fbpx

Sekolah berkontribusi dalam Program Kampung Iklim (Proklim) 2024

Pendidikan berkualitas tidak hanya berkaitan dengan materi pelajaran (hardskill) seperti pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, maupun mata pelajaran lainnya. Para guru dapat memberikan wawasan kepada murid mengenai sofskill termasuk berpikir kritis mengenai isu-isu global seperti sustainable development. Menurut Sustainable Development Report (SDR 2024) Indonesia pada tahun 2023 berada di peringkat 78 dari 167 negara. SDGs 4 (Quality Education) merupakan salah satu SDGs yang berstatus challenges remain dan on track or maintaining SDGs achievement. Hal ini berarti walaupun sudah dalam jalur yang sesuai dengan yang ditargetkan, namun masih memiliki beberapa tantangan. Pengarusutamaan isu global perlu ditekankan dalam dunia pendidikan untuk memantik wawasan murid untuk selanjutnya dapat melakukan inisiatif praktik-praktik berkelanjutan di lingkungan sekolah. Salah satunya adalah berkaitan dengan perubahan iklim (SDGs 13)

Perubahan iklim saat ini perlu ditangani bersama oleh semua pihak. Semua pihak perlu menekan rata-rata suhu global <2 derajat celcius dan membatasi kenaikan suhu 1,5 derajat celcius. Oleh karena itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) berupaya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan adanya program kampung iklim (Proklim). Dari tahun ke tahun terdapat peningkatan peserta proklim dan berbagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan dari semua pihak mulai dari masyarakat sipil (civil society), dunia usaha (private sector), institusi keuangan (financial institutions), kota dan otoritas nasional lain, komunitas lokal. Pada tahun 2024, KLHK RI melakukan rekonseptualisasi Proklim untuk memperkuat pemahaman dan pelaksanaan aksi nyata perubahan iklim di tingkat tapak sejalan dengan Nationally Determined Contribution (NDC) dalam Paris Agreement.

Jika pada tahun sebelumnya para peserta Proklim adalah berbasis wilayah yaitu lokasi yang berada pada wilayah administrasi minimal setingkat dusun/RW atau desa/kelurahan dimana terdapat kelompok masyarakat yang telah melaksanakan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan. Maka pada tahun 2024, KLHK telah membuat kategori baru yaitu peserta yang berbasis wilayah kerja komunitas seperti pondok pesantren, kampus, sekolah, perkantoran, kawasan industri, dan wilayah kerja kelompok lain. Tujuan dari rekonseptualisasi proklim yaitu untuk mengakselerasi/ mempercepat, mensinergikan jangkauan berbagai aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada berbagai tipe wilayah dan komunitas untuk membentuk masyarakat yang berketahanan iklim dengan gaya hidup rendah emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Jika sebelumnya terdapat beberapa penghargaan seperti Sekolah Adiwiyata dan saat ini dapat terlibat dalam proklim. Hal ini menjadi sebuah kesempatan sekolah, kampus, pondok pesantren untuk meningkatkan dan melakukan praktik-praktik baik dalam upaya menyelesaikan perubahan iklim.

Untuk menyongsong dalam kontribusi sekolah untuk proklim, maka perlu didukung oleh kegiatan-kegiatan mengenai adaptasi dan mitigasi iklim di lingkungan sekolah. Kegiatan proyek sosial ataupun pembelajaran berbasis proyek yang mendukung kegiatan SDG pilar Lingkungan perlu dikampanyekan bagi murid-murid sekolah.  Berikut ini adalah beberapa contoh untuk menggerakan praktik-praktik berkelanjutan untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim di sekolah.

  1. Unit Kegiatan Siswa mengenai perubahan iklim

Dalam praktiknya dibutuhkan sebuah dukungan dari pihak sekolah yang mewadahi suatu unit kegiatan siswa yang mendukung aksi-aksi perubahan iklim. Terdapat murid yang memiliki kesadaran akan perubahan iklim, namun mereka masih belum berani melakukan aksi dikarenakan kurangnya dukungan dari teman-teman yang memiliki visi yang sama mengenai aksi perubahan iklim. Ada siswa yang mulai memilah sampah di rumah, namun belum bisa memilah sampah di sekolah karena kurang terorganisir salah satunya kelembagaan. Dengan adanya kelembagaan ini, maka akan menciptakan ekosistem yang positif bagi para murid untuk melakukan upaya-upaya seperti memilah sampah, menghemat energi, menghemat air, melakukan upaya penghijauan di sekolah. Selain itu, kelembagaan seperti unit kegiatan siswa yang berorientasi pada lingkungan dapat melakukan kegiatan-kegiatan diskusi isu-isu terkini dan mendatangkan para praktisi untuk memberikan wawasan lingkungan kepada anggota komunitas di sekolah. Bahkan di beberapa sekolah saat ini telah ada Bank Sampah sehingga dapat memberikan motivasi bagi murid untuk melakukan pengelolaan sampah dengan baik di sekolah.

 

  1. Fasilitas yang memadai

Manajemen sekolah juga perlu mengakomodir praktik baik untuk perubahan iklim dnegan menyediakan berbagai fasilitas yang memadai. Sekolah dapat melengkapi fasilitasnya yang mendukung pengolahan sampah seperti adanya tempat sampah pilah. Fasilitas lainnya adalah seperti dropbox untuk memilah sampah botol plastik. Sekolah juga dapat mengkampanyekan praktik baik dengan membuat papan informasi, poster, maupun media komunikasi kreatif lainnya untuk mengkampanyekan nilai-nilai ataupun kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh guru, murid, atau bahkan pengunjung sekolah

 

  1. Tersedianya peraturan sekolah mengenai aksi perubahan iklim

Peraturan sekolah juga dapat memberikan suatu aksi nyata untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim. Dengan kebijakan sekolah dibarengi dengan contoh-contoh baik dari guru dan manajemen, maka diharapkan dapat menular kepada pihak lainnya. Kebijakan mengenai kantin untuk mengelola sampah dengan baik, kebijakan mengenai pengunjung untuk turut serta dalam pengelolaan sampah dapat dijadikan opsi agar sekolah dapat mengelola wilayah sekolah untuk tetap asri dan bersih sehingga dapat berkontribusi dalam upaya adaptasi dan mitigasi iklim.

                Pada akhirnya, kontribusi semua pihak merupakan sebuah kunci utama bagi sekolah untuk turut menyelesaikan masalah lingkungan. Sekolah diharapkan dapat mencetak murid-murid sebagai agent of change di lingkungan masing-masing perlu didorong untuk melakukan transformasi dan menyelesaikan masalah global. Â