Fathia Noviza Guru SLB YPPC Banda Aceh 1share1 Membangun Perlindungan Anak dari Kekerasan Seksual, Melalui Pendidikan dan Kesadaran Oleh : Suvi Elvirawati Zebua Read More PENDAHULUAN Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan adalah prioritas utama di era modern ini. Dalam konteks SLB atau Sekolah Luar Biasa, yang melayani siswa dengan berbagai kebutuhan khusus, penting untuk mengadopsi pendekatan komprehensif yang mengintegrasikan berbagai aspek terutama pendidikan kesehatan dan jasmani. Gerakan Sekolah Sehat (GSS) dengan fokus pada lima pilar kesehatan yaitu Sehat Bergizi, Sehat Fisik, Sehat Imunisasi, Sehat Jiwa, dan Sehat Lingkungan, dapat menjadi model praktik baik yang berkontribusi pada target visi Indonesia Emas. Harapannya implementasi GSS pada kurikulum merdeka di SLB dapat berpartisipasi mendukung tujuan SDGs, terutama SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 5 (Kesetaraan Gender), SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh), dan mewujudkan praktik baik pendidikan untuk masa depan inklusif dan berkelanjutan.  SLB, GSS & KURIKULUM MERDEKA Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai pusat pendidikan inklusif memiliki peran dalam memastikan tidak ada yang tertinggal (no one left behind). SLB berusaha untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan berkelanjutan bagi semua peserta didik, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus. Melalui program GSS dan kurikulum merdeka, Negara menunjukkan komitmennya dalam menciptakan masa depan yang lebih baik dan inklusif. Menurut data kemdikbud terdapat 325 SLB yang mengetahui Gerakan Sekolah Sehat dengan persentase frekuensi capaian implementasi GSS sebesar 81.48% (Kemdikbud, 2024). Hal ini juga selaras dengan kurikulum merdeka di mana tujuan utama GSS meliputi meningkatkan kesehatan peserta didik melalui pembiasan GSS, dilakukan di satuan pendidikan secara sederhana, terus menerus, berkelanjutan, dan tidak membutuhkan infrastruktur khusus. Kurikulum Merdeka sendiri memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk merancang program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. GSS dapat diintegrasikan dalam Kurikulum Merdeka melalui Pembelajaran Berbasis Projek dengan melibatkan siswa dalam projek nyata yang mendukung GSS, seperti projek kesehatan lingkungan, edukasi gizi, dan kegiatan olahraga. Serta Kolaborasi dan Partisipasi aktif dari seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, orang tua, dan masyarakat dalam mengimplementasikan GSS. Gambar : Integrasi UKS dan GSS pada lingkungan sekolah (Kemdikbud) GSS sendiri memiliki posisi krusial lingkungan sekolah. Integrasi dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) membawa kerangka berpikir baru bagaimana praktik baik pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di lingkungan sekolah dapat diwujudkan.  FOKUS GSS GSS bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung kesehatan fisik dan mental siswa melalui lima pilar utama. Di mana setiap pilar dalam GSS memiliki fungsi sebagai tata kelola keberlangsungan implementasi Pendidikan Kesehatan dengan fokus dan tujuan sebagai berikut :  A. Sehat Bergizi Sehat Bergizi bertujuan untuk memastikan peserta didik memiliki pola makan yang sehat dan bergizi seimbang. Implementasi di SLB meliputi : Pembiasaan Minum Air Putih dengan membiasakan peserta didik minum air putih yang cukup, minimal 2 gelas sehari selama di sekolah. Ini penting untuk mencegah dehidrasi dan memastikan tubuh berfungsi optimal. Konsumsi Makanan Bergizi dengan melaksanakan program sarapan bersama minimal sekali seminggu dengan menu bergizi seimbang yang mencakup protein tinggi, buah, dan sayuran. Program ini melibatkan orang tua dan komunitas sekolah dalam penyediaan makanan sehat. Edukasi Gizi dengan menghindari konsumsi makanan cepat saji dan tinggi gula, garam, serta lemak melalui edukasi gizi kepada siswa dan orang tua. Tablet Tambah Darah dengan membiasakan konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri sekali seminggu untuk mencegah anemia.  B. Sehat Fisik Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, program Sehat Fisik meliputi : Peregangan dan Gerak Lagu dengan melaksanakan peregangan minimal sekali selama pembelajaran melalui Gerak Lagu Sekolah Sehat yang menyenangkan dan mudah diikuti oleh semua peserta didik, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus. Senam dan Olahraga dengan mengadakan senam bersama dan kegiatan olahraga minimal sekali seminggu. Jalan Kaki dan Kebugaran dengan membiasakan peserta didik berjalan kaki dalam jarak tertentu setiap hari dan melaksanakan Tes Kebugaran Peserta Didik secara berkala untuk memonitor perkembangan kebugaran mereka.  C. Sehat Imunisasi Upaya untuk mewujudkan kondisi di mana seluruh anak usia sekolah mendapatkan imunisasi lengkap, meliputi : Pemetaan Status Imunisasi, melakukan pemetaan status imunisasi peserta didik secara berkala untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Rekomendasi Pemenuhan Imunisasi, memberikan rekomendasi kepada orang tua tentang pemenuhan imunisasi yang diperlukan berdasarkan hasil pemetaan. Pelaksanaan Imunisasi, mengadakan kegiatan imunisasi lengkap bagi anak usia sekolah dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dengan dukungan penuh dari tenaga kesehatan setempat.  D. Sehat Jiwa Peningkatan kesehatan jiwa peserta didik meliputi: Sosialisasi Permendikbud Nomor 46 Tahun 2023 dengan menyelenggarakan sosialisasi peraturan tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan pada saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Sosialisasi Kesehatan Jiwa dengan melakukan sosialisasi kesehatan jiwa minimal sekali setiap semester dengan topik-topik penting seperti mengenali dan mengatur emosi, pencegahan penggunaan NAPZA, dan pemanfaatan internet/media sosial secara sehat dan bijaksana. Doa Bersama dengan melaksanakan doa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran untuk meningkatkan spiritualitas dan solidaritas antar peserta didik. Peningkatan Kapasitas Pendidik dengan mengadakan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan terkait kesehatan jiwa dan teknik penanganan siswa dengan kebutuhan khusus. Skrining Kesehatan Jiwa dengan melakukan skrining kesehatan jiwa peserta didik bekerja sama dengan Puskesmas untuk deteksi dini dan intervensi yang diperlukan.  E. Sehat Lingkungan Untuk mewujudkan kondisi lingkungan sekolah yang mendukung tumbuh kembang peserta didik, meliputi : Cuci Tangan Pakai Sabun, membiasakan peserta didik untuk cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah makan, serta setelah menggunakan toilet. Pengelolaan Sampah, menerapkan pengelolaan sampah dengan cara memilah sampah organik dan anorganik serta memastikan sampah dibuang ke tempat sampah tertutup. Kerjabakti Kebersihan Sekolah, mengadakan kerjabakti kebersihan sekolah dan penghijauan minimal sebulan sekali yang melibatkan seluruh warga sekolah. Kawasan Tanpa Rokok/Vaping, menerapkan kawasan tanpa rokok/vaping di lingkungan sekolah dengan pengawasan ketat. Pemeliharaan Toilet, menyediakan dan memelihara toilet yang bersih dan berfungsi dengan baik, serta terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kantin Sehat, menyediakan kantin sehat yang menjual makanan dan minuman bergizi serta bebas dari bahan berbahaya. Pengaturan Ruangan, mengatur ruangan dengan pencahayaan dan penghawaan yang cukup serta natural untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan sehat.  INTEGRASI GSS DAN SDGs GSS adalah inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung kesehatan fisik dan mental siswa melalui berbagai program yang berfokus pada kebersihan, gizi, kebugaran, imunisasi, dan kesehatan mental. Integrasi GSS dengan Sustainable Development Goals (SDGs) tidak hanya memperkuat program GSS tetapi juga membantu mencapai berbagai tujuan global yang diuraikan dalam SDGs, seperti :  SDG 3 : Kehidupan Sehat dan Sejahtera Sehat Bergizi, program GSS memastikan siswa mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang melalui edukasi gizi, sarapan bersama, dan kampanye makanan sehat di kantin sekolah. Ini mendukung tujuan SDG 3 untuk memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan semua orang di segala usia. Sehat Fisik, aktivitas fisik rutin, seperti senam dan olahraga, yang diintegrasikan dalam kurikulum GSS, membantu meningkatkan kebugaran siswa, mengurangi risiko obesitas, dan meningkatkan kesehatan jantung. Sehat Imunisasi, melalui program imunisasi yang sistematis dan terpantau, GSS mendukung upaya pencegahan penyakit menular di kalangan siswa.  SDG 4 : Pendidikan Berkualitas Lingkungan Belajar yang Sehat, dengan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan bersih, GSS memastikan bahwa siswa dapat belajar dengan optimal. Kesehatan fisik dan mental yang baik adalah prasyarat untuk pendidikan yang efektif. Inklusi dan Kesetaraan, GSS memastikan bahwa semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, mendapatkan akses yang sama terhadap program kesehatan dan pendidikan, mendukung tujuan inklusif dan merata dalam SDG 4.  SDG 5 : Kesetaraan Gender Kesehatan Reproduksi dan Edukasi Kesehatan, GSS mencakup program edukasi kesehatan reproduksi dan distribusi tablet tambah darah untuk remaja putri, membantu mengatasi anemia dan mendukung kesehatan remaja putri, yang berkontribusi pada kesetaraan gender.  SDG 16 : Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Kekerasan, program kesehatan jiwa dan anti-kekerasan dalam GSS mendukung penciptaan lingkungan sekolah yang damai dan inklusif, memastikan setiap siswa merasa aman dan dihargai. Transparansi dan Partisipasi, dapat dilakukan dengan mengajak siswa, guru, dan orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam program kesehatan, mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam implementasi GSS.  PERAN GURU PADA IMPLEMENTASI GSS Akhir kata, guru memegang peranan kunci dalam keberhasilan implementasi GSS di lingkungan sekolah. Guru bertanggung jawab untuk menyampaikan materi tentang pentingnya kesehatan, gizi, kebugaran, imunisasi, kesehatan jiwa, dan lingkungan dalam proses pembelajaran sehari-hari. Selain itu, guru juga mengintegrasikan konsep-konsep GSS ke dalam berbagai mata pelajaran, seperti Pendidikan Kesehatan dan Jasmani. Selain menjadi pendidik, guru juga berperan dalam memantau kesehatan siswa sehari-hari, memastikan mereka mendapatkan gizi yang cukup dan mengikuti program imunisasi. Dalam aspek kesehatan jiwa, guru memberikan dukungan emosional. Kolaborasi dengan orang tua dan komunitas juga menjadi bagian penting dari peran guru dalam implementasi GSS. Melalui pengorganisasian kegiatan seperti sarapan bersama, kegiatan olahraga, kampanye kebersihan, dan program lingkungan, serta evaluasi keberhasilan program, guru memastikan bahwa GSS diterapkan secara efektif, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, dan mendukung pencapaian SDGs. Dengan peran aktif, komitmen, dan dukungan kepada guru, kita dapat menciptakan praktik pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.  REFERENSI Bappenas. 2024. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Diakses dari https://sdgs.bappenas.go.id/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2024. Fokus Gerakan Sekolah Sehat Tahun 2024. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2024. Gerakan Sekolah Sehat. Diakses dari https://uks.kemdikbud.go.id/sekolah-sehat/gerakan-sekolah-sehat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2024. Kurikulum Merdeka. Diakses dari https://kurikulum.kemdikbud.go.id/ United Nations. 2024. Sustainable Development Goals. Diakses dari https://sdgs.un.org/goals Wikipedia. 2024. Kurikulum Merdeka. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Merdeka
Membangun Perlindungan Anak dari Kekerasan Seksual, Melalui Pendidikan dan Kesadaran Oleh : Suvi Elvirawati Zebua Read More