Adinda Putri Mawanti 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Bagaimana Pendidikan di Indonesia? Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan di Indonesia sudah mengalami banya perubahan, baik dari segi perkembangan, pembelajaran, hingga kurikulum yang digunakan. Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Pendidikan Sebelum kemerdekaan Pada tahun 1854, beberapa Bupati atau petinggi negara mendirikian sekolah kabupaten yang dikhususkan untuk calan pegawai yang bertujuan untuk keperluan pemerintah. Pendidikan yang diberikan Belanda bertujuan menciptakan sumber daya masusia Indonesia untuk menjadi tenaga kerja Belanda dan diberi upah yang minim. Pada tahun 1864, berdiri sekolah bhumi putera yang hanya memiliki 3 kelas dan hanya mengajarkan menulis, membaca, dan menghitung.  Kemudian pada akhir abad ke 19, terjadi wabah penyakit menular di pulau Jawa. Oleh karena itu didirikan sekolah STOVIA yaitu Pendidikan dan pengajaran untuk calon dokter bagi kalangan pribumi Jawa. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah Bahasa belanda. Pada saat itu kebudayaan asli bangsa Indonesia belum bisa di terapkan dalam Pendidikan. Pada tahun 1920, lahirlah cita-cita baru yang mengusul dari pemikiran gabungan kesadaran kultur dan kebangkitan politik gerakan transformasi untuk perkembangan Pendidikan Indonesia. Sebagai gerbang kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa yang bisa menjadi landasan sistem Pendidikan dan pengajaran di Indonesia 3 juli 1922, berefleksi dari cita-cita Ki Hadjar Dewantara tersebut, berdirilah taman siswa pada tiga juli 1922 di Yogyakarta. Taman siswa adalah sebuah perguruan yang digunakan untuk membedakannya dari sekolah yang ada pada masa itu. Taman siswa merupakan perwujudan dari perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam dunia Pendidikan Indonesia untuk membebaskan diri dari jeratan penjajah dengan meluaskan Pendidikan pada generasi muda. Sejak saat itu berdirilah taman siswa lain di seluruh kepulauan Indonesia seperti di Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, dan Maluku. Pendidikan Pasca Kemerdekaan Kondisi Pendidikan yang ada di Indonesia setelah kemerdekaan mengarah pada perubahan proses pembelaajran dan landasan pendidikan. Sehingga Pendidikan di era ini bangsa Indonesia menghilangkan paham-paham Pendidikan dari belanda. Sehingga siswa Indonesia memiliki ciri tersendiri dalam dunia Pendidikan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menambahkan berbagai budaya bangsa Indonesia yang dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Kemudian Pendidikan di Indonesia pada abad 21 menjadikan abad globalisasi. Pada saat itu pembelajaran tidak terfokus pada kebudayaan saja, akan tetapi juga berfokus pada sikap berfikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan komunikasi, kreatif dan inovatif, serta kolaborasi atau kerjasama. Sejak saat itu semua kegiatan pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Kurikulum yang berlaku di Indonesia: Rentjana pembelajaran 1947 Rentjana pembelajaran terurai 1952 Renjtjana Pendidikan 1964 Kurikulum 1968 Kurikulum 1994 Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004 Kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Kurikulum 2013 Kurikulum merdeka Adaptasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Terdapat banyak sekali pemikiran Ki Hadjar Dewantara untuk kemajuan Pendidikan Indonesia. Salah satunya yaitu prinsip Tut wuri handayani. Tut wuri handayani menjadi semboyan yang diimplementasikan dalam sistem Pendidikan nasional yang digunakan saat ini. Isi dari semboyan tersebut yakni Ing garsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Didepan memberi teladan/contoh, di tengah memberi atau membangun cita-cita, dan di belakang mengikuti/mendukung. Kurikulum Merdeka Esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berfikir yang ditunjukkan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat mengeksplorasi pengetahuan dari lingkungan. Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan akan memerdekakan manusia dari aspek lahir dan batinnya. Melalui Pendidikan, manusia di didik melalui otonomi berpikir dan mengambil keputusan martabat serta mentalitas demokrasi. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut di implementasikan pada kurikulum saat ini yaitu kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka bertujuan untuk menciptakan Pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru serta menekankan pada pembelajaran dalam pengembangan aspek keterampilan dan karakter siswa sesuai nilai-nilai bangsa. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik diharapkan dapat mewujudkan peserta didik berkarakter profil pelajar pancasila. Dimana terdapat 6 dimensi profil pelajar pancasila  Refleksi Tentang Perjalanan Pendidikan Nasional Setelah saya mempelajari topik 1, saya memperoleh pengetahuan dan teerdapat perubahan yang saya alami: Saya mengetahui sejarah Pendidikan Indonesia dari sebelum merdeka hingga setelah kemerdekaan Saya mengetahui pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang diadaptasi dan diimplementasikan di Pendidikan Indonesia. Sehingga saya mengetahui guru sejatinya hanya sebagai pendidik yang menuntun hidup dan tumbuhnya murid sesuai dengan kodrad-kodratnya. Menjadi motivator kelas yang baik, agar selalu dapat menjadi factor pendorong untuk peserta didik menjadi lebih baik Ketika saya menjadi guru, saya akan menerapkan prinsip kemerdekaan belajar yaitu peserta didik diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Serta turut serta dalam menumbuhkan karakter peserta didik.