fbpx
Shutterstock/FootageLab

KERJA SAMA DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DAN INKLUSIF DI MASA PANDEMI COVID-19

Horas! Semoga kita semua dalam keadaan yang baik dan sehat ya!

Perkenalkan, saya Grace Miranda Lumbanraja yang dalam artikel ini akan bercerita tentang pengalaman saya sekaligus mengutarakan ide saya dalam mendukung upaya pariwisata berkelanjutan dan inklusif di Indonesia dalam masa pandemi COVID-19. Sebelumnya, saya ingin menceritakan pengalaman masa kecil saya ketika tinggal di Desa Pearung, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2008, saya dan keluarga memutuskan untuk pindah sementara ke kampung halaman saya. Disana saya bersekolah selama kurang lebih 6 bulan dan keluarga saya memutuskan untuk membuka peluang tinggal disana karena mengingat indahnya alam Toba dan desa sekitarnya yang membuat kami sekeluarga selalu kembali jatuh cinta pada pesonanya.

Selama 6 bulan kami sekeluarga tinggal disana, kami merasakan banyak sekali pengalaman hidup yang menjadi pembelajaran sampai sekarang. Bagi saya pribadi, kesempatan untuk tinggal disana mengajarkan saya untuk senantiasa mengingat kampung halaman meskipun banyak keindahan di perkotaan, tetapi jangan pernah lupa darimana saya berasal. Saya juga belajar mengenal identitas saya sebagai orang batak dengan segala budaya dan adat istiadatnya yang begitu kompleks nan indah. Pada awalnya saya merasa harus banyak beradaptasi dengan kondisi yang ada, perbedaan budaya ketika saya di perkotaan dan di kampung halaman saya, membuat saya sadar akan pentingnya kemampuan beradaptasi dengan situasi dan kondisi apapun.

Selama saya tinggal di kampung halaman, saya juga mendalami kebiasaan masyarakat, dengan mengikuti pola hidup yang dianut oleh masyarakat di kampung halaman saya. Hal tersebut adalah salah satu cara saya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Dan, cara beradaptasi lainnya yang saya lakukan adalah dengan menikmati pariwisata di daerah dataran tinggi Kabupaten Humbang Hasundutan atau yang lebih dikenal sekarang dengan nama Geosite Sipinsur.

Disana kita bisa menikmati pemandangan yang indah dari cantiknya Danau Toba. Sesaat saya menuliskan artikel ini, terbayang indahnya ciptaan Tuhan itu. Melegakan bagi saya saat mengingat sejuk dan bersihnya udara disana, membuat saya ketika itu tidak ingin beranjak kemana-mana, hanya dengan duduk dan memandang indahnya Danau Toba, saya merasakan ketenangan, keindahan, dan menyatunya jiwa saya dengan kampung halaman saya. Saya bersyukur akan begitu besarnya karunia Tuhan untuk masyarakat suku Batak dan untuk bangsa Indonesia.

Saya ingat betul ketika kondisi tempat wisata tersebut masih belum terlalu diperhatikan dan seterkenal saat ini. Saat itu, yang mengetahui keindahan tempat wisata masih penduduk asli dan keluarga penduduk dari perkotaan yang memang sengaja berlibur ke dataran tinggi di Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut. Kala itu, masih belum banyak wisatawan yang datang kesana untuk berlibur dan mengenal kondisi pariwisata disana. Belum banyak inovasi terkait penyediaan fasilitas wisata seperti tempat makan, akses memandang keindahan Danau Toba dari dataran tinggi, serta masih kurangnya partisipasi penduduk asli untuk lebih mempromosikan tempat wisata tersebut. Karena mungkin masih belum adanya edukasi tentang pentingnya aspek pariwisata bagi pembangunan berkelanjutan, guna mendukung upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan pada waktu itu. Banyak sekali potensi pariwisata yang masih harus dikembangkan dan membutuhkan kerja sama yang baik dari masyarakat asli, pemerintah serta stakeholder lainnya.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa sekarang ini memang Danau Toba merupakan salah satu destinasi pariwisata super prioritas. Dan dalam mendukung program tersebut, dibutuhkan kerja sama dari pihak terkait tentang edukasi pentingnya sektor pariwisata berkelanjutan, terhadap masyarakat asli dan stakeholder bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah sedang menggencarkan pariwisata di Danau Toba dengan mengusung Toba Caldera Resort sebagai resort yang terintegrasi dengan kompleks dari alam, kultur, dan teknologi untuk mewujudkan Eco Resort, terhadap pelaksanaan pariwisata berkelanjutan. The Kaldera Toba Nomadic Escape yang terdiri dari banyak projek untuk mengoptimalkan aspek pariwisata di Danau Toba, telah berjalan dengan baik sampai sekarang dan hal tersebut yang sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia bahwa inovasi dari pemerintah untuk mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan sangat berarti dan berbuah manis.

Akan tetapi, dalam upaya melaksanakan inovasi terhadap pariwisata berkelanjutan tersebut, kerap ditemukan tantangan dan hambatan. Seperti yang kita ketahui, tantangan dan hambatan terbesar saat ini adalah kondisi Indonesia dan dunia yang sedang dilanda pandemi COVID-19 yang banyak merugikan sektor kehidupan, termasuk sektor pariwisata. Kendati demikian roda perekonomian harus terus berjalan, meskipun ada hambatan dan tantangan, kita harus mampu beradaptasi dan lebih berinovasi. Maka dari itu, diperlukan adanya gagasan yang inovatif dalam mendukung pemerintah mewujudkan pariwisata berkelanjutan dan inklusif di masa pandemic COVID-19.

Dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) dijelaskan bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Tentunya dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan yang sesuai dengan pengertian tersebut, dibutuhkan prinsip dasar yang dapat menyesuaikan dengan ide dan gagasan saya.

Prinsip yang diberikan dalam peran nyata dari pihak terkait adalah dalam bentuk prinsip partisipasi yang dapat terwujud dari ikut sertanya masyarakat dalam mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan, prinsip keikutsertaan stakeholder yaitu dengan adanya peran serta dari organisasi sosial dan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan pariwisata berkelanjutan, prinsip kepemilikan lokal yang adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan profesional bagi masyarakat lokal dengan berbagai fasilitas yang mendukung, prinsip penggunaan sumber daya yang berkelanjutan dengan tujuan menghindari penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharukan secara berlebihan, prinsip mewadahi tujuan masyarakat yaitu dengan adanya tempat wisata yang ramah akan pengenalan kultur dan budaya dari masyarakat lokal agar tujuan dari masyarakat untuk mempromosikan daerahnya mampu didukung, prinsip daya dukung adalah dukungan fisik, sosial, budaya dan alami yang dimaksudkan agar pencapaian pembangunan masih dalam kapasitas melihat pada batas lokal dan lingkungan yang ada, prinsip monitor dan evaluasi ditujukan agar pembangunan pariwisata yang berkelanjutan tetap berjalan sesuai dengan perencanaan dan detail yang baik, prinsip akuntabilitas dijalankan agar terlaksananya perencanaan program yang terukur dan jelas dalam bentuk kebijakan-kebijakan agar pemanfaatan sumber daya tidak berlebihan, prinsip pelatihan adalah bentuk pembekalan pengetahuan terhadap masyarakat terkait keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan dan yang terakhir adalah prinsip promosi yaitu promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang dapat memperkuat karakter dari identitas tempat wisata tersebut.

Sesuai dengan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penjelasan tersebut, tentunya kerja sama menjadi peran yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pariwisata berkelanjutan, baik dari masyarakat maupun stakeholder, terlebih disaat menghadapi masa pandemi COVID -19 ini. Pada masa inilah nilai gotong-royong yang melekat pada identitas diri sebagai warga negara Indonesia, bisa kita laksanakan dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan dan inklusif dalam era pandemi COVID-19 perlu melihat hal-hal yang harus diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia itu sendiri.

Kiat-kiat dalam mendukung pariwisata yang berkelanjutan itu sendiri dapat dimulai dengan pelaksanaan kegiatan edukasi yang intens terhadap masyarakat untuk menyadari pentingnya pembangunan pariwisata berkelanjutan bagi kemajuan kesejahteraan hidup masyarakat, melaksanakan kegiatan persuasif yang aktif dari para pihak yang profesional dalam bidang SDGs untuk memperkenalkan Sustainable Development Goals dan mengajak masyarakat sadar akan sumber daya yang dimiliki tanpa merusak ekosistem sumber daya yang ada di sekitarnya.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki melalui pengadaan peningkatan kapasitas terkait inovasi dan kreatifitas masyarakat dalam mengelola fasilitas sekitar tempat wisata seperti pusat oleh-oleh, tempat makan dan kebersihan lingkungan tempat wisata, termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharukan seperti pemberian kegiatan edukasi terhadap pentingnya pemeliharaan akan kelestarian alam dan hutan yang ada, dan tidak lupa untuk menggiatkan kampanye taat protokol kesehatan dengan meningkatkan fasilitas pariwisata yang ramah protokol kesehatan dengan menyediakan peralatan dan perlengkapan memadai untuk memastikan kesehatan wisatawan seperti pengadaan sabun, tempat cuci tangan, masker, alat cek suhu tubuh, aturan wajib kepemilikan sertifikat vaksinasi atau bisa diganti dengan surat rekomendasi dokter untuk tidak vaksin dan lainnya.

Begitupula dengan tempat pariwisata seperti Geosite Sipinsur atau tempat pariwisata di daerah lainnya yang memang memiliki konsep alam, dapat menjadi salah satu tempat yang strategis bagi wisatawan untuk melaksanakan healing dan mengenal alam lebih baik menyesuaikan dengan situasi sekarang yang mengharuskan dirumah saja dan bisa lebih tenang jika melihat kondisi alam terbuka.

Pelaksanaan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan tentunya membutuhkan pemasukan dana untuk mendukung berjalannya roda perekonomian terhadap pemenuhan kebutuhan aspek pariwisata berkelanjutan. Hal ini berkorelasi erat dengan poin SDGs yang ke 17 yaitu Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan, dimana dalam melaksanakan kegiatan perekonomian yang senantiasa dapat berputar perlu adanya wadah investasi bagi negara-negara maju guna saling mendukung perkembangan pariwisata berkelanjutan bagi negara berkembang. Hal ini juga sejalan dalam poin SDGs 17.1 yang menjelaskan bahwa maksud dari kemitraan untuk mencapai tujuan adalah dalam memperkuat mobilisasi sumber daya domestik, termasuk melalui dukungan internasional kepada negara berkembang, untuk meningkatkan kapasitas lokal bagi pengumpulan pajak dan pendapatan lainnya. Yang dimana, dalam meningkatkan kapasitas lokal dan pendapatan lainnya dari negara berkembang dapat diperoleh melalui pengadaan pariwisata berkelanjutan dan inklusif dalam masa pandemi COVID-19.

Pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif di masa pandemi COVID-19, memang membutuhkan konsep yang matang dan peran nyata dari setiap pihak terkait. Kerja sama dan gotong royong sebagai sesama manusia, dibutuhkan dalam mewujudkan cita-cita bersama. Tidak hanya itu, dibutuhkan juga kesadaran akan cinta tanah air, mengapa? Karena dengan mencintai tanah air, rasa bangga dalam memperkenalkan pariwisata Indonesia ke dunia, dapat membuka mata dunia terhadap kaya dan menakjubkannya Indonesia. Tidak lupa dengan menjunjung tinggi sopan dan santun dapat memberikan Indonesia kesempatan untuk terus memiliki hubungan baik dengan negara-negara didunia yang akan saling mendukung terhadap pelaksanaan pariwisata berkelanjutan dan inklusif di masa pandemi COVID-19.