fbpx

GenSirkular: Membangun Generasi Sadar Lingkungan Melalui Buku Cerita Bergambar

Slamet Rahmat Hariyanto Media & Communications Coordinator Java Regional Tanoto Foundation

Beberapa tahun terakhir nama Pandawara Group terus berseliweran di jagat maya. Grup yang berisikan lima pemuda asal Bandung itu menjadi viral lantaran aksi mereka yang tak sungkan nyemplung ke lautan sampah. Tercatat sudah lebih dari 180 titik lokasi yang mereka bersihkan sejak tahun 2022, mulai dari parit, selokan, sungai, juga pantai. Aksi heroik bersih-bersih sampah yang dilakukan Pandawara Group tak hanya menginspirasi gerakan sadar lingkungan pemuda Indonesia di daerah lain, tetapi juga pemuda dari negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan akan menyusul negara ASEAN lainnya.

Viralitas Pandawa Group menjadi salah satu contoh bentuk keprihatinan masyarakat terhadap isu lingkungan. Di sisi lain, fenomena ini menandakan adanya keinginan kolektif untuk menciptakan perubahan positif. Fenomena ini juga menyoroti pentingnya pembangunan generasi sadar lingkungan.

Mengapa Generasi Sadar Lingkungan itu Penting?

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini dunia tengah menghadapi tiga krisis planet (triple planetary crisis) yang menentukan masa depan kehidupan di bumi. Krisis ini mengacu pada tiga masalah yang saling terkait, yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Masing-masing masalah ini merupakan krisis dengan sebab dan akibat masing-masing. Akan tetapi, ketiganya saling terpaut dan mempengaruhi (Estrada, 2024).

Tiga krisis planet tersebut berdampak besar dan mengancam hak asasi manusia, terutama pada kelompok rentan. Dalam penjelasan Pasal 5 Ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 disebutkan, yang dimaksud kelompok rentan antara lain orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil, dan difabel. Lebih lanjut, berkisar dari kematian akibat bencana yang berhubungan dengan cuaca (yang telah meningkat lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir), setiap tahun telah mengakibatkan 21,5 juta orang mengungsi akibat bencana terkait perubahan iklim. Ini juga berarti banjir, kekeringan, dan badai yang lebih ekstrem dan lebih sering, yang tidak hanya berarti biaya manusia yang besar, tetapi juga biaya lingkungan dan keuangan yang besar (Rahman, 2022).

Bila ditelisik lebih mendalam, tiga krisis planet terjadi karena kurang tepatnya penerapan sistem ekonomi yang tidak berkelanjutan. Dengan konteks ini, maka sistem ekonomi sirkular dapat menjadi salah satu jawaban atas permasalahan lingkungan yang terjadi. Sayangnya, sistem ini masih asing di telinga banyak orang. Padahal, penting untuk menanamkan nilai-nilai ekonomi sirkular sejak dini agar menjadi kebiasaan baik di masa depan. Mengingat bahwa tiga krisis planet adalah salah satu tantangan berat generasi mendatang, pembangunan generasi sadar lingkungan pun menjadi sebuah langkah penting dalam menjaga kelestarian alam untuk masa depan.

Data dari Badan Pusat Stastistik (BPS) tahun 2018, menunjukkan tingkat perilaku ketidakpedulian lingkungan hidup masyarakat Indonesia yang masih rendah. Bahkan, sebuah kajian mengenai kepedulian sampah pada anak usia dini di Kota Palembang tahun 2023 menunjukkan temuan menarik (GenSirkular, 2024). Baru 33,33% anak-anak yang mengetahui jenis-jenis sampah yang dapat terurai, 50% anak-anak yang memahami konsep daur ulang sampah plastik, dan 58,30% anak-anak yang dapat mengidentifikasi tempat sampah sesuai peruntukan jenis sampahnya.

Agen Perubahan

Sebagai generasi penerus masa depan, anak telah selayaknya mendapat sebutan agen perubahan. Merekalah penentu masa depan keberlangsungan yang akan terjadi di muka bumi. Penanaman kesadaran dan kepedulian lingkungan kepada anak-anak sedini mungkin menjadi sebuah hal yang penting.

Berangkat dari keresahan terhadap kelestarian lingkungan dan kecintaan terhadap dunia anak, GenSirkular hadir sebagai sebuah platform edukasi ekonomi sirkular. GenSirkular meyakini bahwa aksi nyata dalam memerangi perubahan iklim dapat dilakukan dan ditempuh melalui jalur pendidikan. Salah satu bentuk inovasi yang diberikan adalah pembuatan media edukasi nilai-nilai ekonomi sirkular dalam bentuk buku cerita bergambar.

Buku cerita bergambar menawarkan sebuah alternatif dalam mengajarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan melalui gambar yang menarik dan penuh warna. Pembaca yang ditargetkan berusia 5-7 tahun atau yang masih dalam level pembaca dini (level A). Untuk mencapai pemahaman pembaca pada level ini, maka buku bergambar disusun dengan mengacu pada Peraturan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek Nomor 030/P/2022 tentang Pedoman Perjenjangan Buku.

Impact yang menjadi sasaran GenSirkular adalah peningkatan pemahaman, perubahan perilaku, dan kesadaran terhadap nilai-nilai ekonomi sirkular. Kehadiran GenSirkular juga mendukung pencapaian tujuan SDGs 4 dan 13, yaitu pendidikan berkualitas dan penanganan perubahan iklim.

Buku cerita bergambar yang dihasilkan GenSirkular diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca sejak usia anak-anak sehingga membantu ketercapaian target pada tujuan SDGs 4. Dengan kemampuan pemahaman bacaan yang baik, anak-anak akan dapat lebih mudah mempelajari materi lainnya. Tentu ini akan meningkatkan kualitas luaran pendidikan.

Di samping itu buku cerita bergambar yang dihasilkan dapat menjadi media dan alat bantu ajar pembangunan berkelanjutan sejak usia anak-anak, serta memberikan dampak tidak langsung atau jangka panjang dari perubahan perilaku setelah menerima pesan terkait ekonomi sirkular yang disampaikan melalui buku cerita bergambar, sehingga membantu ketercapaian target pada tujuan SDGs 13.

Pada pelaksanaannya GenSirkular merangkul partner strategis, antara lain anak-anak pendidikan usia dini, TK, SD, guru, tenaga pendidik, orang tua, komunitas belajar, penggiat literasi anak, seniman, ilustrator, perpustakaan, penerbit, percetakan, pemerintah, dan perusahaan. Hingga saat ini GenSirkular telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, media, hingga komunitas.

Per-akhir Februari 2024, GenSirkular telah merilis enam buku cerita bergambar yang bermuatan nilai-nilai pendidikan ekonomi sirkular untuk anak-anak. Adapun judul buku yang dimaksud, antara lain “Membawa Tas Belanja”, “Pahlawan Lingkungan”, “Jaket Biru”, “Sol Sepatu”, “Bantal Styrofoam”, dan “Membeli Susu Sapi”.

Keenam judul buku cerita bergambar tersebut telah dijadikan bahan bacaan praktik baik peningkatan literasi pada beberapa sekolah, seperti di KB Dahlia, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur; SD Islam Muhammadiyah 1 Panji, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur; TK Cheng Hoo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur; SD Negeri Kebalenan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur; SD Negeri 2 Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali; SD Negeri Sarwadadi 03, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah; SD Negeri Kaliwiru, Kota Semarang, dan KB TK Ar Rohmah Pondok Pesantren Hidayatullah Malang, Jawa Timur.

Selain itu, sebagai upaya pemassifan gerakan penggunaan buku cerita bergambar bermuatan nilai-nilai ekonomi sirkular, GenSirkular juga menyelenggarakan pelatihan pembuatan buku cerita bergambar yang dilaksanakan baik secara luring dan daring. Peserta yang menjadi sasaran adalah guru, kepala sekolah, tenaga perpustakaan, orang tua, serta para praktisi literasi.

Buku-buku cerita bergambar tersebut dapat dibaca secara daring pada laman web GenSirkular dan perpustakaan digital komunitas penggerak The Big Book, Kabupaten Tegal. Ke depannya diharapkan akan semakin banyak buku-buku cerita bergambar dan media edukasi ekonomi sirkular lainnya yang dirilis. Bila media pembelajaran untuk sosialisasi dan edukasi sudah tersedia, apakah masih ada alasan untuk tak memanfaatkan secara massif dan berkelanjutan?

Referensi:
Rahman, Faisol. 2022. “Mengenal ‘Triple Planetary Crisis’”. Yogyakarta: Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. Dilansir dari laman https://pslh.ugm.ac.id/mengenal-triple-planetary-crisis/

Estrada, L. Yaniz. 2024. “The Triple Planetary Crisis: What is it and what can we do about it?”.  Dilansir dari https://aida-americas.org/en/blog/triple-planetary-crisis-what-is-it-and-what-can-we-do-about-it

Badan Pusat Stastistik (BPS). 2018. “Laporan Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup Indonesia 2018”. Dilansir dari laman https://www.bps.go.id/id/publication/2018/09/21/c0a44f3a31ad3e85233550a0/laporan-indeks-perilaku-ketidakpedulian-lingkungan-hidup-indonesia-2018.html

GenSirkular. 2024. “Kajian Mengenai Kepedulian Sampah pada Anak Usia Dini di Kota Palembang Tahun 2023”.