fbpx

Refleksi Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya Ki Hajar Dewantara

Sosok  Ki  Hajar  Dewantara  tidak bisa  kita  lepaskan  dari  perjalanan  panjang pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara merupakan pioner dan pelopor terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia. Keberadaannya dalam menentang    penjajahan    Belanda    adalah dengan    mendirikan    Perguruan    Taman Siswa.    Dengan    mendirikan    perguruan tersebut    ia    bercita-cita    agar    bangsa Indonesia merdeka lahir batin. Pemikirannya    sangat    relevan    sebagai sebuah    terobosan    dalam    membangun pendidikan  saat  ini  yang  dalam  keadaan kritis.  Semboyannya  yang  terkenal  ialah tut  wuri  handayani (di  belakang  memberi dorongan), ing  madya  mangun  karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing  ngarsa  sung  tulada (di depan   memberi   teladan).  Ketiga  semboyan  ini  apabila  kita maknai  serta  hayati  bersama  merupakan akar  dan  ujung  tombak  dari  peran  serta guru  dalam  menjalankan  roda  pendidikan nasional. Oleh sebab itu, tugas  dan  fungsi  guru  didalam  kelas  tidak hanya transfer  knowladge, melainkan  inti dari  tugas  guru  adalah  mengembangkan, mengarahkan, dan memberimotifasi.

Ki Hajar memandang siswa atau peserta didik adalah manusia yang mempunyai kodratnya   sendiri   dan   juga   kebebasan dalam  menentukan  hidupnya.  Pandangan Ki    Hajar    tentang    siswa    yang    tidak mengekang   kebebasan   siswa   ini   sesuai dengan   pandangan   humanistik   terhadap siswa.   Aliran   humanistik   ini   membantu siswa  dalam  mengembangkan  potensinya dan    membiarkan    siswa    belajar    dari pengalaman yang dialaminya sendiri. Ki  Hajar  Dewantara  terkenal  juga sebagai pejuang dan budayawan. Selanjutnya dalam konteks  pendidikan,  Ki Hajar Dewantara mengemukakan Panca Dharma. Panca Dharma secara umum yang terhimpun  dalam  konsepsi  tersebut adalah: asas kodrat alam, asas kemerdekaan, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.

Pancadarma memberikan sebuah gambaran  dengan  sendirinya  mendorongkan asas aliran, haluan, anjuran, tekat, niat, dan kemauan  supaya  kita  bisa  berbuat  segala apa   yang   berdasarkan   lima dasar itu. Berilah (Kemerdekaan) dan kebebasan kepada anak-anak kita, bukan   kemerdekaan yang leluasa. Namun yang terbatas oleh tuntutan-tuntutan  (Kodrat  alam)  yang  hak  atau  nyata, dan menuju ke arah (Kebudayaan), yakni keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Agar kebudayaan tadi dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan diri dan masyarakat,  maka  perlulah  dipakainya  dasar (Kebangsaan), akan tetapi jangan sekali-kali dasar  ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu   dasar (Kemanusiaan).

Begitu juga konsep Sistem  Among (sistem pengajaran)  dan Kodrat Alam (kehendak alam)  juga merupakan buah gagasan dari pemikirannya. Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar  Dewantara  merangkum  konsep yang dikenal dengan istilah Among Methode atau sistem among.    Among mempunyai  pengertian  menjaga,  membina dan  mendidik  anak  dengan  kasih  sayang. Pelaksanaan among (momong) disebut Pamong, yang mempunyai kepandaian dan pengalaman   lebih   dari   yang   diamong. Guru  atau  dosen  di  Taman  Siswa  disebut pamong    yang    bertugas    mendidik    dan mengajar  anak  sepanjang  waktu.  Tujuan sistem   among   membangun   anak   didik menjadi  manusia  beriman  dan  bertakwa, merdeka  lahir  batin,  budi  pekerti  luhur, cerdas   dan   berketerampilan,   serta   sehat jasmani    rohani    agar    menjadi    anggota masyarakat  yang mandiri dan  bertanggung jawab  atas  kesejahteraan  tanah  air  serta manusia pada umumnya. Sistem  Among  adalah  suatu  sistem pendidikan  yang  berjiwa kekeluargaan yang bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem Amongini berdasarkan cara berlakunya disebut sistem Tut  wuri  Handayani.  Dalam  sistem ini  orientasi  pendidikan  adalah  pada  anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered.

Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam karena pada dasarnya anak telah membawa sendiri sifat dan karakter pada dirinya sehingga pendidikan perlu menyelaraskannya dengan kodrat yang telah dimiliki anak sehingga pendidikan dapat menyatu dan sejalan sesuai dengan pola karakter anak dan akhirnya tanpa sadar anak akan mengikuti pola pendidikan itu sendiri tanpa adanya paksaan, begitu juga dengan kodrat zaman di mana setiap perkembangan zaman akan berdampingan dengan kehidupan anak, yang akan berpengaruh pada diri anak sendiri sehingga pendidikan selaras dengan perkembangan zaman agar terjadi koneksitas pemahaman yang sama dan pendidikan sejatinya menuntun anak mencapai kekuatan kodratnya.

Kodrat alam berkaitan dengan keadaan alam atau lingkungan di mana anak itu berada. Sebagai pendidik kita harus memahami latar belakang anak, dari mana mereka berasal, karena pastinya tingkah laku mereka mencerminkan lingkungan di mana mereka tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga kita dapat menuntun mereka dengan baik sesuai dengan kodrat alam yang mereka miliki. Sedangkan kodrat zaman yang dimiliki anak misalnya saat ini anak anak sedang dihadapkan pada perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat. Sebab, maksud dari kodrat zaman maka kita sebagai pendidik harus menyesuaikan dengan kondisi zaman anak itu sendiri. Tugas kita sebagai guru adalah membimbing dan mendampingi mereka agar dapat memanfaatkan teknologi dengan baik atau dengan kata lain tidak menyalahgunakan teknologi yang dapat merusak mental dan moral anak.

Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap peran saya sebagai pendidik adalah sebagai pamong yang dapat mendidik sesuai minat dan potensi yang dimiliki anak. Pendidikan yang memerdekakan anak bertujuan untuk memberdayakan peserta didik agar menjadi individu yang mandiri dan kreatif. Hal ini dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Konsep ini mendorong motivasi intrinsik, di mana peserta didik tidak hanya belajar karena tekanan eksternal atau tuntutan guru, tetapi karena rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami dunia sekitarnya. Anak-anak bebas mengekspresikan dirinya sesuai dengan minatnya. Namun demikian seorang pendidik harus tetap memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah. Peran saya sebagai seorang pendidik adalah menuntun peserta didik dengan memberikan pengajaran dan mengarahkan peserta didik untuk dapat menuju keselamatan dan kebahagiaan. Pendidik menjadi fasilitator untuk mengarahkan dan menuntun peserta didik. Dengan demikian, dalam proses belajar peserta didik merasa senang dan tidak merasa tertekan sehingga anak-anak dapat menemukan arti merdeka belajar yang sesungguhnya dalam proses pembelajaran.

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mengakar pendidikan pada budaya lokal. Ia merasa bahwa peserta didik harus memahami dan menghargai warisan budaya mereka sendiri. Ini dapat meningkatkan rasa identitas dan kebanggaan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai lokal. Satu kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah adalah tata krama dan budi pekerti. Dimana masyarakat Suku Jawa sangat menjunjung tinggi sikap dan tata krama seseorang. Hal ini dapat diterapkan pada lingkungan pendidikan yaitu melalui program 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun). Bersikap sopan dan satun terhadap sesama manusia bagi kami adalah karakter yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Hal ini merupakan wujud kontekstualisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam keteladanan sesuai dengan semboyannya  “Ing Ngaro Sung Tulodo”. Guru memberikan contoh kepada peserta didik untuk melakukan pembiasaan 5S baik di lingkungan sekolah maupun ketika berinteraksi dengan masyarakat lainnya.