fbpx

T1.8 Aksi Nyata Refleksi Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan

Perkenalkan, nama saya Tri Wulandari Utami. Saya merupakan mahasiswi PPG Calon Guru Gelombang 2 Tahun 2024 yang sedang menempuh pendidikan untuk menjadi calon guru profesional. Dalam kesempatan ini, saya akan merefleksikan topik mengenai perspektif sosiokultural dalam pendidikan dengan menggunakan pendekatan alur MERDEKA.

Refleksi ini bertujuan untuk memahami bagaimana faktor sosial dan budaya memengaruhi proses belajar mengajar serta bagaimana seorang pendidik dapat mengakomodasi perbedaan latar belakang siswa guna menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan efektif.

 

T1.8 Aksi Nyata Refleksi Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan

 

Mulai Dari Diri

Sebelum memulai proses pembelajaran mengenai perspektif sosiokultural dalam pendidikan, saya menyadari bahwa pemahaman saya tentang keterkaitan antara faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dengan dunia pendidikan masih sangat terbatas. Saya belum sepenuhnya memahami bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi sistem pendidikan di Indonesia, terutama dalam konteks proses pembelajaran di dalam kelas. Pada awalnya, saya merasa masih meraba-raba mengenai apa yang akan dibahas dalam topik ini. Saya memiliki pemahaman dasar bahwa setiap peserta didik berasal dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, tetapi saya belum memahami secara mendalam bagaimana perbedaan tersebut dapat berdampak pada pengalaman belajar mereka. Selain itu, saya juga belum memiliki gambaran yang jelas tentang bagaimana seorang pendidik dapat mengakomodasi keberagaman ini agar proses pembelajaran lebih efektif dan inklusif. Namun, saya mulai berpikir bahwa perspektif sosiokultural tidak hanya berkaitan dengan latar belakang peserta didik, tetapi juga mencakup kebijakan pendidikan, akses terhadap sumber daya, serta bagaimana norma dan nilai budaya memengaruhi pola pikir dan perilaku dalam lingkungan pendidikan. 

 

Eksplorasi Konsep

Dari materi yang dipelajari, saya memahami bahwa sistem pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik sejak era kolonial hingga kini. Pada masa penjajahan, pendidikan lebih ditujukan untuk kepentingan kolonial, sehingga aksesnya terbatas bagi masyarakat pribumi, menciptakan kesenjangan yang besar. Setelah kemerdekaan, pemerintah berupaya menciptakan pendidikan yang lebih inklusif, namun tantangan seperti ketimpangan akses, keterbatasan infrastruktur, dan perbedaan sosial ekonomi masih menjadi hambatan. Saya menyadari bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga bagian dari sistem sosial yang kompleks. Sebagai pendidik, penting untuk memahami latar belakang sosial dan budaya peserta didik agar dapat menciptakan pembelajaran yang inklusif dan adaptif.

 

Ruang Kolaborasi 

Dalam ruang kolaborasi, saya dan rekan-rekan diberikan kesempatan untuk menonton beberapa video yang menggambarkan kondisi pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Dari tayangan tersebut, kami semakin memahami bahwa masih terdapat kesenjangan pendidikan yang cukup besar, terutama di wilayah terpencil yang menghadapi keterbatasan sarana, tenaga pendidik, serta akses ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun demikian, berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui program pengiriman tenaga pendidik ke daerah pelosok. Para pendidik ini membawa metode pembelajaran inovatif, seperti pemanfaatan teknologi dan pendekatan interaktif, guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan motivasi siswa. Inisiatif ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi anak-anak di daerah terpencil untuk berkembang dan bersaing dengan siswa di wilayah perkotaan.

 

Demonstrasi Kontekstual

Melalui sesi demonstrasi kontekstual, saya dan rekan-rekan mendalami konsep pembelajaran dengan menyusun pemikiran yang dapat diterapkan dalam situasi nyata. Diskusi yang kami lakukan memungkinkan kami untuk memahami berbagai sudut pandang, mengeksplorasi ide-ide baru, serta merumuskan solusi yang lebih inovatif dalam menghadapi tantangan di dunia pendidikan. Selain itu, proses ini tidak hanya melatih kemampuan berpikir kritis tetapi juga memperkuat keterampilan komunikasi dan kerja sama tim. Kami belajar bagaimana menyampaikan ide dengan jelas, menerima masukan dari rekan, serta mengombinasikan berbagai pemikiran menjadi strategi yang lebih efektif. Melalui latihan presentasi, kami juga meningkatkan kepercayaan diri dalam menyampaikan gagasan secara sistematis dan persuasif. Dari pengalaman ini, saya semakin menyadari pentingnya keterbukaan terhadap pandangan orang lain serta bagaimana kolaborasi yang baik dapat menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan aplikatif dalam dunia pendidikan.

 

Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini, saya memahami bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang membentuk dinamika pembelajaran di Indonesia. Pendidikan berbasis multikultural sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap peserta didik merasa diterima dan dihargai sesuai dengan latar belakangnya. Selain itu, saya juga menyadari bahwa kesenjangan pendidikan masih menjadi tantangan yang perlu diatasi, terutama di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan akses terhadap fasilitas dan tenaga pendidik. Sebelum mempelajari topik ini, saya belum sepenuhnya memahami bagaimana faktor eksternal tersebut berpengaruh secara langsung terhadap sistem pendidikan. Ke depannya, saya ingin mempelajari lebih dalam tentang strategi konkret dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural di kelas, baik dari segi metode pembelajaran, materi ajar, maupun interaksi antara pendidik dan peserta didik. Selain itu, saya juga tertarik untuk memahami bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengurangi kesenjangan pendidikan dan meningkatkan akses pembelajaran bagi siswa di berbagai kondisi sosial dan geografis.

 

Koneksi Antar Materi

Mata kuliah ini memiliki keterkaitan dengan beberapa mata kuliah lainnya. Filosofi Pendidikan membantu memahami peran pendidikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif bagi semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL 1) berfokus pada pengembangan rencana pembelajaran yang efektif serta asesmen yang diimplementasikan langsung di lapangan. Sementara itu, Prinsip Pengajaran dan Asesmen I membekali guru dalam merancang asesmen, pembelajaran, dan modul ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam Literasi Lintas Mata Pelajaran, keterkaitan dengan perspektif sosiokultural terletak pada pemilihan media dan MODA teks yang tepat untuk menunjang pemahaman peserta didik. Sedangkan Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya membantu guru memahami keberagaman karakter siswa serta mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dan adaptif.

 

Aksi Nyata 

Pembelajaran ini memberikan wawasan yang lebih luas tentang pentingnya perspektif sosiokultural dalam dunia pendidikan. Saya semakin memahami bahwa setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang inklusif dan adaptif. Selain itu, pemahaman ini membantu saya dalam merancang metode pengajaran yang lebih kontekstual, relevan, serta mampu membangun lingkungan belajar yang menghargai keberagaman. Saya menilai kesiapan saya berada pada skala 7 dari 10. Saat ini, saya telah memiliki pemahaman dasar mengenai konsep ini dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran. Namun, saya masih perlu lebih banyak pengalaman langsung dalam menghadapi keberagaman siswa serta mengasah keterampilan dalam menerapkan strategi yang sesuai dengan konteks di kelas. Memperdalam pemahaman tentang pendekatan pembelajaran berbasis sosiokultural melalui studi kasus dan praktik langsung. dan mengembangkan keterampilan diferensiasi pembelajaran untuk menyesuaikan metode ajar dengan kebutuhan peserta didik yang beragam.