Shauma Qurrota A'yun 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Sosok Ki Hajar Dewantara tidak bisa kita lepaskan dari perjalanan panjang pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara merupakan pioner dan pelopor terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia. Keberadaannya dalam menentang penjajahan Belanda adalah dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Dengan mendirikan perguruan tersebut ia bercita-cita agar bangsa Indonesia merdeka lahir batin. Pemikirannya sangat relevan sebagai sebuah terobosan dalam membangun pendidikan saat ini yang dalam keadaan kritis. Semboyannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan). Ketiga semboyan ini apabila kita maknai serta hayati bersama merupakan akar dan ujung tombak dari peran serta guru dalam menjalankan roda pendidikan nasional. Oleh sebab itu, tugas dan fungsi guru didalam kelas tidak hanya transfer knowladge, melainkan inti dari tugas guru adalah mengembangkan, mengarahkan, dan memberimotifasi. Ki Hajar memandang siswa atau peserta didik adalah manusia yang mempunyai kodratnya sendiri dan juga kebebasan dalam menentukan hidupnya. Pandangan Ki Hajar tentang siswa yang tidak mengekang kebebasan siswa ini sesuai dengan pandangan humanistik terhadap siswa. Aliran humanistik ini membantu siswa dalam mengembangkan potensinya dan membiarkan siswa belajar dari pengalaman yang dialaminya sendiri. Ki Hajar Dewantara terkenal juga sebagai pejuang dan budayawan. Selanjutnya dalam konteks pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengemukakan Panca Dharma. Panca Dharma secara umum yang terhimpun dalam konsepsi tersebut adalah: asas kodrat alam, asas kemerdekaan, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan. Pancadarma memberikan sebuah gambaran dengan sendirinya mendorongkan asas aliran, haluan, anjuran, tekat, niat, dan kemauan supaya kita bisa berbuat segala apa yang berdasarkan lima dasar itu. Berilah (Kemerdekaan) dan kebebasan kepada anak-anak kita, bukan kemerdekaan yang leluasa. Namun yang terbatas oleh tuntutan-tuntutan (Kodrat alam) yang hak atau nyata, dan menuju ke arah (Kebudayaan), yakni keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Agar kebudayaan tadi dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan diri dan masyarakat, maka perlulah dipakainya dasar (Kebangsaan), akan tetapi jangan sekali-kali dasar ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar (Kemanusiaan). Begitu juga konsep Sistem Among (sistem pengajaran) dan Kodrat Alam (kehendak alam) juga merupakan buah gagasan dari pemikirannya. Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara merangkum konsep yang dikenal dengan istilah Among Methode atau sistem among. Among mempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksanaan among (momong) disebut Pamong, yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Guru atau dosen di Taman Siswa disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu. Tujuan sistem among membangun anak didik menjadi manusia beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani rohani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya. Sistem Among adalah suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan yang bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem Amongini berdasarkan cara berlakunya disebut sistem Tut wuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam karena pada dasarnya anak telah membawa sendiri sifat dan karakter pada dirinya sehingga pendidikan perlu menyelaraskannya dengan kodrat yang telah dimiliki anak sehingga pendidikan dapat menyatu dan sejalan sesuai dengan pola karakter anak dan akhirnya tanpa sadar anak akan mengikuti pola pendidikan itu sendiri tanpa adanya paksaan, begitu juga dengan kodrat zaman di mana setiap perkembangan zaman akan berdampingan dengan kehidupan anak, yang akan berpengaruh pada diri anak sendiri sehingga pendidikan selaras dengan perkembangan zaman agar terjadi koneksitas pemahaman yang sama dan pendidikan sejatinya menuntun anak mencapai kekuatan kodratnya. Kodrat alam berkaitan dengan keadaan alam atau lingkungan di mana anak itu berada. Sebagai pendidik kita harus memahami latar belakang anak, dari mana mereka berasal, karena pastinya tingkah laku mereka mencerminkan lingkungan di mana mereka tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga kita dapat menuntun mereka dengan baik sesuai dengan kodrat alam yang mereka miliki. Sedangkan kodrat zaman yang dimiliki anak misalnya saat ini anak anak sedang dihadapkan pada perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat. Sebab, maksud dari kodrat zaman maka kita sebagai pendidik harus menyesuaikan dengan kondisi zaman anak itu sendiri. Tugas kita sebagai guru adalah membimbing dan mendampingi mereka agar dapat memanfaatkan teknologi dengan baik atau dengan kata lain tidak menyalahgunakan teknologi yang dapat merusak mental dan moral anak. Relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap peran saya sebagai pendidik adalah sebagai pamong yang dapat mendidik sesuai minat dan potensi yang dimiliki anak. Pendidikan yang memerdekakan anak bertujuan untuk memberdayakan peserta didik agar menjadi individu yang mandiri dan kreatif. Hal ini dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Konsep ini mendorong motivasi intrinsik, di mana peserta didik tidak hanya belajar karena tekanan eksternal atau tuntutan guru, tetapi karena rasa ingin tahu dan keinginan untuk memahami dunia sekitarnya. Anak-anak bebas mengekspresikan dirinya sesuai dengan minatnya. Namun demikian seorang pendidik harus tetap memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah. Peran saya sebagai seorang pendidik adalah menuntun peserta didik dengan memberikan pengajaran dan mengarahkan peserta didik untuk dapat menuju keselamatan dan kebahagiaan. Pendidik menjadi fasilitator untuk mengarahkan dan menuntun peserta didik. Dengan demikian, dalam proses belajar peserta didik merasa senang dan tidak merasa tertekan sehingga anak-anak dapat menemukan arti merdeka belajar yang sesungguhnya dalam proses pembelajaran. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mengakar pendidikan pada budaya lokal. Ia merasa bahwa peserta didik harus memahami dan menghargai warisan budaya mereka sendiri. Ini dapat meningkatkan rasa identitas dan kebanggaan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai lokal. Satu kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah adalah tata krama dan budi pekerti. Dimana masyarakat Suku Jawa sangat menjunjung tinggi sikap dan tata krama seseorang. Hal ini dapat diterapkan pada lingkungan pendidikan yaitu melalui program 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun). Bersikap sopan dan satun terhadap sesama manusia bagi kami adalah karakter yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Hal ini merupakan wujud kontekstualisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam keteladanan sesuai dengan semboyannya “Ing Ngaro Sung Tulodo”. Guru memberikan contoh kepada peserta didik untuk melakukan pembiasaan 5S baik di lingkungan sekolah maupun ketika berinteraksi dengan masyarakat lainnya.