fbpx
Dokumentasi Pribadi

Praktik Baik Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Terintegrasi Numerasi yang Bermakna Berbasis Contextual-Learning dan Problem-Based Learning : Mewujudkan Pembelajaran Numerasi yang Berkualitas dan Berkelanjutan

Peran yang krusial menjadikan pendidikan sebagai salah satu fokus dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang tercantum dalam tujuan SDGs nomor 4 yaitu pendidikan yang berkualitas. Tujuan ini menjamin pendidikan yang berkualitas dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.

Salah satu target dalam tujuan terkait pendidikan berkualitas adalah literasi dan numerasi universal. Diharapkan tahun 2030, pendidikan dapat menjamin bahwa semua remaja dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi (target nomor 4.6). Adapun indikator yang diturunkan dari target, tertuliskan pada metadata indikator 4.1.1 yaitu proporsi anak-anak dan remaja pada kelas 4, tingkat akhir SD/kelas 6, tingkat akhir SMP/kelas 9 yang mencapai standar kemampuan minimum dalam membaca dan matematika. Sejalan dengan tujuan SDGs tersebut, melalui Permendikbudristek Nomor 17 Tahun 2021 tentang Asesmen Nasional Pasal 2, pemerintah memberlakukan evaluasi sistem pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah menggunakan AN (Asesmen Nasional) yang berfokus pada hasil belajar kognitif, nonkognitif, dan lingkungan belajar pada satuan pendidikan. Hasil belajar kognitif meliputi kemampuan literasi dan numerasi pada siswa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi saat ini menjadi dasar penentuan kualitas siswa dalam satuan pendidikan yang akan tertuang dalam rapor pendidikan. Rapor pendidikan disusun berdasarkan Asesmen Kompetensi Minimum/AKM (bagian dari Asesmen Nasional) yang dilaksanakan pada kelas tertentu di setiap jenjang. Pada artikel ini, saya akan membahas  terkait kemampuan numerasi siswa sebagai salah satu kemampuan yang menentukan kecakapan siswa untuk belajar sepanjang hayat.

Kemampuan numerasi (literasi matematika) adalah kemampuan individu untuk bernalar secara matematis serta merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika untuk menyelesaikan masalah dalam beragam konteks dunia nyata (OECD, 2017). Dengan kata lain, numerasi merupakan kemampuan untuk menerapkan berbagai konsep dalam matematika untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata yang dekat dengan lingkungan siswa. Siswa tidak hanya diarahkan sekadar mengetahui konsep dan rumus – rumus abstrak dalam  matematika, tetapi lebih dari itu, siswa diarahkan dan dibiasakan agar mampu menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam menjelaskan kejadian, menyelesaikan permasalahan, dan mengambil keputusan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Konten dalam numerasi dalam framework AKM yaitu  bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar, serta data dan ketidakpastian.

Upaya meningkatkan kemampuan numerasi pada siswa ini butuh peran serta semua pihak baik sekolah, keluarga, masyarakat, dan dukungan positif dari pemerintah. Hal ini dikarenakan kemampuan numerasi siswa di Indonesia tergolong masih rendah. Berdasarkan skor PISA (The Programme for International Student Assessment), kemampuan numerasi (literasi matematika) siswa berada pada skor 366. Hal ini menunjukkan kemampuan numerasi mengalami penurunan dibanding tahun 2018 dan menjadi skor kedua terendah sepanjang tahun 2002 sampai dengan 2022. Apabila dibandingkan dengan rata-rata skor secara global, kemampuan numerasi siswa di Indonesia masih jauh di bawah.

 

Skor PISA pada Kemampuan Numerasi ( Literasi Matematika)

(sumber : www.oecd.org)

Data di sekolah kami, SD Negeri 2 Gadingharjo, juga menunjukkan kemampuan numerasi siswa yang masih rendah. Berdasarkan rapor pendidikan tahun 2021, tidak ada satu pun siswa yang memiliki kemampuan level mahir. Sedangkan di tahun 2022, siswa yang memiliki kemampuan literasi level mahir meningkat menjadi 3,33%. Kondisi yang demikian menjadi dasar bagi sekolah kami  untuk melakukan upaya peningkatan kemampuan numerasi siswa melalui penyelenggaraan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Terintegrasi Numerasi yang Bermakna Berbasis Contextual Learning dan Problem-Based Learning.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis proyek. Pengintegrasian numerasi dalam P5 dapat mendukung pencapaian tujuan SDGs yang lainnya. Hal ini dikarenakan beragamnya tema dalam kegiatan P5 antara lain Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Bhineka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Rekayasa dan Teknologi, dan Kewirausahaan. Kegiatan P5 perlu dilaksanakan dengan menekankan pembelajaran kontekstual dan berbasis masalah agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan memberikan pengalaman belajar nyata kepada siswa.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman nyata sehingga akan berpengaruh pada pola berpikir dan kemampuan memecahkan masalahnya.

Sedangkan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan proses pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan dengan siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dapat menantang siswa untuk belajar dan bekerja keras secara kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga terjadi proses interaksi antara stimulus dan respons (Widiasworo, 2018:149-150). Siswa akan terlibat dalam proses mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, dan menggunakan data untuk melakukan pemecahan masalah.

Kedua model pembelajaran ini berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) terintegrasi numerasi dapat diimplementasikan menggunakan pembelajaran kontekstual dan berbasis masalah. Berikut ini merupakan contoh praktik baik dalam meningkatkan kemampuan numerasi siswa melalui kegiatan P5 dengan menekankan proses pembelajaran yang kontekstual dan berbasis masalah.

(Dokumentasi Pribadi)

Wirausahawan Cilik merupakan kegiatan proyek dalam membuat rencana bisnis dan mengimplementasikannya. Tahapan dari kegiatan ini adalah tahap persiapan, implementasi, refleksi dan evaluasi, serta tahap tindak lanjut. Sebelum tahap persiapan, siswa secara berkelompok diminta terlebih dahulu mewawancarai pelaku usaha perdagangan di sekitar tempat tinggal mereka. Di sekolah, guru dan siswa melakukan diskusi terkait hasil wawancara. Pada tahap persiapan, siswa secara berkelompok membuat rencana bisnis yang terdiri dari nama produk, jumlah produk, dan harga jual produk. Tahapan ini melibatkan kemampuan numerasi siswa dalam menguasai konten bilangan yaitu menghitung modal awal dalam pembuatan produk. Bagaimana siswa dapat memperkirakan keuntungan yang didapat dari hasil penjualan nantinya.

Kemudian, siswa membuat iklan produk menggunakan aplikasi Canva di chromebook. Iklan produk yang sudah jadi selanjutnya mereka sebarkan ke siswa lainnya. Tahap selanjutnya adalah tahap implementasi dimana siswa secara berkelompok mengimplementasikan rencana bisnis mereka. Tahap terakhir dari kegiatan Wirausahawan Cilik adalah refleksi, evaluasi, dan tindak lanjut. Siswa diajak berdiskusi terkait hasil dari penjualan produk. Hasilnya adalah sebagian besar kelompok mendapatkan keuntungan dan satu kelompok mengalami kerugian. Setelah melakukan refleksi, siswa dibimbing untuk mengembangkan kembali rencana bisnis agar tidak mengalami kerugian di kegiatan selanjutnya. Dengan serangkaian aktivitas ini, siswa dikenalkan dengan masalah nyata di sekitar mereka dan diajak untuk merasakan pengalaman belajar secara langsung. Kegiatan ini juga menstimulus kemampuan numerasi mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, terutama kaitannya dengan operasi hitung bilangan.

(Dokumentasi Pribadi)

Stastisi Cilik merupakan proyek untuk menghasilkan produk berupa diagram-diagram melalui proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data. Kegiatan ini mendorong siswa untuk mempraktikkan serangkaian aktivitas pengumpulan hingga penyajian data menggunakan data-data yang nyata. Kegiatan ini melibatkan kemampuan numerasi siswa dalam menguasai konten data dan ketidakpastian. Pada tahap persiapan, siswa secara berkelompok menentukan data yang akan mereka kumpulkan. Ada yang memilih data warna kesukaan, makanan kesukaan, hobi, hingga berat badan.

Setelah menentukan data yang akan dikumpulkan, siswa membuat kuisioner dan membagikannya dari kelas ke kelas. Tahap selanjutnya adalah menghitung banyak data berdasarkan kuisioner yang telah diisi. Data yang telah dibuat dalam tabel data kemudian mereka sajikan dalam bentuk diagram garis, batang, dan lingkaran. Terakhir, siswa diajak berdiskusi dan berefleksi terkait kegiatan yang sudah dilaksanakan: data mana yang terbanyak, paling sedikit, jumlah data, dan selisih data. Rangkaian aktivitas dalam kegiatan ini melatih siswa dalam menyelesaikan permasalahan melalui pengalaman nyata. Kegiatan ini juga dapat mengembangkan kemampuan numerasi siswa dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data.

(Dokumentasi Pribadi)

Seniman Cilik Ramah Lingkungan ini merupakan proyek untuk menghasilkan produk berupa patung kreasi dari botol bekas. Kegiatan ini melibatkan kemampuan numerasi siswa dalam menguasai konten pengukuran volume, bilangan, dan data. Di awal, siswa diberikan permasalahan berupa diagram produksi sampah dan mengaitkannya dengan produksi sampah di sekolah. Siswa diajak menghitung diagram lingkaran tersebut.

Kemudian, siswa diajak berdiskusi “apabila ada 200 siswa di sekolah ini dan setiap siswa membeli satu makanan dalam plastik, berapa sampah yang terkumpul dalam seminggu?”. Siswa diberikan kesempatan menyampaikan solusi dari masalah tersebut,  salah satunya adalah daur ulang sampah plastik. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan serangkaian aktivitas dimulai menyiapkan alat dan bahan sampai menghasilkan kreasi botol bekas. Kegiatan ini berkaitan erat dengan tujuan SDGs tentang ekosistem darat.

Kesimpulan

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Terintegrasi Numerasi yang Bermakna dan Menyenangkan Berbasis Contextual Learning dan Problem-Based Learning memberikan dampak positif kepada siswa antara lain menumbuhkan sekaligus meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kepekaan sosial, dan keterampilan memecahkan masalah nyata yang dapat mendukung peningkatan kemampuan numerasi siswa. Keterampilan ini akan siswa bawa untuk menyelesaikan soal – soal numerasi berbasis masalah yang ada dalam Asesmen Nasional maupun PISA.

Setelah mengimplementasikan kegiatan ini, kemampuan numerasi di satuan pendidikan kami mengalami peningkatan skor kemampuan numerasi. Berdasarkan rapor pendidikan tahun 2023, 90% siswa sudah mencapai kompetensi minimum. Kemampuan numerasi yang baik di jenjang pendidikan dasar harapannya menjadi bekal untuk jenjang pendidikan selanjutnya dimana materi numerasi dan permasalahan akan lebih kompleks. Di sinilah prinsip berkualitas dan berkelanjutan pada pendidikan akan terwujud secara bertahap. Semoga beberapa praktik baik di atas bisa menjadi sumber referensi dan inspirasi bagi satuan pendidikan pendidikan lainnya.

 

Referensi

Permendikbudristek No. 17 Tahun 2021 tentang Asesmen Nasional.

Widiasworo, E.(2018). Strategi Pembelajaran Edutainment Berbasis Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

OECD.(2023).Diakses melalui www.oecd.org.