Azhar Arrahman Nainggolan Azhar 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Hai Guru Profesional! Salam Pendidikan! Salam Pancasila! Saya Azhar Arrahman Nainggolan sering dipanggil Azhar, saya merupakan Mahasiswa PPG Pra-Jabatan Gelombang 1 Tahun 2024 LPTK Universitas Pamulang. Saat ini saya sedang menempuh semester 2 tidak terasa akan berakhir masa studinya. Melalui beranda inspirasi, saya ingin memberikan hasil pikiran dan merupakan tugas mata kuliah Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia yakni pada topik 1 dimensi Aksi Nyata.  Saya akan memberikan tulisan refleksi menggunakan alur MERDEKA yang terdiri dari mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata. Refleksi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam bagi diri sendiri dan orang lain terutama kalian yang berprofesi sebagai Guru Profesional di seluruh Indonesia yang dapat saya sampaikan antara lain, sebagai berikut: 1.Mulai dari Diri (Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?) Sebelum memulai proses pembelajaran mata kuliah Topik 1 Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia, saya memiliki pemikiran bahwa, mata kuliah ini akan memberikan pemahaman tentang cara guru saat melaksanakan perancanaan, proses dan evaluasi pembelajaran mengaitkan dengan sosiokultural peserta didik dalam aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik hal tersebut sangat penting bagi seorang guru dalam mengenal lebih dalam tentang peserta didik. 2. Eksplorasi Konsep (Apa yang Anda pelajari dari Konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?) Saat saya melakukan eksplorasi konsep saya diajak untuk mendalami dalam aspek historis terkait pendidikan era pra-kemerdekaan, saat itu pendidikan masih sulit untuk ditempuh atau dinikmati oleh masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan dominasi dari negara Barat yang merupakan negara imperialis yang menindas masyarakat Indonesia kala itu. Pendidikan kala itu bagi masyarakat Indonesia hanya dapat diperoleh masyarakat keturunan darah biru atau orang berpengaruh (pemerintahan). Saat itu ada seorang yang peduli dengan Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dengan gagasannya dituangkan dalam Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara dalam Taman Siswa memberikan sinyal awal berkembangnya pendidikan di negara Indonesia. Berdasarkan hal tersebut dapat saya menemukan bahwa perkembangan pendidikan Indonesia dipengaruhi oleh aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik kala itu. 3. Ruang Kolaborasi (Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam Ruang Kolaborasi?) Saat saya telah mengetahui bahwa pendidikan Indonesia dipengaruhi oleh aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik di era pra-kemerdekaan. Dimensi Ruang Kolaborasi memberikan pelajaran bahwa di era pra-kemerdekaan dan pasca kemerdekaan pendidikan Indonesia sudah mengalami perkembangan hanya saja belum sepenuhnya, hal ini dapat saya ketahui bahwa pada ruang kolaborasi saya dan rekan-rekan diberikan penjelasan tentang 5 video orang-orang yang berprestasi memiliki kepedulian pada pendidikan Indonesia. Melalui program Indonesia Mengajar mereka mengalami secara langsung keadaan nyata masyarakat di berbagai daerah masih mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan hanya saja dalam aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik berbeda dengan saat pra-kemerdekaan. Saat ini yang lebih mempengaruhi adalah aspek ekonomi dan politik yang memiliki peran penting dalam mengembangkan aspek budaya dan sosial. 4. Demonstrasi Kontekstual (Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demontrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok bisa tentang materi, rekan dan diri sendiri?) Pada dimensi ini, hal penting yang dapat saya pelajari adalah dalam melaksanakan rencana dan pelaksanaan materi dipengaruhi aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik. Hal ini dapat saya temukan saat menyiapkan materi terakhir dan pelaksanaan demonstrasi setiap rekan memiliki peran dan fungsi berbeda-beda, tetapi tujuan utamanya adalah keberhasilan kelompok. 5. Elaborasi Pemahaman (Sejauh ini apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini, apa hal baru yang Anda pahami atau berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?) Sebelumnya saya sudah dapat memahami bahwa Pendidikan di Indonesia dari masa ke masa (pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan) dipengaruhi oleh sosial, budaya, ekonomi dan politik. Selanjutnya, saya masuk pada dimensi elaborasi pemahaman yang memberikan pemahaman yang lebih mendalam bahwa Pendidikan Indonesia saat ini menghadapi permasalahan yang lebih kompleks yaitu kualitas pendidikan, keterbatasan sumber daya dan keberagaman budaya. Dalam konteks ini, penerapan konsep utama teori sosiokultural Vygotsky’s yaitu alat psikologis dan mediasi dapat menjadi strategi efektif untuk mengatasi tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Alat psikologis mencakup bahasa, teknologi, simbol matematika, dan alat bantu lainnya yang digunakan untuk berpikir dan belajar. Di Indonesia, penggunaan bahasa sebagai alat psikologis sangat penting mengingat keberagaman bahasa daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai alat pemersatu dan medium utama dalam proses belajar mengajar. Mediasi dalam pendidikan merujuk pada peran guru dan orang dewasa lainnya dalam membimbing siswa melalui interaksi sosial untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Vygotsky menekankan pentingnya Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) dan scaffolding, di mana guru memberikan dukungan sementara yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam konteks Indonesia, mediasi seringkali terjadi melalui pendekatan belajar kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran berbasis proyek dan diskusi kelompok adalah contoh konkret di mana mediasi dapat diterapkan. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan dan umpan balik selama proses belajar. 6. Koneksi Antar Materi (Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?) Berangkat dari dimensi elaborasi pemahaman tentang teori Vygotsky’s yakni alat psikologis dan mediasi dan dikaitkan dengan materi mata kuliah Pemahaman tentang Peserta Didik bahwa Pendidikan di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang mencerminkan keragaman budaya, sosial, dan ekonomi di seluruh nusantara. Pendekatan sosiokultural dalam pendidikan, yang dipengaruhi oleh teori Vygotsky, menawarkan kerangka kerja yang berguna untuk memahami dan mengatasi tantangan ini. Perspektif sosiokultural menekankan pentingnya interaksi sosial, budaya, dan penggunaan alat psikologis dalam proses belajar. Artikel ini akan membahas penerapan perspektif sosiokultural dalam konteks pendidikan di Indonesia dan bagaimana hal ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta relevansinya bagi para guru. Pemahaman yang mendalam tentang peserta didik adalah kunci untuk menerapkan perspektif sosiokultural secara efektif dalam pendidikan. Berikut adalah beberapa aspek penting dari pemahaman tentang peserta didik dalam konteks sosiokultural: Keragaman Budaya Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya yang sangat besar. Setiap siswa membawa latar belakang budaya yang unik ke dalam kelas. Guru perlu memahami dan menghargai keragaman ini serta mampu mengintegrasikan konteks budaya lokal dalam pengajaran. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi lebih inklusif dan relevan bagi semua siswa. Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah inti dari proses belajar menurut Vygotsky. Guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong interaksi sosial dan kolaborasi antara siswa. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang melibatkan kerja sama, diskusi, dan refleksi. Dengan menjadi mediator yang efektif, guru dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting. 7. Aksi Nyata (Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai Guru? Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya? Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?) Perspektif sosiokultural dalam pendidikan menawarkan pendekatan yang kaya dan bermakna untuk memahami dan mengatasi tantangan pendidikan di Indonesia. Dengan menekankan pentingnya alat psikologis dan mediasi, serta peran interaksi sosial dalam proses belajar, perspektif ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan relevansi bagi para siswa. Guru memiliki peran sentral dalam penerapan perspektif sosiokultural ini, dan pemahaman yang mendalam tentang peserta didik adalah kunci untuk menerapkan perspektif ini secara efektif. Manfaat dari pembelajaran ini sangat penting untuk kesiapan sebagai guru, termasuk pemahaman yang lebih mendalam tentang siswa, peningkatan keterampilan mediasi, dan penggunaan teknologi yang lebih efektif. Dengan menilai kesiapan diri saat ini dan mempersiapkan langkah-langkah lebih lanjut, guru dapat mengoptimalkan penerapan perspektif sosiokultural dalam pengajaran dan berkontribusi. Menilai kesiapan sebagai guru dalam skala 1-10, dengan mempertimbangkan pemahaman dan penerapan perspektif sosiokultural, dapat memberikan gambaran tentang area yang perlu diperbaiki. Kesiapan Saya: 8 Alasan: Pemahaman Teoritis: Saya memiliki pemahaman yang baik tentang teori sosiokultural Vygotsky dan bagaimana konsep-konsep seperti alat psikologis dan mediasi dapat diterapkan dalam konteks pendidikan. Penggunaan Teknologi: Saya cukup terampil dalam menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran, namun masih perlu meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi yang lebih canggih dan interaktif. Pengalaman Praktis: Saya memiliki pengalaman dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung interaksi sosial dan kolaborasi, tetapi perlu lebih banyak latihan dalam mengidentifikasi dan menerapkan ZPD serta teknik scaffolding secara efektif Untuk menerapkan perspektif sosiokultural dengan optimal, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan lebih lanjut: Pelatihan Lanjutan: Mengikuti pelatihan dan workshop yang berfokus pada penerapan teori sosiokultural dalam pengajaran, penggunaan teknologi pendidikan, dan teknik mediasi. Observasi dan Refleksi: Melakukan observasi terhadap guru lain yang sudah menerapkan pendekatan sosiokultural secara efektif dan refleksi terhadap praktik pengajaran sendiri untuk menemukan area yang perlu diperbaiki. Kolaborasi dengan Rekan Guru: Bekerja sama dengan rekan-rekan guru untuk berbagi pengalaman, strategi, dan sumber daya dalam menerapkan pendekatan sosiokultural. Pengembangan Materi Ajar: Mengembangkan materi ajar yang lebih kontekstual dan relevan dengan latar belakang budaya siswa serta memanfaatkan teknologi untuk membuat materi lebih interaktif. Fokus pada ZPD dan Scaffolding: Melakukan lebih banyak latihan dalam mengidentifikasi ZPD siswa dan menerapkan teknik scaffolding yang efektif untuk membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka.