Masalah Pendidikan di Indonesia

            Banyaknya keinginan dan tingginya cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia membuat seluruh petinggi negara, kritisi dan juga mahasiswanya harus turut andil dan membantu demi tercapainya apa yang telah dicita-citakan. Dalam hal Pendidikan tidak dapat dianggap remeh sekali karena darinya bergantung kemajuan bangsa. Pendidikan oleh setiap individu dimulai sejak usia dini. Dan dibutuhkan karakter yang baik pula dari setiap pelajar.

            Namun ternyata masih banyak permasalahan yang ditemui dari para lulusan Lembaga Pendidikan formal yang dianggap belum mampu mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Kesalahan yang ditimbulkan sejak dari masa Pendidikan formal di sekolah dianggap terbuang sia-sia karena karakteristik mereka yang hanya memahami teori saja dan lemah dalam praktek, motivasi belajarnya hanya untuk sekedar lulus ujian, fokusnya tertuju pada pencapaian target, dan belajar hanya pada mata kuliah individual secara terpisah. Dan juga proses belajar yang bersifat pasif, penggunaan teknologi yang terpisah dari proses pembelajaran.

            Dalam akhlak sekalipun, masih banyak para siswa yang bersikap kurang sopan terhadap guru maupun orang tua, tidak mau membantu orang tua dalam mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari. Dan lebih parahnya, pelajar yang baru lulus berhura-hura merayakan kelulusan UN dengan pesta sex dan minuman keras, undangan pesta berbikini, dan mencoret-coret baju seragam untuk merayakan kelulusan.[2]

            Masalah lain yang ditemui yakni karena rendahnya kualitas sarana fisik, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, sedikit yang memiliki dan menggunakan media belajar, juga buku-buku perpustakaan yang tidak lengkap. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki perpustakaan dan laboratorium. Rendahnya kualitas guru, sebagian guru dinyatakan tidak layak mengajar, maka apabila guru adalah salah satu faktor penentu keberhasilan Pendidikan haruslah menjadikan pengajaran merupakan titik sentral Pendidikan dan kualifikasi. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Ditambah dengan rendahnya prestasi siswa yang diakibatkan rendahnya saran fisik, kuaitass guru, dan kesejahteraan guru.

Menumbuhkan Karakter kepada Pelajar di Era 5.0

            Untuk merealisasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau TPB yang keempat, yakni menjamin Pendidikan yang inklusif dan merata, maka setiap warga negara terutama para pelajar sendiri harus memiliki jiwa kompetensi untuk menjadi demokratis dan manusia unggul lagi produktif di Abad ke-21 dan Tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan. Untuk membantu tujuan itu, maka Indonesia membangun Profil pelajar Pancasila. Adapun dimensi-dimensi untuk Profil pelajar Pancasila, yakni: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dimensi diatas menunjukkan bahwa Profil pemuda Pancsila tidak hanya berfokus pada kemampuan factual yang empiris, namun juga memiliki sikap dan perilaku sesuai jati diri bangsa Indonesia khususnya dan warga dunia umumnya.[3]

            Jika kita mengenal visi Pendidikan Indonesia adalah “Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Indonesia.” Sedangkan Profil pelajar Pancasila yakni “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.”

            Untuk memudahkan terwujudnya Pendidikan Indonesia yang maju memang diperlukan banyak inovasi pendukung. Apabila kita temui sekarang banyak anak yang kurang berakhlak, bisa jadi karena pendidikannya dimasa kecil yang kurang dapat pengaruh dan bimbingan dari orang tua, banyaknya waktu kosong sehingga kegiatan anak tidak terkontrol, juga lingkungan sekitar yang dapat mengubah karakter anak yang telah dibentuk oleh orang tua dirumah.

            Sesuai dengan tujuan SDGs yang keempat, target 4.2 “Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan, Pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas, sehingga mereka siap untuk menempuh Pendidikan dasar.” Sudah banyak juga kita temukan di negara ini Yayasan-yayasan yang menyediakan jasa pengasuh anak atau baby sitter, dan juga tempat penitipan anak atau daycare. Pengadaannya dikarenakan masih banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sehari-harinya sehingga kurang dalam menemani keseharian anak-anaknya. Beberapa orang tua yang ingin meningkatkan kemampuan anaknya walaupun dalam keadaan sibuk biasanya memilih jasa pengasuh anak ini. Dari yang sudah ada ini perlu untuk dikembangkan, seperti yang kita temui misalnya tempat penitipan anak menyediakan kegiatan bermain dan belajar sama seperti PAUD dan Taman Kanak-Kanak. Mereka juga memakan waktu lebih banyak bersama anak didik daripada sekolahnya atau bahkan orang tuanya.

            Walaupun masih banyak fasilitas daycare yang tidak mendapat izin resmi, juga beberapa pengasuh yang lebih berkonsentrasi kepada bayi yang lebih kecil walaupun mereka dicapur dengan bayi yang lebih besar, namun adanya program ini dapat lebih mengontrol anak berada dalam sebuah wadah yang menggunakan waktu kosongnya untuk mengajarkan banyak hal sebelum memasuki dunia sekolah yang sesungguhnya, anak juga berada dalam lingkungan yang terjaga, terlebih dalam pembelajaran akhlak. Juga dengan semakin berkembangnya program daycare atau preschool ini, waktu yang dilalui anak akan lebih terkontrol dan terjamin serta memiliki pergaulan sosial yang baik, dibanding ketika anak menghabiskan waktunya untuk bermain smartphone dan games.

            Karena Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia yang mapan dan mampu bekerja secara formal dengan menggunakan pendidikannya yang matang. Tetapi Pendidikan yang tinggi akan berbahaya jika tidak dibarengi dengan akhlak dan adab. Memperbaiki akhlak dan moral tersebut dimulai dari sebuah kebiasaan, karena manusia adalah makhluk yang terbentuk dari “kebiasaan”. Misalnya kita berupaya menciptakan lingkungan belajar yang baik, maka segala jenis tingkah laku yang tidak produktif akan dapat merampas waktu dan energi kita.[4]

            Maka, Tanah Air telah memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah, namun masih kekurangan Sumber Daya Manusianya, sehingga dibutuhkan seorang pekerja formal yang berkarakter baik. Karena apabila berpendidikan baik namun tidak berkarakter justru berpotensi menghancurkan bangsa. Bila menilik lagi, visi Pendidikan Indonesia “Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Indonesia”, dan meninjau permasalahan yang terjadi pada pelajarnya, nampaknya Indonesia sangat membutuhkan perbaikan akhlak dan moral. Pendidikan yang sesungguhnya dapat dengan mudah diberikan dan diterima kepada seorang anak adalah dari usia dini. Perwujudan upaya program penitipan anak seperti daycare dan preschool sangat membantu orang tua dalam merawat anaknya apabila mereka dalam keadaan sibuk, agar waktu yang dimiliki anak tidak terbuang sia-sia, dan para balita ini mendapat pelajaran khusus yang terkontrol dan tercipta moral dasarnya untuk mempersiapkan dirinya menghadapi sekolah yang sesungguhnya.

            Dengan Sumber Daya Manusia yang unggul dan berkualitas akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang baik bagi bangsa Indonesia. Karena pendapatan yang tinggi dari setiap individunya, dapat membantu Masyarakat dan pemerintah untuk menempuh Pendidikan yang lebih tinggi dan lebih berkualitas lagi.

DAFTAR PUSTAKA:

Afifah, Nurul M.Pd.I. 2015. Problematika Pendidikan di Indonesia (Telaah dari Aspek Pembelajaran). Elementary, Vol.1 Edisi 1 Januari 2015.

Santoso, Djonet. 2019. Administrasi Publik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Satria, Rizky dan tim. 2022. Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA.

Tim Satuasa. 2016. Buku Pintar Mentoring:  Smart, Fun & Syar’I, Panduan Pembinaan Karakter Pelajar. Jakarta Timur: Yayasan Tunas Bangsa Indonesia.

[1] Djonet Santoso, Administrasi Publik S Santoso Djonet, Administrasi Publik, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2019), hlm 1.

                [2] Nurul Afifah, M.Pd.I, Problematika Pendidikan di Indonesia (Telaah dari Aspek Pembelajaran), (Elementary, Vol.1 Edisi 1 Januari 2015), hlm 42.

                [3] Rizky Satria dan tim, Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, (BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2022) hlm 2.

                [4] Tim Satuasa, Buku Pintar Mentoring:  Smart, Fun & Syar’I, Panduan Pembinaan Karakter Pelajar, (Jakarta Timur: Yayasan Tunas Bangsa Indonesia, 2016), hlm 363.