fbpx

Perjalanan Pendidikan Nasional: Membangun Masa Depan Bangsa Guna mewujudkan Pendidikan Berkualitas

Pendidikan adalah inti dari peradaban manusia. Ia merupakan sarana utama yang membentuk pola pikir, karakter, dan potensi individu, serta memiliki dampak signifikan pada perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Dalam wacana akademis dan masyarakat, pendidikan sering kali dianggap sebagai tonggak penting dalam evolusi sosial dan ekonomi suatu negara. Di Indonesia, perjalanan pendidikan nasional telah melibatkan perjuangan, pengorbanan, dan inovasi sepanjang sejarahnya. Dari masa sebelum kemerdekaan hingga saat ini, pendidikan nasional telahn menjadi alat penting dalam membentuk identitas dan masa depan bangsa ini.

Dalam artikel ini,  saya  akan memperdalam pemahaman tentang perjalanan pendidikan nasional Indonesia. Kami akan menggali akar sejarahnya, mengulas perkembangannya seiring berjalannya waktu, serta menyoroti peran sentral Ki Hajar Dewantara dalam membentuk sistem pendidikan nasional. Kami juga akan merenungkan konsep pembelajaran merdeka yang dipromosikan oleh Ki Hajar Dewantara dan hubungannya dengan paradigma pendidikan saat ini.

Selanjutnya, saya  akan berbagi refleksi tentang bagaimana materi ini telah mengubah pandangan kami tentang pendidikan dan bagaimana saya  berencana mengimplementasikannya dalam praktik pengajaran saya di masa mendatang. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan nilai-nilai pendidikan nasional, saya berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Perjalanan Pendidikan Nasional Sebelum Kemerdekaan: Peran Ki Hajar Dewantara dan Pembelajaran Merdeka

Dalam memahami perjalanan pendidikan nasional Indonesia, kami tidak dapat mengabaikan peran besar Ki Hajar Dewantara. Beliau dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang telah memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk landasan pendidikan sebelum kemerdekaan.

Pada tahun 1922, berdirilah Taman Siswa Yogyakarta yang mengusung filosofi pendidikan nasional. Taman Siswa berfokus pada kemerdekaan nasional, perintis pendidikan nasional, dan perintis kebudayaan nasional. Tujuannya adalah untuk membentuk manusia Indonesia yang merdeka, berbudaya, dan bermartabat. Berdirinya Taman Siswa merupakan tonggak penting dalam sejarah pendidikan Indonesia.

Pada masa kolonial, pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penjajah Belanda yang menerapkan kurikulum yang lebih mengikuti kepentingan penjajah. Ini mendorong Ki Hajar Dewantara untuk memperjuangkan gagasan pembelajaran merdeka yang menghargai kreativitas, budaya, dan kebebasan dalam belajar. Beliau mendirikan Taman Siswa, sebuah sekolah rakyat yang memberikan pendidikan kepada semua kalangan masyarakat tanpa

memandang status sosial atau ekonomi. Sejalan dengan hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan yang umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya” (Mudana, 2019). Konsep ini adalah langkah awal menuju inklusivitas dalam pendidikan, yang juga menjadi nilai penting dalam pendidikan saat ini.

Perjalanan Pendidikan Nasional Sesudah Kemerdekaan: Membentuk Sistem Pendidikan Merdeka

Setelah kemerdekaan, semangat pendidikan nasional terus berkembang. Ki Hajar Dewantara juga berperan dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan hak atas pendidikan bagi semua warga negara. Pengaruh Ki Hajar Dewantara sangat terasa dalam pembentukan sistem pendidikan nasional yang lebih modern dan merdeka.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan telah memberikan landasan penting bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Konsep “pembelajaran merdeka” yang beliau usulkan mendorong kebebasan belajar siswa untuk mengembangkan diri mereka sendiri, dan pemikiran ini masih relevan dalam era pendidikan modern. Oleh karena itu, Seorang pendidik juga diharapkan mampu mendidik peserta didik dengan memegang semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yakni, ing ngarsa sung tuladha (dimuka memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita), tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya) (Musyafa, 2015).

Selain itu, Ki Hajar Dewantara sangat menekankan inklusivitas dalam pendidikan, yaitu pendidikan yang tersedia untuk semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Pemikiran ini menjadi dasar dari visi beliau untuk menciptakan pendidikan nasional yang merata dan adil. Dalam upayanya untuk mempromosikan identitas budaya Indonesia, beliau juga menegaskan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dalam kurikulum pendidikan.

Konsep peranan guru sebagai agen perubahan dan pembimbing siswa untuk mengembangkan potensi mereka tetap menjadi inti dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara. Semua konsep ini, bersama dengan pandangan beliau tentang pentingnya kreativitas dan kebebasan belajar, telah membentuk fondasi kuat untuk sistem pendidikan Indonesia saat ini. Pemikiran Ki Hajar Dewantara juga menggarisbawahi hak setiap warga negara Indonesia atas pendidikan, sebuah konsep yang terabadikan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam era saat ini, pendidikan Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan. Pendidikan berbasis kompetensi, kreativitas, dan kepribadian menjadi fokus utama. Perkembangan teknologi informasi telah memperluas akses pendidikan dan mengubah cara kita belajar. Namun, ada juga tantangan seperti kesenjangan pendidikan dan perlunya peningkatan infrastruktur pendidikan.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan memiliki relevansi yang kuat dengan konsep pendidikan merdeka yang diterapkan saat ini di Indonesia. Ki Hajar Dewantara memperjuangkan konsep “pembelajaran merdeka,” yang menekankan kebebasan belajar, kreativitas, dan inklusivitas dalam pendidikan. Konsep ini mirip dengan pendidikan merdeka saat ini, di mana siswa didorong untuk menjadi pembelajar yang mandiri, kreatif, dan kritis.

Ki Hajar Dewantara juga menghargai nilai-nilai budaya lokal, sebuah prinsip yang tetap relevan dalam pendidikan saat ini yang berusaha untuk memadukan keanekaragaman budaya dalam kurikulum. Peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator belajar, serta pandangan bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia, juga merupakan nilai-nilai yang dipegang kuat dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara dan terus mewarnai pendidikan Indonesia saat ini. Dengan menggabungkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan merdeka, Indonesia berusaha menciptakan pendidikan yang inklusif, kreatif, dan memberikan kebebasan belajar kepada semua siswa, sejalan dengan visi untuk menciptakan masa depan bangsa yang lebih cerdas dan berbudaya.

Hal ini didukung dalam artikel Ainia (2020), menyatakan bahwa Merdeka belajar yang menjadi gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang seharusnya terselenggarakan di Indonesia. Esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berpikir yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuk karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat mengekplorasi pengetahuan dari lingkungannya, yang selama ini siswa dan guru belajar berdasarkan materi dari buku atau modul. Merdeka belajar ini jika aplikasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, maka dapat membentuk siswa yang berkarakter karena telah terbiasa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuannya berdasarkan apa yang ada di lingkungannya.

Metode Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara, Metode pemikiran yang cocok dengan karakter dan budaya orang Indonesia adalah tidak memakai syarat paksaan, karena orang Indonesia termaksud kedalam bangsa timur dimana dalam khasanah nilai-nilai tradisional berupa kehalusan rasa, hidup dalam kasih saying, cinta dan kedamaian, ketertiban, kejujuran dan sopan dalam tutur kata dan Tindakan. Hal ini erat kaitan dimana peserta didik sebagai objek dalam penerapan sekolah sejak dini yang artinya, peserta didik diberi ruang yang seluasnya untuk bereksplorasi, berekspresi, beraktifitas secara mandiri sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab. Sehingga disini letak Pendidikan untuk memanusiakan manusia.

 

Refleksi dan Perubahan Diri yang Realistis

Selama perjalanan kami dalam memahami mengenai perjalan pendidikan nasional, kami merasa terinspirasi oleh semangat Ki Hajar Dewantara dalam memberikan kebebasan belajar kepada siswa. Dalam peran kami sebagai calon pendidik, kami merencanakan perubahan yang realistis dan dapat diimplementasikan dalam kelas kami.

Pertama, kami akan menciptakan lingkungan kelas yang inklusif dan mendukung, di mana setiap siswa merasa nyaman untuk berpartisipasi dan mengemukakan pendapat. Kami akan lebih memahami kebutuhan individu dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka. Selain itu, kami akan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran kami. Kami akan belajar lebih banyak tentang alat-alat digital yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dan memfasilitasi aksesibilitas bagi semua siswa.

Kami juga berencana untuk lebih aktif berkolaborasi dengan sesama guru untuk bertukar pengalaman dan praktik terbaik dalam pengajaran. Kolaborasi seperti ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Dalam rangka menerapkan perubahan ini, kami akan memulai dengan langkah-langkah sederhana dan realistis dalam kelas kami. Kami yakin bahwa dengan konsistensi dan tekad untuk berubah, kami dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik.

Kesimpulan

Dalam memahami perjalanan pendidikan nasional Indonesia, kami menghargai kontribusi Ki Hajar Dewantara dan prinsip-prinsip pembelajaran merdeka dalam membentuk pendidikan saat ini. Kami yakin bahwa melalui upaya bersama, kita dapat meneruskan visi Ki Hajar Dewantara untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. Semangat kami adalah semangat pembelajaran seumur hidup, dan kami akan terus berupaya untuk menginspirasi generasi muda

 

Indonesia dalam mencapai potensi terbaik mereka melalui pendidikan yang berkualitas. Semoga artikel ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam mendukung perkembangan pendidikan nasional Indonesia yang lebih baik. Terima kasih atas kesempatan ini untuk belajar dan tumbuh bersama dalam perjalanan kami sebagai calon pendidik

Daftar Pustaka

Ainia, Dela Khoirul. 2020. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dane Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia. Vol. 3 No. 3, hl. 95-101

Haidar Musyafa. 2015. “Sang Guru”. Novel Ki Hajar Dewantara, Kehidupan, Pemikiran, Perjuangan Pendirian Taman Siswa, 1889-1959.Yogyakarta: M.Kahfi

Mudana, I Gusti Agung Made Gede. 2019. Membangun Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia Vol. 2 No. 2, h.75-

Najuah, Sidiq, R., Marbun, H. J., Siregar, R. M., Febyola, Y., Olivia, F., & Rangkuti, S. M. (2023). PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI LANDASAN DAN STRATEGINYA. Medan: CV. A.A RIZKY.