Regita Savira Putri 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 4 menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas untuk semua. Diperlukan upaya berkelanjutan untuk mencapai SDGs No. 4 dari semua pihak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain memperkuat sistem pendidikan, menjembatani kesenjangan digital, membangun sekolah yang tangguh, memberdayakan masyarakat. Namun, mencapai tujuan ini bukanlah perkara mudah, terutama di tengah berbagai tantangan global seperti pasca pandemi COVID-19, kesenjangan digital, dan perubahan iklim. Tantangan lain di dunia pendidikan yang terjadi dan semakin meningkat tiap tahunnya adalah maraknya kasus bullying di lingkungan sekolah menjadi ancaman serius terhadap kualitas pendidikan. Bullying tidak hanya berdampak pada korban, namun juga mengganggu proses belajar mengajar dan menciptakan lingkungan sekolah yang tidak nyaman. Proyek “EduEmpati” hadir sebagai upaya konkrit untuk mengatasi permasalahan bullying di sekolah-sekolah. Proyek ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 4, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua. EduEmpati: Melatih Guru untuk Menjadi Agen Perubahan Sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang sangat krusial dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif. Oleh karena itu, proyek EduEmpati fokus pada pelatihan dan pendampingan bagi guru-guru SMPN 14 dan 5 Bekasi. Pelatihan ini dilaksanakan langsung oleh tim EduEmpati, yaitu Regita Savira Putri, Misbah Fikrianto, Nursakti Niko Rosandy, Maria Pankratia Mete Seda dan Nur Hana Wijaya yang berasal dari berbagai instansi dan/atau perusahaan. Pelatihan ini juga didukung dan dihadiri oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Melalui pelatihan ini, para guru diharapkan dapat 1) mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai definisi, jenis, dan dampak dari bullying serta bentuk kekerasan lainnya di sekolah, 2) mampu mengenali tanda-tanda awal terjadinya bullying atau kekerasan sehingga dapat segera melakukan tindakan pencegahan, 3) mengembangkan strategi efektif untuk mencegah dan menangani kasus bullying di sekolah, 4) menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan, dan 5) menjadi agen perubahan dengan menyebarluaskan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh kepada rekan sejawat, siswa, orang tua, dan masyarakat luas. Dampak Positif yang Diharapkan Dengan adanya proyek EduEmpati, diharapkan akan terjadi perubahan yang signifikan di lingkungan sekolah, antara lain: Penurunan kasus bullying: Terjadi penurunan angka kasus bullying dan kekerasan di sekolah. Peningkatan kualitas pembelajaran: Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Peningkatan kesejahteraan siswa: Siswa merasa lebih aman, nyaman, dan bahagia sehingga dapat mengembangkan potensi diri secara optimal. Peningkatan kualitas interaksi: Terjalin hubungan yang lebih positif dan harmonis antara siswa, guru, dan seluruh warga sekolah. Berpikir Kritis: Senjata Ampuh Lawan Bullying Salah satu fokus utama pelatihan EduEmpati adalah membekali para guru dengan keterampilan berpikir kritis. Kenapa berpikir kritis begitu penting dalam konteks pencegahan bullying? Memahami Akar Masalah Bullying bukanlah fenomena sederhana. Di balik setiap tindakan bullying, terdapat kompleksitas masalah yang perlu dipahami. Dengan berpikir kritis, guru dapat menggali lebih dalam mengenai akar penyebab bullying, seperti tekanan sosial, ketidakamanan diri, atau ketidakmampuan dalam mengelola emosi. Menganalisis Situasi Setiap situasi bullying unik dan membutuhkan pendekatan yang berbeda. Melalui pelatihan berpikir kritis, guru dilatih untuk menganalisis setiap kasus secara cermat. Mereka diajarkan untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang, mengidentifikasi faktor-faktor yang memperparah masalah, dan mencari solusi yang paling tepat. Mengembangkan Strategi Pencegahan yang Efektif Berpikir kritis juga mendorong guru untuk mengembangkan strategi pencegahan bullying yang inovatif dan efektif. Guru diajarkan untuk tidak hanya berfokus pada penanganan kasus yang sudah terjadi, tetapi juga pada upaya pencegahan sejak dini. Mereka didorong untuk menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif, di mana semua siswa merasa dihargai dan diterima. Menumbuhkan Empati pada Siswa Berpikir kritis membantu guru untuk mengembangkan empati terhadap siswa. Dengan memahami perspektif siswa yang berbeda-beda, guru dapat lebih efektif dalam membangun hubungan yang positif dan saling percaya. Hubungan yang kuat antara guru dan siswa merupakan pondasi penting dalam upaya pencegahan bullying. Mengajarkan Siswa Berpikir Kritis Tidak hanya guru, siswa juga perlu diajarkan untuk berpikir kritis. Dengan demikian, mereka dapat mengenali tanda-tanda bullying, menolak menjadi pelaku atau korban bullying, serta membantu teman yang mengalami bullying.