fbpx
Ilustrasi siswa sekolah dasar oleh Dery Ridwansyah/Jawa Pos

PENTAS PINTAR: STRATEGI KONKRET BERBASIS EXPEDITIONARY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN INTEGRITAS DAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR

LATAR BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya, pendidikan dasar memiliki peranan yang penting dalam pembentukan karakter dan keterampilan dasar siswa. Namun, data menunjukkan bahwa terdapat tantangan yang masih tergol0ong signifikan dalam konteks sistem pendidikan dasar di Indonesia, terutama terkait rendahnya integritas dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Apabila mengacu pada laporan dari Badan Pusat Statistik (2020), hanya sebanyak 57% siswa sekolah dasar yang mencapai tingkat kompetensi minimum dalam literasi dan numerasi. Disamping itu, apabila mengacu pada Transparency International Indonesia (2021), menyatakan bahwa masalah etika dan integritas masih sangat mengkhawatirkan, dengan banyak kasus kecurangan dalam ujian dan tugas sekolah.

Masalah terkait integritas ini akan berdampak negatif pada pembentukan karakter siswa, serta bagaimana perkembangan dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Mengacu pada Survei Integritas Pendidikan oleh Kemendikbud (2019), sekitar 25% siswa mengakui pernah menyontek dalam ujian. Dalam hal ini, kurangnya metode pengajaran yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika dapat memperparah masalah ini. Dengan kata lain, metode pembelajaran konvensional cenderung berfokus pada pengetahuan akademis tanpa cukup menekankan pentingnya integritas dan karakter.

Selain itu, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa menempatkan pendidikan berkualitas sebagai salah satu dari 17 tujuan utamanya, yaitu pada poin ke-4, yang bertujuan memastikan pendidikan inklusif dan merata serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua (United Nations, 2015). Jika dikontekstualisasikan di Indonesia, pendidikan berkualitas juga menjadi penting dalam upaya meningkatkan hasil akademis serta membentuk karakter siswa yang jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi. Tidak hanya itu, SDG 5 (Kesetaraan Gender) menekankan pentingnya memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu dalam pendidikan, mengajarkan nilai-nilai kesetaraan dan menghargai perbedaan gender sejak dini. Dengan demikian, tulisan ini akan memberikan salah satu solusi konkret yang dapat diterapkan untuk meningkatkan metode pembelajaran siswa, khususnya pada jenjang Sekolah Dasar (SD).

SOLUSI: EXPEDITIONARY LEARNING SEBAGAI LANDASAN FUNDAMENTAL DARI PROGRAM PENTAS PINTAR
Pada dasarnya, expeditionary learning (EL Education) adalah model pendidikan yang menggunakan proyek jangka panjang, atau “ekspedisi,” untuk menggabungkan berbagai mata pelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna bagi siswa. Model ini diterapkan di berbagai sekolah, termasuk King Middle School di Portland, Maine, dan telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa (EL Education, 2021). EL Education menekankan pada pembelajaran berbasis proyek di mana siswa bekerja pada proyek-proyek jangka panjang yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Siswa terlibat aktif dalam penelitian, kolaborasi, dan presentasi, yang membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kerja sama. Proses ini juga melibatkan penilaian autentik yang mencakup portofolio kerja, presentasi publik, dan refleksi diri, memberikan gambaran komprehensif tentang pemahaman dan keterampilan siswa.

Kebermanfaatan dari penerapan EL Education mencakup pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran, pengembangan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis dan kolaborasi, serta peningkatan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Model ini juga mendukung pencapaian tujuan SDGs, seperti pendidikan berkualitas (SDG 4) dan kesetaraan gender (SDG 5), dengan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menekankan pentingnya integritas dan keadilan.

Dengan mengaitkan program “Pentas Pintar” dengan konsep EL Education, dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis tetapi juga membentuk karakter siswa yang kuat, siap menghadapi tantangan masa depan dengan integritas dan keterampilan yang memadai.

IMPLEMENTASI PROGRAM PENTAS PINTAR
Pada dasarnya, program “Pentas Pintar” adalah kegiatan bulanan di mana setiap kelas bertanggung jawab untuk menampilkan rekapitulasi pelajaran dari satu mata pelajaran yang telah dipelajari dalam satu bulan terakhir. Program ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sekaligus menanamkan nilai-nilai moral yang penting.

Apabila dilakukan permisalan, dalam interval waktu 1 (satu) bulan, kelas 6 SD akan diberikan tanggung jawab untuk dapat membahas 1 mata pelajaran. Misalnya, pada bulan Januari:
• 6A membahas Matematika (Contoh: Membuat drama penerapan matematika di kehidupan sehari-hari)
• 6B membahas Sains (Contoh: Demonstrasi eksperimen perubahan zat kimia)
• 6C membahas Bahasa Indonesia (Contoh: Diskusi buku cerita pendek)
• 6D membahas IPS (Contoh: Drama cerita sejarah)
• 6E membahas Seni (Contoh: Pertunjukan tarian daerah)
• 6F membahas Bahasa Inggris (Contoh: Debat bahasa inggris)
Pada bulan Februari dan seterusnya, pembagian mata pelajaran ini di-rolling antar kelas, sehingga setiap kelas mendapatkan kesempatan untuk membahas semua mata pelajaran dalam setahun.

Kegiatan ini dapat dikemas sebagai penampilan dapat berupa presentasi, eksperimen sains, pertunjukan drama, pertunjukan seni, atau bentuk kreatif lainnya yang relevan dengan mata pelajaran yang dipilih. Apabila megacu pada hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal “Educational Psychology“, metode pembelajaran berbasis proyek seperti ini dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis individu (Elliot, 2015). Tidak hanya itu, tentu hal ini akan bermanfaat pada keterampilan komunikasi untuk setiap individu (Horwitz, 2016). Adapun pada implementasinya dan sebagai upaya apresiasi, akan diberikan penghargaan kepada kelompok dengan penampilan terbaik dalam beberapa kategori, seperti “Presentasi Terbaik”, “Kreativitas Terbaik”, “Kerjasama Tim Terbaik”, atau sebagainya. Penghargaan juga dapat diberikan untuk kelompok yang menunjukkan nilai-nilai integritas yang tinggi dan dalam sesi tanya jawab/diskusi juga diberikan untuk memotivasi siswa agar lebih terlibat secara aktif.

ANALISIS SWOT “PENTAS PINTAR”

Strengths:
• Pemahaman Mendalam: Siswa lebih memahami materi pelajaran melalui pengajaran kembali kepada teman-temannya, sesuai teori pembelajaran konstruktivis.
• Pengembangan Keterampilan: Program ini mengembangkan keterampilan presentasi, komunikasi, dan kolaborasi, yang penting untuk kesuksesan akademis dan profesional.
• Nilai Integritas: Penekanan pada kejujuran dalam persiapan dan presentasi membentuk perilaku siswa yang lebih positif dan etis.
• Motivasi Belajar: Meningkatkan motivasi siswa dengan memberikan kesempatan untuk menunjukkan kreativitas dan mendapatkan pengakuan.
• Kesetaraan Gender: Program ini menjamin kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk berpartisipasi dan bersinar, menghargai perbedaan gender.

Weaknesses:
• Waktu dan Sumber Daya: Membutuhkan banyak waktu dan sumber daya untuk persiapan dan pelaksanaan.
• Kesiapan Guru: Tidak semua guru siap atau terlatih untuk mengelola proyek berbasis siswa.

Opportunities:
• Peningkatan Kualitas Pendidikan: Bisa menjadi model untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah lain.
• Kolaborasi dengan Komunitas: Melibatkan komunitas lokal memperkaya pengalaman belajar.
• Pengembangan Teknologi Pendidikan: Memanfaatkan teknologi pendidikan untuk mendukung presentasi dan kolaborasi.

Threats:
• Resistensi terhadap Perubahan: Guru dan siswa mungkin enggan beralih dari metode tradisional.
• Keterbatasan Sumber Daya: Sekolah dengan sumber daya terbatas mungkin kesulitan menerapkan program ini.
• Evaluasi yang Subjektif: Penilaian kinerja siswa bisa menjadi subjektif dan sulit untuk dinilai konsisten.

KESIMPULAN
Program “Pentas Pintar” merupakan solusi inovatif yang dapat mengatasi masalah rendahnya pemahaman dan integritas siswa di sekolah dasar. Dengan melibatkan siswa dalam kegiatan yang interaktif dan kolaboratif, program ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan akademis tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral yang esensial. Implementasi yang efektif dari program ini diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang jujur, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

  • Badan Pusat Statistik. (2020). Indikator Pendidikan. Jakarta: BPS.
  • Brookhart, S. M. (2013). How to Create and Use Rubrics for Formative Assessment and Grading. Alexandria, VA: ASCD.
  • Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology, 25(1), 54-67.
  • Elliot, A. J. (2015). A Conceptual History of the Achievement Goal Construct. In A. J. Elliot, & C. S. Dweck (Eds.), Handbook of Competence and Motivation. New York: Guilford Press.
  • Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational Research, 77(1), 81-112.
  • Horwitz, E. K. (2016). Becoming a Language Teacher: A Practical Guide to Second Language Learning and Teaching. Boston: Pearson.
  • Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
  • Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Viking Press.
  • Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-being. American Psychologist, 55(1), 68-78.
  • Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: An Educational Perspective (6th ed.). Boston: Pearson.
  • Transparency International Indonesia. (2021). Corruption Perceptions Index. Retrieved from https://www.transparency.org/en/cpi/2021
  • Kemendikbud. (2019). Survei Integritas Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
  • United Nations. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development. New York: United Nations.
  • EL Education. (2021). About EL Education. Retrieved from EL Education
  • King Middle School. (2021). Expeditionary Learning. Retrieved from King Middle School