fbpx
Freepik/may-chanikran

Lebih dekat dengan perbedaan memberikanku kesempatan mengenal apa itu harmoni dalam keberagaman

Bersatu dalam keberagaman…

Kalimat ini terdengar sebagai hal biasa yang terus diulang-ulang oleh guru ketika saya menempuh pendidikan akademik formal pada materi pelajaran PPKN, KWN hingga berubah nama menjadi Kewarganegaraan saat belajar di jenjang SD hingga Perkuliahan. Belum pernah terbersit dipikiran saya akan bersentuhan dengan kehidupan yang penuh akan keberagaman ketika mulai memasuki usia 20an. Hidup di lingkungan yang sama dari lahir hingga memasuki usia 20 tahun di kota Padang, salah satu kota di Sumatera Barat, dan sekaligus ibukota provinsi Sumatera Barat. Memasuki akhir masa perkuliahan, masing-masing mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL). Pada saat itu saya dan dua rekan saya memilih untuk melaksanakan praktek lapangan di salah satu perusahaan manufaktur pesawat di kota Bandung, Jawa Barat.

Praktek lapangan ini merupakan pengalaman yang sangat luar biasa karena hal tersebut adalah pengalaman pertama saya untuk tinggal di wilayah dan lingkungan yang sangat berbeda dari kultur budaya saya sehari-hari. Tinggal disebuah kost-kostan yang tentunya dihuni dengan berbagai macam orang dengan latar belakang yang beragam pula, disini pula saya mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan yang mana sempat membuat saya mempercayai sebuah stereotipe negatif salah satu ras suku. Hal ini tentunya memberikan pandangan buruk akan perbedaan bagi saya untuk beberapa waktu.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya diterima bekerja disuatu badan usaha milik negara yang bergerak di pelayanan jasa kebandar udaraan di Indonesia. Saya kembali dipertemukan dengan berbagai macam orang dengan berbagai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Singkat cerita, pada saat penempatan awal saya beruntung diberikan penempatan dikampung halaman sendiri. Pada saat itu terdapat lima orang yang ditempatkan berbarengan dengan saya, dimana dua orang tersebut memeiliki latar kebudayaan yang sama dengan orang yang mana saya memiliki pengalaman kurang menyenangkan dulu. Pada saat itu saya masih memiliki stereotipe negatif atas  ras mereka, namun saya tidak mengekspresikan ketidak senangan saya tersebut berlebihan, namun sekedar tidak suka di dalam hati saja.

Namun jalan tuhan memang tidak akan pernah ada yang menerka, pada akhirnya malah orang yang berasal dari suku ras yang saya nilai negatif karena pengalaman buruk masa lalu tersebut tersebut yang menjadikan saya memiliki cerita cerita mengesankan, bahkan menjadi teman bercerita dari hal remeh temeh hingga hal pribadi yang tidak bisa diceritakan ke sembarangan orang. Hingga pada suatu waktu, saya dan salah satu dari dua orang tersebut mendadak mendapatkan surat keterangan mutase kerja ke wilayah yang lain.

Surat keterangan mutasi tersebut menjadi langkah besar dalam mengubah presepsi negatif saya terhadap pengalaman buruk masa lalu akan perbedaan latar belakang ras tertentu dan mendapatkan pengalaman dalam berinteraksi lebih dekat dengan latar perbedaan kepercayaan yang mana ini hal memberikan pandangan baru, beda dan melegakan bagi saya karena sukses menyingkirkan pandangan negatif terhadap perbedaan dalam berbagai konteks. Tinggal bersama disebuah kost-kostan untuk waktu yang sangat lama memberikan pandangan lain akan apa itu kebersamaan dalam perbedaan.

Selama saya tinggal bersama teman saya tersebut, mengubah banyak pandangan saya terhadap latar budaya ras mereka dan toleransi beragama, banyak bercerita tentang latar budaya masing-masing bahkan saling mencerahkan mindset-mindset miring yang beredar luas dimasyarakat, bahkan bisa saling menertawakan kebudayaan masing-masing tanpa ada rasa perpecahan (hal ini hanya boleh dilakukan dengan orang yang sudah sangat saling mengenal ya agar tidak menjadi masalah hahaha), hal ini menjadikan pengalaman luar biasa bahwa pandangan saya di masa lalu tersebut adalah sebuah kesalahan, bukan latar ras budaya nya yang salah, tapi individu nya lah yang menjadi kesalahan, namun banyak sekali orang-orang diluar sana yang mengaitkan kesalahan-kesalahan individu dengan latar belakang budaya yang menyebabkan sering terjadinya perpecahan di negeri kita tercinta ini.

Pernah terjadi cerita pengalaman unik, pada suatu Ketika di bulan puasa, temannya teman saya tersebut datang berkunjung ke kostan sekitar pukul 9 atau 10 pagi, singkat cerita Ketika teman saya pergi keluar temennya tersebut menawarkan makan bersama, saya yang sedang berpuasa menolak tawaran tersebut dengan sopan beralasan sudah makan. Ketika teman kostan saya tersebut Kembali, dia terkejut melihat teman-temannya tersebut makan bertigadidekat saya yang berpuasa, dan sekali lagi menawari saya untuk bergabung makan bersama mereka, teman saya pun menegur teman-temannya yang menawari saya untuk ikut makan dan mnegatakan bahwa saya sedang berpuasa. Sontak saya pun tertawa melihat gestur tidak enak sudah menawarkan saya makan dan makan didekat saya Ketika saya berpuasa.

Hal itu bukan masalah bagi saya karena itu juga menjadi bentuk toleransi beragama bagi saya, karena bukan berarti Ketika saya berpuasa, teman saya yang non muslim tidak boleh untuk makan dikamar bukan? Jika saya melakukan pelarangan itu sama saja dengan mengurangi kebebasannya dalam beraktifitas dan sangat tidak bijak. Sering kali kamisaling mengingatkan dalam kegiatan spiritual masing masing,seperti mengingatkan saya untuk jangan lupa sholat, maupun saya mengingatkan teman saya tersebut untuk pergi kegiatan ibadah mingguannya. Dari interaksi pergaulan sehari-hari tesebut memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya untuk memahami jauh lebih dekat dalam memahami ap aitu perbedaan dan bersatu dalam perbedaan bukan sekedar kalimat berulang-ulang yang selalu terdengar Ketika pelajaran kewarganegaraan pada jam pelajaran formal saya bertahun-tahun sedari kecil.

Pada akhirnya penilaian negatif yang didorong stereotipe serta manivestasi pengalaman buruk masa lalu tersebut akhirnya runtuh dari hal-hal sederhana tersebut dengan kita mau untuk saling mengenal lebih dekat satu sama lain.

Dan pada pengelaman hidup yang sederhana namun luar biasa ini, saya menyadari untuk menjaga keharmonisan kita dalam keberagaman ini hanya perlu untuk saling membuka diri untuk mengenal satu sama lain dengan lebih dekat, karena benar rupanya sebuah pepatah klasik “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Semakin kita tidak berusaha untuk mengenal keberagaman bangsa indonesia ini dengan lebih dekat, maka semakin mudah kita terprovokasi dengan isu-isu negatif yang akan menggiring opini kita terhadap keberagam yang luar biasa berharga ini. Bersatu dalam keberagaman itu adalah keberkahan yang sangat luar biasa indahnya, begitupun seharusnya bangsa Indonesia ini, yang penuh keberagaman jika saling mau untuk membuka diri lebih mengenal satu sama lain lebih dekat tentu akan menjadi bangsa yang berlimpah keberkahan dan kebahagiaan.