fbpx

Praktik Baik Pendidikan melalui Mengenal Budaya Lokal dalam Berkebhinekaan Global

SDGs menjadi barometer keberhasilan Pembangunan di Indonesia. Aspek pembangunan merata ke semua lini termasuk di dalamnya pendidikan berkualitas. Pendidikan merupakan bentuk model manusia (capital human) yang terus didorong kea rah kemajuan dan peningkatan. Secara kapabilitas, ukuran kualitas pendidikan di Indonesia meranah pada 3 rincian, yaitu PISA, TIMSS, dan nilai ujian nasional. (Affandi, 2019).

Jenjang sekolah yang dimulai dari tingkatan PAUD, TK, SD Sederajat, SMP Sederajat, SMA/K Sederajat telah berupaya untuk menuju pembnagunan berkelanjutan melalui pendidikan berkualitas. Ada 3 alasan, posisi pendidikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, pertama, produktivitas tenaga kerja lebih terampil dan ahli, kedua, inovasi yang berkapasitas tinggi terhadap IPTEK, dan menjadi fasilitas tantangan difusi terhadap adopsi inovasi. Ketiga hal tadi, secara mumpuni mendorong adanya pertumbuhan ekonomi. Seiring berjalannya waktu, angka pertumbuhan didorong oleh beberapa faktor untuk Menyusun rencana suistanable development (pembangunan berkelanjutan).

Transmisi pengetahuan dan teknologi mengintervensi kapasitas sumber daya manusia yang saat ini dimiliki Indonesia. Erat berkaitan dengan SDM rendah, sangat jauh untuk mendapatkan posisi pembangunan berkelanjutan. Korelasi yang mengikat antara pendidikan perkualitas yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenaikan angka parameter tertentu menyebabkan pembangunan maju. Kemajuan inilah yang terus diharapkan untuk terus diupayakan agar dinikmati generasi mendatang.

Sejak awal, komitmen per jenjang dalam penyelenggaraan pendidikan telah mencapai kesepakatan, salah satunya menerapkan kurikulum Merdeka. Penerapan kurikulum sebagai model tetap dan konstruktif dalam rangka membangun pendidikan berkualitas. Kurmer (kurikulum Merdeka) menjadi jawaban terhadap beberapa tantangan pendidikan di masa kini. Setidaknya ada  tantangan pendidikan di tengah deru globa yakni difusi budaya lokal. Skill baik soft maupun hard dalam menuntun manusia untuk bertumbuh perlu diikuti oleh intelektual dan emosional yang matang. Makna intelektual ini merujuk pada diksi kemampuan menyerap pengetahuan secara optimal, sementara emosional menata Kelola lingkungan sekitar dengan kondisi yang sebenarnya. Trend seperti ini telah menyusup jiwa manusia bangsa Indonesia. Bagaimana menuju pembangunan berkelanjutan apabila jati diri bangsa tak lagi dikenal?

Menjawab tantangan ini, ubahnya ada Upaya yang dilakukan oleh jenjang pendidikan SMP/Sederajat di MTs NU Banat Kudus. Praktik baik di madrasah menjadi basis utama pemajuan pendidkikan di era digital. Sorotan tajam pada pelaksanaan pembelajaran yang terus mengarah pada tantangan. Tujuannya sederhana, manusia yang tengah mempelajari secara nyata dan fakta mengalami dan menemukan Solusi. Meskipun begitu, pedoman kurikulum Merdeka sebagai regulasi pemerintag oleh Kemdikbud perlu dijadikan Batasan sejauh mana bisa menerapkan model pembelajaran.

Praktik baik dari kami, sebagai guru/sahabat siswi adalah menstimulus peserta didik terhadap tantangan global melalui proyek “Mengenal Budaya Lokal dalam Berkebhinekaan Global” Upaya ini dilaksanakan menurut capaian pembelajaran mata Pelajaran pendidikan Pancasila di kelas VIII semester genap  “Mempertahankan kebudayaan nasional dalam menghadapi tantangan globalisasi.” Adapun konsep praktik baik ini dapat dicermati sebagai berikut:

Kegiatan 4.4

Tema : Kebudayaan Nasional dan Tantangan di Era Globalisasi

Judul : Mengenal Budaya Lokal dalam Berkebhinekaan Global

Tujuan : Mengatasi tantangan yang dihadapi kebudayaan nasional di era Globalisasi

Arus global menuntut masyarakat terjun aktif dan kreatif. Sebagaimana kalian sebagai peserta didik dan salah satu elemen masyarakat di sekolah mengemban tanggung jawab mempertahankan jati diri untuk menghadapi era global. Pendidikan yang selama ini berbahasa baku dan tekstual, perlu ada napas baru dengan menghadirkan kontekstual dan kesenian. Seni ini berwujud aplikatif, oleh karena itu, sadar betul akan tanggung jawab mempertahankan lokal di tengah global melalui aktivitas berikut :

  1. Bentuklah kelompok belajar yang terdiri dari 5 orang.
  2. Setiap kelompok berhak observasi dari media online, offline terkait dengan budaya lokal yang ada di sekitar kalian.
  3. Terkait observasi tersebut, diskusikanlah di dalam kelompok hal—hal berikut:
  4. Menurut kalian, apa nilai-nilai budaya lokal yang kalian temukan?
  5. Bagaimana prosesi/deksripsi umum tentang budaya lokal yang kalian cermati?
  6. Bagaimana usaha/Upaya kalian dalam melestarikan budaya lokal tersebut?
  7. Buatlah infografis sebagaimana poin di atas dan presentasikan hasil kerja kelompok kalian di depan kelas.

Aktivitas berbentuk pengalaman dan pengamalan seperti ini memberikan kabar positif. Pertama, masyarakat madrasah menjadi tahu, lebih tahu, sangat tahu terkait lingkungan sekitar. Kedua, pembangunan secara emosional dan primordial tertunjang penuh dengan aktivitas tersebut. Ketiga, suistanable kebudayaan terus terjaga oleh generasi mendatang karena stimulus adaptif di era digital dan teknologi.

Keterkaitan budaya lokal dengan nasional menurut Ki Hadjar Dewantara adalah puncak dari kebudayaan-kebudayaan lokal adalah nasional. Maknanya, setiap aktivitas, ide, ataupun benda yang merupakan hasil karya masyarakat lokal dapat menjadi kebudayaan nasional dalam rangka menjaga kebhinekaan. Syarat misi menuju pembangunan berkelanjutan dalam menyongsong pendidikan berkualitas di Indonesia.

Merawat kekayaan lokal untuk global terintegrasi dengan muatan kurikulum yang telah ditetapkan satuan pendidikan. Kualitas pendidikan harus mampu menjaga lokalitas daerah tanpa mengurangi regulasi. Karena keyakinan akan regulasi menetapkan beberapa standar dan mutu pendidikan itu sendiri. Keberdayaan pendidikan di saat sekarang harus terafiliasi support masyarakat sekolah di satuan pendidikan serta regulasi pemerintah.