I Komang Yuda Muliawan 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More T1-8. Aksi Nyata I Komang Yuda Muliawan (2464826024) Mulai dari Diri Sebelum memulai proses pembelajaran, saya selalu mempertimbangkan bagaimana pemahaman saya mengenai perspektif sosiokultural dapat diterapkan secara efektif saat menghadapi peserta didik dengan latar belakang sosial dan budaya yang beragam. Keberagaman ini tidak hanya mencakup perbedaan etnis dan budaya, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, serta kebiasaan belajar yang unik di setiap lingkungan. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik, penting bagi saya untuk mengembangkan pendekatan yang inklusif agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman bagi semua siswa. Dalam menghadapi peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang, saya menyadari bahwa metode pengajaran yang diterapkan harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Strategi pembelajaran yang efektif tidak hanya berbasis materi akademik, tetapi juga memperhitungkan faktor lingkungan yang memengaruhi cara mereka memahami pelajaran. Oleh sebab itu, sebelum masuk ke dalam kelas, saya selalu berusaha memahami kondisi sosial dan budaya siswa agar dapat menyusun rencana pembelajaran yang lebih sesuai dan kontekstual. Sebagai seorang pendidik, saya juga harus menjadi fasilitator yang tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing siswa dalam memahami keberagaman di sekitar mereka. Melalui pendekatan sosiokultural, saya ingin menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menghargai perbedaan, sehingga setiap siswa merasa diterima dan dihargai dalam proses pembelajaran. Eksplorasi Konsep Dari materi yang telah dipelajari, saya menemukan bahwa pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang terus berkembang sejak masa sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Pada era kolonial, sistem pendidikan dirancang untuk kepentingan pemerintahan penjajah, baik Belanda maupun Jepang, yang lebih menitikberatkan pada eksploitasi tenaga kerja daripada mencerdaskan masyarakat pribumi. Sistem ini menyebabkan kesenjangan pendidikan yang cukup besar, di mana hanya kelompok tertentu yang mendapatkan akses terhadap pembelajaran. Namun, perubahan mulai terjadi ketika Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa dengan tujuan memberikan kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Sejak kemerdekaan, pendidikan Indonesia terus berkembang, tetapi tetap menghadapi tantangan dalam aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Kesenjangan akses pendidikan masih menjadi isu utama, terutama di daerah terpencil, di mana fasilitas, tenaga pendidik, dan sarana belajar masih sangat terbatas. Selain itu, perkembangan pendidikan di Indonesia juga dipengaruhi oleh perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Globalisasi, digitalisasi, serta pergeseran nilai budaya turut berperan dalam membentuk pola pembelajaran yang berbeda dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, pemahaman tentang perspektif sosiokultural sangat penting bagi seorang pendidik agar dapat merancang strategi pembelajaran yang relevan dengan kondisi zaman serta kebutuhan siswa di era modern ini. Ruang Kolaborasi Pada bagian ini, saya dan rekan-rekan diberikan kesempatan untuk menonton beberapa video yang menyoroti kondisi pendidikan di berbagai daerah. Dari tayangan tersebut, kami menyadari bahwa masih terdapat kesenjangan pendidikan yang cukup signifikan, terutama di wilayah terpencil yang masih mengalami keterbatasan sarana dan tenaga pendidik. Beberapa daerah bahkan hanya memiliki akses pendidikan hingga tingkat sekolah dasar, sehingga anak-anak di sana lebih banyak belajar dari pengalaman langsung di lingkungan sekitar. Meskipun demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak terkait. Salah satu langkah yang diambil adalah mengirimkan pengajar dari kota untuk berbagi ilmu dengan siswa di daerah pelosok. Para pendidik ini membawa metode pembelajaran inovatif, seperti penggunaan teknologi dan pendekatan interaktif, yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan anak-anak di daerah terpencil dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan bakat dan bersaing dengan rekan-rekan mereka di wilayah perkotaan. Demonstrasi Kontekstual Melalui sesi demonstrasi kontekstual, saya dan rekan-rekan berdiskusi secara mendalam untuk menyusun pemikiran yang dapat diaplikasikan dalam situasi nyata. Kami saling bertukar pandangan dan gagasan, sehingga dapat mencapai kesepahaman bersama mengenai cara terbaik untuk menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan. Kolaborasi ini memungkinkan kami untuk mengeksplorasi berbagai perspektif serta menemukan solusi yang lebih inovatif. Selain berdiskusi, kami juga berlatih dalam mempresentasikan ide-ide yang telah disusun. Hal ini bertujuan untuk melatih keterampilan komunikasi dan penyampaian informasi secara jelas dan sistematis. Dalam prosesnya, kami tidak hanya belajar bagaimana menyampaikan materi dengan baik, tetapi juga bagaimana mendukung satu sama lain dalam menjawab pertanyaan dan menyampaikan argumentasi yang logis. Dengan adanya latihan ini, saya merasa lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan saat mengajar dan berinteraksi dengan peserta didik. Elaborasi Pemahaman Dari pemahaman yang saya peroleh, saya menyadari bahwa pendidikan berbasis multikultural sangat penting dalam membangun lingkungan belajar yang inklusif. Setiap peserta didik memiliki latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda, sehingga pendekatan pengajaran harus menekankan pada nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan. Dengan memahami perspektif sosiokultural, seorang guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih harmonis. Saya juga memahami bahwa lingkungan sekitar memainkan peran penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Seorang pendidik perlu menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kondisi sosiokultural yang ada di sekolah agar dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dengan lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk terus belajar dan mengembangkan metode pembelajaran yang relevan dengan kondisi masyarakat setempat. Koneksi Antar Materi Materi perspektif sosiokultural ini memiliki hubungan erat dengan mata kuliah lain, seperti Filosofi Pendidikan Indonesia dan Pembelajaran Berdiferensiasi. Filosofi pendidikan membahas bagaimana sistem pendidikan mengalami perubahan seiring waktu akibat pengaruh sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Sementara itu, konsep pembelajaran berdiferensiasi berfokus pada pemenuhan kebutuhan unik setiap peserta didik berdasarkan latar belakang mereka. Pemahaman mengenai peserta didik juga sangat berkaitan dengan perspektif sosiokultural, karena setiap siswa memiliki karakteristik dan pengalaman yang berbeda. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menyesuaikan metode pengajaran agar dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif bagi semua peserta didik. Aksi Nyata Pembelajaran ini memberikan manfaat besar dalam mempersiapkan diri saya sebagai pendidik yang lebih peka terhadap keberagaman siswa. Saya belajar bagaimana menjadi mediator yang mampu menghubungkan ilmu pengetahuan dengan kondisi sosial dan budaya peserta didik. Selain itu, saya juga memahami pentingnya menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan latar belakang siswa. Saat ini, saya menilai kesiapan saya dalam menghadapi keberagaman peserta didik berada pada tingkat 7 dari 10. Saya merasa masih perlu mengimplementasikan konsep yang telah dipelajari dalam praktik nyata serta memahami lebih dalam kondisi sosial dan budaya peserta didik secara langsung. Oleh karena itu, saya akan terus belajar dan meningkatkan pemahaman saya tentang sosiokultural agar dapat menerapkannya dengan optimal dalam proses pembelajaran.