fbpx
Sarang Burung Hantu, Sebagai Pengendalian Hama Tikus

Rumah Burung Hantu untuk Peengendalian Hama Tikus di Desa Tanjung, Boyolali

Perkembangbiakan hama tikus yang cepat sserta adanya kerusakan yang cukup tinggi membuat petani resah. Tikus swah (ratus argentiventer) merupakan hama yang realtif sulit untuk dikendalikan. Desa Tanjung yang terletak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah merupakan sebuah desa yang menitikberatkan pencaharian mereka pada pertanian, terutama pertanian padi. Namun, belum lama ini para petani di Desa Tanjung diresahkan dengan banyaknya hama tikus yang tentunya telah banyak mengurangi hasil pertanian, bahkan pernah menyebabkan kegagalan panen besar di desa tersebut. Untuk menekan populasi tikus harus  segera teratasi.           Untuk mengatasi hal tersebut, kelompok KKN UNS yang bertempat di Desa Tanjung berinisiatif membangun rumah burung hantu yang dianggap dapat menyelesaikan masalah tersebut.

“Tikus adalah masalah paling besar di Desa Tanjung, jadi kami ingin membangun rumah burung hantu untuk menyelesaikan masalah tersebut karena burung hantu adalah musuh alami tikus. Namun, sayangnya ekosistem di area sawah tidak mendukung burung hantu untuk membuat sarang.” kata Abdillah Adeldarma selaku ketua kelompok KKN.

 

Rumah burung hantu yang dibuat berukuran 80 cm x 80 cm yang terbuat dari tripleks. Rumah burung hantu ini dipasang di tiang penyangga sepanjang 5 meter. Rumah burung hantu ini dibangun selama 10 hari sampai pemasangan dengan dibantu juga oleh masyarakat setempat. Diharapkan dengan rumah burung hantu ini, tentunya dapat mengembalikan ekosistem burung hantu di Desa Tanjung yang sempat mengalami penurunan. Sebelumnya, populasi burung hantu di desa Tanjung bisa terbilang banyak, namun beberapa waktu belakangan, masyarakat masih belum sadar akan konstribusi burung hantu dalam ekosistem dimana terjadi perburuan burung hantu secara besar-besaran yang mengakibatkan populasi burung hantu menurun drastis.

 “Dahulu, warga sangat gemar menembaki burung-burung, dan salah satunya burung hantu. Jadi, burung hantu jarang berani terlihat berkeliaran bebas sekarang ini. Namun, masih banyak yang bersembunyi di atap masjid dan juga beberapa rumah penduduk.” kata Bapak Suyadi, Kepala Desa Tanjung.

Setelah prosesi penyerahan dengan petani setempa, diharapkan para petani dapat merawat rumah burung hantu tersebut agar awet selama digunanakan dan terus berfungsi dengan baik. Serta mahasiswa KKN UNS semoga selalu dapat berkontribusi dan bermanfaat bagi masyarakat.