Yohana Felisita 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Pada era modern saat ini, masalah terkait air bersih menjadi tantangan yang menakutkan di abad ke-21. Air bersih adalah elemen penting bagi mahluk hidup untuk kelangsungan kehidupan. Kehidupan manusia sehari-hari tak lepas dari kebutuhan air, fungsi air dalam kehidupan sehari-hari untuk: memasak, mencuci, mandi hingga proses kerja tubuh manusia menggunakan air. Selain itu, untuk memastikan ketersediaan air untuk kegiatan dan keberlangsungan hidup manusia sangat penting. Ketersediaan air meliputi air permukaan (sungai, danau waduk) dan air tanah (akuifer dan sumber mata air alami) yang debitnya dipengaruhi oleh penggunaannya. Berdasarkan data statistik Lingkungan Hidup Indonesia pada tahun 2017 diketahui bahwa hasil evaluasi pencemaran air menunjukkan peningkatan presentasi titik pantau dengan status tercemar, deforestasi juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2009-2015. Total deforestasi Indonesia pada 2014-2015 seluas 1,09 juta hektar. Deforestasi terluas di Pulau Sumatera, yaitu sebesar 519,0 ribu hektar atau 47,5 persen dari total deforestasi di Indonesia, diikuti Pulau Kalimantan sebesar 34,3 persen. Aktivitas manusia di bumi yang semakin meningkat tentu berdampak pada keseimbangan lingkungan, terkhususnya ketersediaan air di alam. Di Indonesia banyak masalah yang terkait dengan masalah kebutuhan air bersih salah satunya terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Air bersih masih menjadi persoalan bagi kabupaten dan kota di Provinsi NTT akibat dari kerusakan ekosistem hutan dan daerah aliran sungai (DAS). Selain kerusakan lingkungan karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga terjadi dampak lingkungan dari aktivitas sembilan (9) perusahaan tambang yang areanya terindikasi berada pada kawasan hutan konservasi, dengan luas sekitar 16.457,88 ha. Kondisi krisis ini di perparah dengan fakta bahwa dari 51 kelurahan di Kupang, 48 di antaranya menderita krisis air sehingga pemerintah harus memasok 100 tangki air. Saat musim kemarau, air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berkurang debitnya dan layanan air yang mengalir ke rumah tangga dapat menurun drastis hingga sekali seminggu. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan curah hujan yang cukup rendah, namun tidak semua daerah di NTT memiliki curah hujan yang rendah. Salah satu contohnya adalah Kota Ruteng. Ruteng adalah ibukota Kabupaten Manggarai yang terletak di daerah pegunungan dengan curah hujan cukup tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, sehingga udarahnya sejuk dan dingin. Sebagian jalanan di Kota Ruteng dipenuhi oleh tanaman bambu yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air tanah, kemudian Ruteng juga dikelilingi oleh beberapa hutan lindung dan pegunungan yang secara signifikan menyimpan cadangan air bagi masyarakat setempat. Air ini dikelola oleh PDAM dan dialirkan ke rumah-rumah warga. Setiap minggu dinas Lingkungan Hidup memantau pertumbuhan bambu disepanjang kali-kali di lingkungan perkotaan, membersihkan sampah dan menghimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah di aliran air kali. Namun, seiring berjalannya waktu, debit air semakin berkurang. Jika dahulu air selalu mengalir tanpa henti, sekarang PDAM telah memberlakukan jadwal penggunaan air selama 3-4 jam per hari per RT/RW. Kebijakan ini diterapkan untuk menjaga ketersediaan air. Selain itu, banyak tanaman bambu di area perkotaan yang ditebang akibat perkembangan kota, membuang sampah di kali, sehingga beberapa kali menjadi kering, terjadinya kebakaran hutan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, yang berdampak pada penurunan curah hujan dari tahun ke tahun, serta menyebabkan bencana alam seperti tanah longsor. Dahulu, musim hujan di Ruteng dimulai sejak pertengahan oktober hingga akhir april yang dikenal dengan istilah “musim dureng”, namun sekarang musim dureng kadang hanya berlangsung dari januari hingga februari. Berangkat dari hal tersebut, muncul konsep mengenai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memastikan suatu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi atau menghilangkan kesempatan bagi generasi di masa depan. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dari aspek lingkungan dan memerlukan kesadaran secara global dan nasional dengan melibatkan semua pihak seperti pemerintah, pelaku industri dan pelaksana pendidikan. Pendidikan memiliki peran penting dalam penerapan pembangunan berkelanjutan. Negara telah mewajibkan agar setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Penerapan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di sekolah akan memastikan setiap peserta didik memahami hubungan antara kesadaran manusia sebagai bagian dari alam dan sistem sosial di dalamnya dan bertanggung jawab pada kelestarian alam untuk masa sekarang dan masa akan datang. Dengan pergantian kurikulum yang terjadi secara terus menerus, secara tidak langsung pendidik dan peserta didikpun di challenge untuk menghadapi perubahan. Dari beberapa pengalaman, banyak pendidik baik di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah mengalami kendala dalam mengimplementasi kurikulum yang sekarang ini sedang diterapkan. Ada sesuatu yang unik dalam penerapan kurikulum saat ini yaitu Profil Pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan besar, yakni peserta didik dengan profil (kompetensi) seperti apa yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. Dalam konteks tersebut, profil pelajar Pancasila memiliki rumusan kompetensi yang melengkapi fokus di dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan disetiap jenjang satuan pendidikan dalam hal penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan menganalisis permasalahan yang dialami oleh peserta didik dan pendidik di lingkungan sekolah maka, secara tidak langsung pendidik dapat membagikan praktik baik dalam proses pembelajaran dengan membangkitkan Profil pelajar Pancasila. Pendidik diberikan kebebasan untuk berinovasi mendesain proses pembelajaran. Sifat inovasi itu amat relatif, dalam arti inovasi yang kita lakukan sebenarnya barangkali sudah tidak asing bagi orang lain. Tetapi bagi seorang pendidik yang setiap hari berinteraksi dengan peserta didik, maka tidaklah salah apabila terus menerus melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dalam mengatasi tantangan keberlanjutan air dibutuhkan keterlibatan generasi muda. Oleh karenanya generasi muda harus dibekali dengan pengetahuan, keterampilan dan sumber daya. Dengan berinvestasi pada generasi muda, maka secara tidak langsung kita berinvestasi pada masa depan di mana sumber daya air dikelola secara berkelanjutan, inklusif, dan adil untuk semua. Penanaman karakter melalui kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), pendidik dan peserta didik sama-sama berperan aktif dalam menghadapi tantangan global, termasuk krisis air. Krisis air adalah isu serius yang mengancam kesejahteraan manusia dan ekosistem. Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pemahaman mendalam dan keterampilan praktis dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan. Sebagai seorang pengiat pendidikan, saya akan membagikan beberapa praktek baik yang telah saya lakukan dan mungkin dapat di terapkan oleh pendidik di lingkungan sekolah. Melalui kegiatan P5 yang dapat dikemas oleh pendidik dan peserta didik, salah satu contohnya permasalahan ketersediaan air. Pendidik dan peserta didik dapat mendesain kegiatan dalam tiga (3) hal, seperti: Kegiatan Edukasi dan Kesadaran Pendidik dan peserta didik dapat melakukan kegiatan edukasi secara bersama-sama dimulai dari lingkungan sekolah, dengan menjalankan kegiatan belajar mengajar, workshop dan seminar dengan mengundang ahli lingkungan, pemerintah dan LSM untuk memberikan pemahaman tentang ketersediaan air di tingkat kabupaten/kota, topiknya meliputi sumber daya air, dampak krisis air, dan solusi konservasi air. Peserta didik dapat membuat poster, video, diorama dan artikel yang mengkampanyekan pentingnya konservasi air. Kampanye ini dapat dilakukan melalui media sosial, pameran di sekolah, dan acara komunitas lainnya. Melakukan Aksi Nyata Proyek Konservasi Pendidik dan peserta didik dapat bekerja sama dengan komunitas lokal atau pemerintah untuk melakukan pengecekan debit air, membersihkan sungai/kali, menanam pohon untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan sumber air, membuat sumur resapan atau biopori di lingkungan sekolah atau sekitar. Pengelolaan Air di Lingkungan sekolah Pendidik dan peserta didik dapat membuat sistem pengumpulan air hujan di sekolah untuk digunakan kembali, atau dapat juga mengimplementasikan program hemat air di sekolah, seperti pemasangan alat penghemat air di WC atau kantin dll. Riset dan Pengembangan Penelitian Pelajar Peserta didik dapat melakukan penelitian kecil tentang kualitas air di sekitar mereka, kemudian membuat laporan penelitian dan mempresentasikannya di sekolah atau acara komunitas lainnya. Inovasi Pengelolaan Air Mengadakan lomba inovasi untuk menciptakan alat atau sistem pengelolaan air yang efektif dan ramah lingkungan, kemudian memberikan penghargaan bagi inovasi terbaik yang dapat diimplemtasikan. Bagian akhir dari kegiatan ini, pendidik dan peserta didik dapat melakukan kegiatan penilaian dan refleksi berupa menilai keberhasilan setiap kegiatan berdasarkan partisipasi, dampak dan keberlanjutan. Peserta didik dapat membuat laporan tertulis untuk kegiatan yang mereka ikuti dan dampak yang mereka rasakan, mengadakan sesi refleksi bersama untuk membahas keberhasilan dan tantangan proyek, serta rencana tidak lanjut. Secara tidak langsung, perserta didik merasa dilibatkan dan ikut berkontribusi terhadap ekosistem lingkungan yang membawa dampak bukan pada dirinya sendiri tetapi pada mahluk hidup lainnya.