Tasya Prameswari 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Tidak dapat dipungkiri bahwasanya Pendidikan menjadi hal yang sangat krusial dan diutamakan dalam berbagai aspek kehidupan. Tua-nya dunia tidak luput dari pergerakan Pendidikan didalamnya. Bahkan di dalam al-Qur’an, Allah SWT menurunkan wahyu pertama dengan kalimat Iqra’ yang berarti “Bacalah.” Indikasi ini menyadarkan manusia bahwawannya mereka dilahirkan untuk menjalankan pembelajaran dan mempelajari seluruh ilmu yang ada di dunia ini melalui jalur Pendidikan. Pendidikan merupakan suatu perangkat yang dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan hidup manusia dari aspek Masyarakat maupun berbudaya dalam cakupan seluas-luasnya. Pendidikan tentu tidak berhenti dalam individu seseorang saja, melainkan juga menjadi acuan kemajuan bagi sebuah bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pioneer-pionner didalamnya berpendidikan, seperti riset yang dilakukan oleh The Social Progress Imperative setiap negara Asia memiliki ranking tersendiri dalam sistem pendidikannya. Teratas di raih oleh Korea Selatan, Jepang, Singapura, Hongkong, Finlandia dan seterusnya. Di Indonesia, hak untuk berpendidikan telah dipaparkan dalam alinea pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang mana hal ini menunjukkan peranan Pendidikan dalam negara ini. Dalam cita-citanya, program “Indonesia Emas 2045” yang diusung oleh presiden Ir. Joko Widodo, tidak terlepas dari generasi muda yang dapat membawa Indonesia menjadi negara nusatara yang Berdaulat, maju dan berkelanjutan. Kualitas sumber daya manusia yang ditentukan melalui kualitas penerus bangsa dapat dibentuk melalui arah pendidkan. Pendidikan memiliki beberapa aspek yang tidak bisa luput darinya, bahkan hal tersebut bisa mempengaruhi keberhasilan dan juga kegagalan Pendidikan itu sendiri, salah satunya adalah aspek lingkungan. Banyak penelitian mengatakan bahwasanya lingkungan selalu menjadi faktor pemicu perubahan bagi Masyarakat di dalamnya. Lingkungan yang kondusif dan suportif dalam mengawal Pendidikan tentu akan mendukung menjadi satu aspek penting yang harus ada di dalam Pendidikan itu sendiri. Menurut Fifit Firmadani, lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang harus mendukung berjalannya Pendidikan. Ketiga aspek linkungan yakni keluarga, rumah dan juga sekolah menjalankan peran penting dan saling berhubungan satu sama lain demi terwujudnya disiplin bagi para peserta didik dalam menjalankannya. Selain itu, lingkungan juga menjadi pengendali penuh atas mutu dan situasi Pendidikan yang sedang berlangsung. Seperti objek yang akan saya usung menjadi contoh adalah Pondok Modern Darussalam Gontor, sebuah Lembaga Pendidikan Islam Berbasis Pesantren yang telah kokoh berdiri selama hampir satu abad ini memiliki keunikan tersendiri dalam menciptakan milieu dan juga lingkungan sekitar yang mendukung kurikulum di dalamnya. Pondok yang dikenal juga sebagai pesantren merupakan konstributor pemikiran konstruktif dalam membangun mental dan juga mempribumikan nilai-nilai Islam yang bersifat universal. Pondok Modern Darussalam Gontor atau yang disingkat PMDG memiliki ajaran-ajaran pokok dengan mengusung nilai agama sebagai pembelajaran utama dan mempraktekkan dua Bahasa dalam kesehariannya yakni Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah awal yang diusung oleh PMDG yakni dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dengan cara menghadirkan system asrama atau boarding school bagi seluruh guru dan santriwati, yang mana mereka semua tidak diperbolehkan untuk pulang ke rumah kecuali pada hari libur setiap setengah tahun sekali. Penciptaan karakter dalam lingkungan PMDG dilakukan oleh seluruh penduduk sekolah seperti guru-guru, pekerja-pekerja dan juga murid-muridnya. Seperti menjadikan nilai agama yang utama dengan mepraktekkan shalat jamaa’ah setiap waktu dan membiasakan yang muda menyapa yang tua sebagai sebuah penghormatan demi terjalinnya kehidupan yang damai dan bermakna. Kemudian dalam mewujudkan siswa/siswi yang bisa berbahasa dua Bahasa PMDG membuat lingkungan sekolah mengafiliasikan dua Bahasa. Seper.ti berbicara setiap hari dengan Bahasa Arab atau Inggris, menempel seluruh kosa kata untuk memudahkan murid-murid dalam mengingatnya dan seluruh pajangan atau poster yang dipasang tidak luput dari dua Bahasa yakni Arab dan Inggris. Dan kegiatan-kegiatan ini diorkesrasikan oleh guru-guru yang memberikan contoh kepada muridnya, hingga terciptalah lingkungan yang suportif dan kondusif didalamnya.