Lorena Hutabarat 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Kondisi Literasi Masyarakat di Indonesia Indonesia tercatat menjadi negara dengan kemampuan literasi 11 terbawah dari keseluruhan 81 negara terdata berasarkan survei PISA (Handayani, 2024). Pada beberapa kasus yang marak diperbincangkan, bahkan murid SMP masih belum dapat membaca secara lancar. Lantas, apakah alasan dibalik fenomena ini ? Faktor Rendahnya Tingkat Literasi di Indonesia Rendahnya tingkat literasi anak di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pandemi menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi terjadinya kesenjangan antara tingkat pemahaman anak sesuai dengan usia yang seharusnya. Tidak bisa dipungkiri, pandemi membuat kualitas pendidikan menurun, serta memunculkan kesenjangan yang sangat tinggi. Antara sekolah yang dapat dijangkau dengan fasilitas internet dengan sekolah yang berada di daerah terisolir. Tidak sampai disitu, penyampaian materi yang diberikan tentu tidak semaksimal penyampaian materi yang dilakukan secara luring. Selain itu, pendidikan seharusnya berjalan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pada tingkat TK/PAUD, seharusnya peserta didik fokus terhadap kemampuan motorik, mengenal benda konkret, serta berbagai aktivitas yang menstimulus kerja otak. Fakta yang terjadi di lapangan, peserta didik seolah dipaksa untuk mengenal sistem calistung sejak dini. Dimana, ini seharusnya dimulai sejak tingkat SD. Pada akhirnya, peserta didik bertumbuh menjadi pribadi yang tahu membaca, tetapi tidak minat membaca. Kemajuan teknologi juga menyumbang dampak dalam menumbuhkan minat baca peserta didik. Saat ini, tidak jarang ditemui bahwa murid lebih menyukai sesuatu yang instan seperti mencari jawaban melalui internet, dibanding membaca buku. Kebiasaan “scrolling” menjadi sebuah kebiasaan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakmerataan sarana dan prasana tentu berpengaruh dengan ketercapaian tujuan peningkatan literasi bagi seluruh peserta didik di seluruh daerah di Indonesia. Kurangnya fasilitas berupa buku, alat peraga, media pembelajaran akan sangat berdampak dengan kemampuan dan minat baca peserta didik. Peran Seluruh Kalangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Untuk mencapai standard literasi yang baik, diperlukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, pendidik, masyakarat, dan peserta didik. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan perlu untuk melakukan observasi di lapangan, berdasarkan fakta dan data. Hasil observasi inilah yang akan menjadi acuan untuk mengambil keputusan terbaik yang dapat dilakukan . Pemerintah perlu untuk fokus terhadap masalah dan solusi yang diberikan. Selain itu, sistem yang transparan sangat diperlukan dalam hal ini. Sehingga, seluruh media dan bantuan yang dibutuhkan mendarat di sasaran yang tepat. Bukan hanya itu, pemerintah , terkhusus yang membidangi kurikulum pendidikan perlu untuk melakukan evaluasi tentang kurikulum yang sedang berjalan saat ini. Perlu pertanyaan reflektif tentang bagaimana sistem pendidikan saat ini. Apakah sistem pendidikan lebih mementingkan kelengkapan administrasi, atau mencapai pemerataan kemampuan murid di seluruh daerah. Sistem pendidikan terus mengalami perkembangan, begitu juga dengan kualitas pendidiknya. Pendidik diharapkan memiliki sensitivitas terhadap rendahnya literasi saat ini. Berbagai kegiatan literasi dapat dilakukan selama proses pembelajar. Kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah dapat melalui berbagai jenis soal. Contoh nyata, murid dapat menganalisa soal cerita matematika, dan mengubah soalnya ke dalam bentuk kalimat matematika. Kemampuan analisa murid saat ini juga cukup rendah. Hal ini disebabkan minimnya kosakata dan minat baca. Selain itu, pemberian asesmen dapat dilakukan dengan cara yang variatif seperti pembelajaran berbasis proyek, menulis cerita, menceritakan ulang, mengamati, menulis laporan, membuat jurnal, dan sebagainya. Guru perlu untuk menerapkan langkah inovatif untuk menunjang minat baca murid dengan cara yang lebih menarik. Masyarakat juga mengambil peran yang sangat besar dalam tercapainya peningkatan dalam literasi peserta didik. Kebiasaan membaca yang diterapkan mulai dari rumah, tentu akan sangat berpengaruh terhadap minat baca murid. Tindakan Nyata dalam Meningkatkan Minat Baca Berikut ini berbagai cara yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan minat baca peserta didik secara merata di seluruh Indonesia . Evaluasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan mayoritas peserta didik Kebijakan yang menitikberatkan murid sebagai sasaran. Sehingga, setiap kebijakan memiliki tumpuan yang jelas dan terarah, yaitu meningkatkan aspek literasi dan analisa murid terhadap pembelajaran. Menimbang kembali porsi administrasi dan beban mengajar guru berdasarkan efektivitas dan kualitas pengajar saat ini. Menjadwalkan sesi membaca sebagai kegiatan pembelajaran wajib di sekolah. Pemaksimalan penggunaan perpustakaan. Pemerataan sarana dan prasana media literasi hingga ke daerah 3T Secara berkala melakukan tes dan evaluasi literasi yang terdokumentasi dalam sistem pendidikan nasional Melakukan asesmen berbasis literasi dengan tingkat analisa sesuai usia peserta didik. Memperbanyak sumber literasi digital dengan animasi yang menarik dan memberikan gambaran yang lebih nyata tentang teks yang akan dibaca. Menyediakan literasi digital berbasis website dan aplikasi yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dengan budget yang lebih ekonomis. Bekerja sama dengan pihak swasta dan Non -Goverment Organization dalam membuat program peningkatan literasi di seluruh daerah. Mendukung program dengan menerapkan setiap langkah kecil bagi seluruh lapisan masyarakat Menyediakan spot baca di berbagai tempat umum yang mudah dijangkau masyarakat ramai. Berdasarkan beberapa saran di atas, terdapat beberapa praktik baik yang dilakukan di sekolah dimana saya mengajar. Salah satunya penerapan kegiatan membaca buku yang sesuai dengan jenjang umur sebelum memulai pembelajaran Bahasa Indonesia. Pemaksimalan penggunaan perpustakaan untuk seluruh murid. Berbagai kegiatan literasi yang diperlombakan seperti pengunjung perpustakaan terbanyak, pembaca buku terbanyak, dan sebagainya. Bekerja sama dengan tim pengembang aplikasi literasi digital yang dapat diakes oleh seluruh peserta didik. Harapannya, pemerintah dapat melihat bahwa rendahnya literasi ini adalah sebuah masalah yang harus segera diatasi, sehingga tidak menimbulkan efek domino yang lebih banyak. Seluruh masyarakat, berhak mendapatkan pembekalan literasi yang sama rata. References Handayani, R. R. (2024, April 23). RRI Digital. Retrieved from rri.co.id: https://www.rri.co.id/daerah/649261/unesco-sebut-minat-baca-orang-indonesia-masih-rendah