Reni Kusmiati 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Indonesia dikenal dengan negara kebhinekatunggalikaan yaitu penuh dengan keberagaman suku, budaya, bahasa, dan agama yang menjadi identitas negara Indonesia. Sebagai negara yang berdaulat, pancasila mejadi dasar negara Indonesia yang mencerminkan entitas dan identitas masyarakat berbangsa. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tidak hanya menggambarkan ideologi, namun juga menciptakan entitas bangsa yang menyatukan perbedaan sehingga tetap utuh dan kokoh dalam kesatuan. Sikap pancasila tecermin dari kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan bergotong royong dengan landasan aturan yang paling mendasar yaitu budaya dan etika di masyarakat. Untuk tetap menjaga ketertiban dan kesejahteraan masyarakat, pancasila juga menjadi panduan dalam menyusun undang-undang yang menjadi aturan tertulis kehidupan berbangsa Indonesia baik dari Sabang sampai Merauke untuk mencapai tujuan bersama dalam kebhinekatunggalikaan. Membentuk karakter masyarakat yang ideal dapat dimulai dari seseorang menempuh pendidikan di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah berupa budaya sekolah, peraturan sekolah, dan strategi pembelajaran memberikan dorongan sosial maupun keterampilan kepada peserta didik. Dorongan sosial bisa berupa kerja sama, rasa simpati, rasa peduli, menghargai yang dapat terbentuk dari kegiatan diskusi atau penyelesaian sebuah proyek. Sedangkan meningkatkan keterampilan peserta didik bisa berupa sikap percaya diri, tanggung jawab, maupun kepemimpinan. Hal tersebut secara signifikan dapat membentuk karakter pancasila pada peserta didik untuk menjadi manusia yang berakhlak terpuji. Perwujudan profil pelajar pancasila dalam pendidikan Abad 21 mendorong pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan memahami karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, guru berperan sebagai fasilitator yang dapat memenuhi kebutuhan, minat dan potensi setiap peserta didik sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki setiap peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik juga memberikan ruang bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran maupun pengambilan keputusan dalam perencanaan pembelajaran. Keberagaman peserta didik dapat menjadi wadah bagi peserta didik dalam mengembangkan karakter toleransi dan saling menghargai, selain itu dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan gotong royong dalam kegiatan diskusi kelompok. Untuk meningkatkan keterampilan dan potensi peserta didik, guru dapat memanfaatkan teknologi untuk mengakses sumber belajar, berkolaborasi online, dan mengembangkan keterampilan teknologi lainnya. Selain itu, guru dapat menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah yang memungkinkan peserta didik menghadapi tantangan sehingga dapat melatih pemikiran dan sikap peserta didik. Meskipun demikian, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam menghayati pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dan perwujudan profil pelajar pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik Abad 21. Keberagaman pada masyarakat menimbulkan kesenjangan pemahaman nilai-nilai pancasila baik di kalangan pelajar maupun masyarakat dengan pengimplementasian yang berbeda-beda. Dalam bidang pendidikan, sangat terlihat kesenjangan pendidikan antar daerah baik dari sarana maupun kualitas satuan pendidikan sekolah. Hal ini menjadi salah satu alasan akan keterbatasan pengimplementasian profil pelajar pancasila di sekolah bahkan di era Abad 21 ini. Selain itu, pemanfaatan teknologi yang tidak merata di setiap sekolah menjadikan sekolah yang tertinggal tidak memahami tantangan globalisasi yang terus berkembang setiap waktu. Sehingga karakter peserta didik tidak dapat disiapkan untuk menghadapi tantangan hidup di dunia yang lebih luas (dunia kerja). Pembelajaran yang hanya berfokus pada tingkat pengetahuan peserta didik (penilaian sumatif), sehingga guru hanya mentransfer ilmu kepada peserta didik. Lingkungan sekolah yang demikian dapat menimbulkan karakter saling bersaing antar peserta didik, terlebih lagi jika lingkungan peserta yang tidak bagus sehingga orang tua dan masyarakat tidak terlibat dalam membentuk karakter yang baik untuk peserta didik. Berdasarkan pengamatan tentang perwujudan profil pelajar pancasila di lingkungan sekolah (kelas), kegiatan pembelajaran menerapkan pendekatan berpusat pada peserta didik sehingga menjadi lebih relevan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, guru menyusun strategi pembelajaran yang aman dan nyaman serta bermakna untuk peserta didik. Meskipun demikian, kebutuhan belajar yang beragam tidak menutup kemungkinan pemilihan pembelajaran hanya dapat menyesuaikan beberapa peserta didik saja sehingga akan ada yang merasa dipenuhi dan diabaikan. Pemahaman yang mendalam terkait dengan penerapan pendidikan yang berpihak pada peserta didik hanya dapat dipahami oleh beberapa guru saja, sehingga masih banyak guru yang masih menerapkan pendekatan yang hanya berpusat pada peserta didik. Output karakter peserta didik tidak maksimal karena peserta didik jarang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk tetap mengembangkan karakter pancasila peserta didik, sekolah mengimplementasikan kegiatan projek penguatan projek profil pelajar pancasila (P5) untuk mendorong karakter pancasila peserta didik menggunakan pendekatan berbasis proyek. Melalui kegiatan P5, peserta didik diharapkan dapat meningkatkan sikap percaya diri, tanggung jawab, gotong royong, dan saling menghargai sehingga dapat menjadi manusia pancasila yang berkarakter baik.