Ranisa Tanjung 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More TOPIK 1- Koneksi Antar Materi Filosofi Pendidikan Indonesia 1. Kesimpulan Penguasaan Materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’ Sosok Ki Hajar Dewantara tidak bisa kita lepaskan dari perjalanan panjang pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara merupakan pioner dan pelopor terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia. Keberadaannya dalam menentang penjajahan Belanda adalah dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Dengan mendirikan perguruan tersebut ia bercita-cita agar bangsa Indonesia merdeka lahir batin. Pemikirannya sangat relevan sebagai sebuah terobosan dalam membangun pendidikan saat ini yang dalam keadaan kritis. Pada tahun 1922, berdirilah Taman Siswa Yogyakarta yang mengusung filosofi pendidikan nasional. Taman Siswa berfokus pada kemerdekaan nasional, perintis pendidikan nasional, dan perintis kebudayaan nasional. Tujuannya adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang merdeka, berbudaya, dan bermartabat. Berdirinya Taman Siswa merupakan tonggak penting dalam sejarah pendidikan Indonesia. Taman Siswa menjadi pelopor pendidikan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan dan martabat bangsa Indonesia. Pendidikan di Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Banyaknya perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan pada masa kolonial dikhususkan untuk kaum bangsawan, jumlah guru pada saat itu juga terbatas, dan sekolah hanya diperuntukkan untuk orang eropa sedangkan pribumi diperbolehkan sekolah namun hanya diberikan pembelajaran membaca, menulis dan berhitung. Seiring berjalannya waktu adanya perubahan Pendidikan setelah kemerdekaan yaitu berupaya menyelenggarakan pendidikan yang bisa diakses untuk semua golongan serta pendidikan yang memperhatikan kebudayaan bangsa. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mengakar pendidikan pada budaya lokal. Ia merasa bahwa peserta didik harus memahami dan menghargai warisan budaya mereka sendiri. Ini dapat meningkatkan rasa identitas dan kebanggaan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai lokal. Satu kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menebalkan prilaku peserta didik di kelas atau sekolah adalah tata krama dan budi pekerti. Dimana masyarakat Suku Jawa sangat menjunjung tinggi sikap dan tata krama seseorang. Hal ini dapat diterapkan pada lingkungan pendidikan yaitu melalui program 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun). Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap peran saya sebagai pendidik adalah sebagai pamong yang dapat mendidik sesuai minat dan potensi yang dimiliki anak. Pendidikan yang memerdekakan anak bertujuan untuk memberdayakan peserta didik agar menjadi individu yang mandiri dan kreatif. Hal ini dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Konsep ini mendorong motivasi intrinsik, di mana peserta didik tidak hanya belajar karena tekanan eksternal atau tuntutan guru, tetapi karena rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami dunia sekitarnya. Anak-anak bebas mengekspresikan dirinya sesuai dengan minatnya. Namun demikian seorang pendidik harus tetap memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah. Peran saya sebagai seorang pendidik adalah menuntun peserta didik dengan memberikan pengajaran dan mengarahkan peserta didik untuk dapat menuju keselamatan dan kebahagiaan. Pendidik menjadi fasilitator untuk mengarahkan dan menuntun peserta didik. Dengan demikian, dalam proses belajar peserta didik merasa senang dan tidak merasa tertekan sehingga anak-anak dapat menemukan arti merdeka belajar yang sesungguhnya dalam proses pembelajaran. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang “Merdeka Belajar” dan pendidikan yang inklusif menjadi landasan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Merdeka Belajar menekankan pentingnya kemerdekaan dalam belajar, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Pendidikan yang inklusif menekankan pentingnya kesetaraan dalam pendidikan, sehingga setiap orang, tanpa memandang kondisi fisik, mental, atau sosialnya, dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas. Pendidikan di Indonesia mulai berkembang pesat pada abad ke-21. Pendidikan tidak hanya berfokus pada kemandirian siswa dan pengembangan karakter, tetapi juga pada relevansi kurikulum. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidik juga dilakukan. Abad ke-21 ditandai dengan era globalisasi. Hal tersebut dapat diatasi dengan menerapkan kurikulum merdeka belajar yang memberikan kebebasan kepada guru dan peserta didik untuk menentukan tujuan, materi, metode, dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan potensi, minat, dan kebutuhan mereka. Kurikulum ini juga mengacu pada profil pelajar pancasila, yang mengembangkan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika. Selanjutnya, seorang pendidik dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yang melibatkan siswa secara aktif, kooperatif, dan induktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini membantu siswa mengembangkan kreativitas, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan di abad 21. 2. Refleksi Diri Materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’ pada mata kuliah Filosofi Pendidikan ini memberikan saya banyak sekali pemahaman baru yang sebelumnya tidak pernah saya ketahui, bahkan sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikiran saya. Jadi kalau boleh jujur saya merasa sangat beruntung bisa mendapatkan pendidikan ini, khususnya pada materi tersebut. Pada tahap awal pembelajaran saya diberikan sedikit demi sedikit gambaran mengenai pendidikan yang mungkin sudah terjadi, sedang terjadi, atau seharusnya terjadi di negara kita tercinta ini. Jadi sebisa mungkin saya berusaha untuk meletakkan hati saya sepenuhnya untuk belajar dan berharap kelak dapat menuangkannya ke lapangan saat sudah menjadi guru, dan saya juga meyakini diri saya bahwa saya mampu untuk melakukan perubahan positif serta membawa perubahan tersebut ketika saya mengabdi di lapangan. Namun dalam mencapai tujuan tersebut saya akan mulai dari diri saya terlebih dahulu. Saya akan meyakini diri saya 100% bahwa saya mampu dan harus siap dengan harus membuktikannya. Sebelum saya membuktikan tentu saya harus mempunyai modal untuk menjadi pegangan saya, yang dimana dapat saya peroleh dari ilmu-ilmu selama saya menjalani pendidikan ini, pengalaman yang akan saya dapatkan baik di kampus maupun di sekolah, dan nasehat-nasehat dari dosen maupun guru-guru. Jadi sebisa mungkin saya akan menjalani semua ini dengan sepenuh hati agar saya dapat menyerap semuanya.