Nur Laila Khoirun Nisa' Mahasiswa 0shares MENYULUT ENERGI HIJAU DARI EMAS CAIR: PERAN STRATEGIS KELAPA SAWIT DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Read More Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti kegiatan aksi bersih-bersih di Wana Wisata Grape Madiun dalam rangka memperingati World CleanUp Day 2021. Wana Wisata Grape merupakan objek wisata yang terletak di Kaki Gunung Wilis Kabupaten Madiun. Lokasi tersebut menyajikan keindahan alam berupa kawasan hutan yang dilengkapi wahana permainan serta terdapat aliran sungai yang sumbernya dari Mata Air Pegunungan Wilis. Hal itulah yang menjadikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin melepas penat dari hiruk pikuk perkotaan. Namun, dibalik potensi peningkatan perekonomian masyarakat ada lingkungan yang terancam pencemaran. Ya, banyaknya wisatawan yang datang tentu akan meningkatkan timbulan sampah yang dihasilkan. Berdasarkan pengamatan saya, tempat sampah berupa keranjang bambu yang disediakan oleh pengelola kurang layak karena rawan terguling. Kekhawatiran saya pun terbukti saat mendapati ada keranjang sampah yang tumpah di tebing dekat tepi sungai. Saat saya memunguti sampah yang berada di tepian sungai, saya dikejutkan dengan banyaknya sampah bungkus makanan ringan, botol minuman, masker medis bahkan tekstil yang berserakan. Timbulan sampah yang berhasil dikumpulkan dari lokasi wisata tersebut yakni 8 karung dengan berat hampir mencapai 150kg. Saya kembali dikejutkan karena ternyata tidak ada Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) untuk membuang sampah tersebut. Padahal terdapat beberapa objek wisata lain yang letaknya tak jauh dari Wana Wisata Grape. Akhirnya saya dan teman-teman membawa sampah tersebut menuju TPS Pasar Dungus yang berjarak 5 km. Potensi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Madiun Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mulai mendorong pengembangan pariwisata untuk memulihkan perekonomian dan meningkatkan devisa negara yang lesu akibat pandemi. Bak gayung bersambut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun tengah menggali potensi pariwisata secara intensif. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pemetaan objek wisata unggulan yang diproyeksikan menjadi destinasi wisata prioritas sehingga pembangunan infrastruktur yang memadai akan dilakukan. Kabupaten Madiun memang menyimpan potensi wisata tidak hanya keindahan alamnya namun juga sejarah-budaya, kerajinan khas serta kuliner. Hal tersebut akan berdampak penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Dampak lingkungan juga harus menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan pariwisata. Konsep Wisata Berkelanjutan dan Inklusif Konsep pengembangan pariwisata yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan ekonomi (profit) dan pemberdayaan sosial budaya masyarakat (people) adalah ekowisata. Ekowisata erat kaitannya dengan prinsip konservasi atau pengelolaan lingkungan di suatu wilayah sehingga pengembangan pariwisata sekaligus dapat menanamkan kesadaran masyarakat terkait aspek lingkungan (planet). Konsep ekowisata merupakan realisasi nyata terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dan inklusif. Berkelanjutan karena didasarkan pada tiga prinsip utama yaitu people, profit dan planet dan inlkusif yang bermakna mengakomodasi berbagai keberagaman dalam pemberdayaan masyarakat. Jika ditilik dari konsep tersebut, sebenarnya pengembangan ekowisata tidak hanya diperuntukkan untuk objek wisata alam saja tetapi dapat diimplementasikan pada berbagai jenis wisata. Misalnya rencana agenda tahunan “Festival Kabupaten Madiun Kampung Pesilat”, konsep konservasi lingkungan yang dapat diterapkan yaitu penyediaan fasilitas tempat sampah pengunjung yang memadai disertai dengan edukasi dan sosialisasi untuk memisahkan sampah berdasarkan jenisnya sehingga timbulan sampah akan terkelola dengan baik. Contoh lainnya adalah implementasi konsep zerowaste untuk pelaku usaha kuliner agar memilih wadah yang dapat digunakan ulang misalnya piring berbahan seng atau diuraikan misalnya daun pisang serta kampanye upaya pengurangan foodwaste bagi pembeli agar mengambil sesuai porsi atau menghabiskan makanan dan juga kampanye hemat air dan energi di lokasi wisata. Jika konsep ekowisata benar-benar dapat terlaksana dengan maksimal, dapat berkontribusi terhadap pencapaian beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan diantaranya Poin 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi karena sektor pariwisata dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, Poin 10 mengenai Berkurangnya Kesenjangan disebabkan oleh konsep ekowisata yang dapat memberdayakan serta meningkatkan inklusi sosial dan ekonomi, Poin 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab karena meningkatkan inisiatif pemerintah dan pengelola serta mendorong kesadaran masyarakat untuk bijak dalam konsumsi air, energi dan makanan, dan yang terakhir yaitu Poin 13 mengenai Penanganan Perubahan Iklim karena upaya untuk konservasi lingkungan berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi ancaman perubahan iklim. Kolaborasi : Kunci Utama Wujudkan Ekowisata Kolaborasi multipihak merupakan poin terakhir dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sekaligus kunci utama untuk merealisasikan konsep ekowisata. Kolaborasi pentahelix dalam pengembangan ekowisata harus dikuatkan. Pemerintah, akademisi, pebisnis, media dan masyarakat mengambil perannya masing-masing untuk berkontribusi mewujudkan ekowisata. Pemerintah sebagai penentu kebijakan diharapkan dapat merumuskan regulasi yang mendukung pengembangan ekowisata dan pembangunan infrastruktur pendukung untuk menjaga kelestarian lingkungan. Akademisi berperan dalam pendampingan masyarakat saat pengembangan ekowisata agar tetap berwawasan lingkungan dan edukasi bagi masyarakat untuk peningkatan kesadaran menjaga kelestarian alam. Pebisnis juga berperan penting dalam penggalian potensi wisata serta upaya pemberdayakan masyarakat sesuai pendekatan community based-tourism. Media yang menjadi sarana promosi dan branding bagi objek ekowisata baru agar lebih dikenal masyarakat luas sehingga meningkatkan vakansi. Terakhir yang tak kalah penting yaitu masyarakat atau pengunjung yang harus melakukan aksi secara nyata mengenai upaya konservasi lingkungan. Sejatinya setiap pihak memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif, ekowisata. Sektor wisata yang digaungkan menjadi sumber utama bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah tertentu harus dibangun diatas tiga pilar yaitu manusia (people), ekonomi (profit) dan lingkungan (planet). Pariwisata jangan hanya mengambil manfaat dari alam untuk memuaskan ego kita sebagai manusia, namun bagaimana kita dapat berjalan selaras dengan alam. Konservasi lingkungan dalam berwisata, bentuk terima kasih kita pada semesta. Referensi Adharani, Y., Zamil, Y. S., Astriani, N., & Afifah, S. S. (2020). PENERAPAN KONSEP EKOWISATA DI KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT DALAM RANGKA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (pp. 179 – 186). Bandung: Universitas Padjadjaran. https://www.antaranews.com/berita/1173212/potensi-pariwisata-kabupaten-madiun-dari-budaya-hingga-kuliner
MENYULUT ENERGI HIJAU DARI EMAS CAIR: PERAN STRATEGIS KELAPA SAWIT DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Read More