Margaretha Taniria Sarumaha 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Hai sobat PPG Salam Pendidikan Perkenalkan nama saya Margaretha Taniria Sarumaha, saya mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 1 Tahun 2024 Universitas Islam Sumatera Utara. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan argumen kritis saya dalam meninjau ulang keseluruhan materi dari ‘Mulai dari Diri’ hingga ‘Elaborasi Pemahaman’ untuk membuat ‘Koneksi Antar Materi’ sebagai kesimpulan penguasaan materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’ pada mata kuliah Filosofi Pendidikan Nasional. Saya memilih menjadi guru karena saya haus akan belajar, saya suka berinteraksi dengan orang lain dan ikhlas dalam berbagi, menjadi seorang guru akan berhadapan dengan luasnya pengetahuan dan bahan pembelajaran ketika menghadapi peserta didik. Hal inilah yang memotivasi diri saya. Menjadi guru juga merupakan tekad kuat bagi saya walaupun pekerjaan ini tidak dinilai dari gaji yang didapatkan, namun kualitas pembelajaran yang diberikan. Keikhlasan saya dalam berbagi ilmu pengetahuan, mendidik siswa yang bahkan tidak saya kenalsebelumnya, hingga membantu siswa mencapai apa yang mereka cita-citakan merupakan sebuah penghargaan besar untuk saya karena saya merasa hidup saya sangat berguna dan dibutuhkan ini juga menjadi sebuah kontribusi untuk saya dalam berbangsa dan bernegara. Menjadi seorang guru merupakan panggilan hidup bagi saya, walaupun perkembangan teknologi terus maju dan berkembang terutama dalam bidang pendidikan, akan tetapi menjadi seorang guru atau pendidik tidaklah bisa digantikan dengan teknologi sebab pendidik ialah manusia yang mengemban tugas sebagai pengajar sekaligus memberkan arahan, mengkonfirmasi suatu kebenaran seta memberikan evaluasi untuk perkembangan peseta didik. Sebelum lanjut melihat lebih dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara disini saya akan menjalaskan secara singkat terkait perjalanan pendiidkan nasional sebelum kemerdekaan, diawali pada masa Hindu Budha yang sistem pendidikan berbentuk sistem gurukala. siswa tinggal bersama-sama dengan gurunya di pertapaan dan pembelajaran berlangsung dengan sistem tanya jawab. Materi yang diajarkan tentang keagamaan dan kesusteraan, Selanjutnya pada Islam, metode pendidikan agama yang diberikan di pesantren ialah dengan cara bandungan dan sorogan. Lingkungan pesantren berusaha menumbuhkan satu pola hidup sederhana dan hemat agar mampu hidup mandiri. Kemudian pendidikan pada masa Portugis yakni pada 1535, penguasa Portugis di Maluku bernama Antonio Calvano mendirikan sekolah-sekolah seminari untuk anak-anak dari pemuka-pemuka pribumi. Selain pelajaran agama, diajarkan juga membaca, menulis, berhitung, serta bahasa lain. Dilanjutkan pada masa Jepang, proses pembelajaran diganti kegiatan yang tak ada kaitannya dengan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk menyediakan tenaga cuma-cuma (Romusha) dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan-kepentingan. Selanjutnya yakni pendidikan pada masa Belanda, konteks pendidikan dan pengajaran ini pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain untuk kepentingan Belanda, pada masa kolonial inilah di tahun 1854, lahirlah sekolah bumiputera, kemudian tahun 1903 berdirnya sekolah kartini khusus untuk wanita namun hanya kaum bangswan saja yang bisa bersekolah, sedangkan tahun 1908 berdirilah Boedi Oetomo sebagai gerbang awal kemajuan pendidikan melalui pergerakan nasional disusul dengan munculnya cita-cita untuk perubaha radikal kearah kemajuan bangsa pada tahun 1920. Ditandai dengan berdirnya Taman Siswa tahun 1922 menjadi awal dalam pergerakan pendidikan nasional setelah kemerdekaan yang ditandai dengan pendiidkan berlandaskan Pancasila yakni pada tahun 1945-1966 adanya sekolah-sekolah setara dengan SD, SMP, SMA dan Kejuruan, Pada masa pergerakan nasional ini pendiidkan di Indonesia berfokus pada sikap berpikir kritis, pemecahan masalah, kecakapan komunikasi, kretaivitas, serta kolaborasi. Pada masa ini juga pembaharuan kurikulum tetap berjalan demi perbaika pendiidkan baik dar kurkulum penerapan, kurkulum 2013 hingga saat ini kurkulum Merdeka. Indonesia masih melakukan pengembangan kurikulum dari masa kemasa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Saat ini diimplementasikan melalui Kurikulum Merdeka dengan prinsip Profil Pelajar Pancasila. Ki Hadjar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia pendidikan, pengajaran serta kebudayaan di Indonesia pada masanya. Beliau didaulat oleh presiden pertama RI, Ir. Sukarno, kala itu sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP&K) Indonesia pada awal kemerdekaan. Jauh sebelum dinobatkan sebagai arsitek pendidikan nasional secara politis, beliau sudah menjadi aktifis saat zaman kolonial Hindia Belanda. Sebelum adanya politik etis atau politik balas budi dari pemerintah kolonial, pendidikan dan pengajaran hanya difokuskan untuk anak-anak bangsa Eropa. Hal tersebut termasukdalam R.R Tahun 1854 pasal 126 dan 127 yang inti kalimatnya adalah membuka dan memberikan pengajaran kepada anak-anak bangsa Eropa secara bebas dan sedapat-dapatnya harus ada usaha pemerintah kolonial memberikan pendidikan dan pengajaran yang dimulai dari kelas rendah guna mencukupi kebutuhan penduduk Eropa di tanah Hindia. Mengutip Mahaguru Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 3– No. 1, year (2022), page 149-159 yang berjudul Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan di Indonesia ditulis oleh Mardinal Tarigan, Alvindi, Arya Wiranda, Syahwan Hamdany dan Pardamean disimpulkan bahwa Pemikiran pendidikan Ki. Hajar Dewantara relevan pendidikan saat ini seperti tujuan pembelajaran, yaitu sama sama mengarahkan tujuan pendidikan dalam empat dimensi, yaitu tujuan jasmani, akal, rohani dan sosial. Peran pendidik menurut Ki. Hajar Dewantara sebagai fasilitator dan motivator. Hakikat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan supaya anak menjadi makhluk yang insani. Memperkuat dari jurnal diatas saya menganalisis dari Jurnal Filsafat Indonesia Vol3No3Tahun2020ISSN: E-ISSN 2620-7982, P-ISSN: 2620-7990 ditulis oleh Dela Khoirul Ainiayang berjudul Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter dapat disimpulkan bahwa merdeka belajar merupakan suatu langkah yang tepat untuk mencapai pendidikan yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini dengan tujuan untuk mempersiapkan generasi yang tangguh, cerdas, kreatif,dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Kedua, gagasan merdeka belajar memiliki relevansi dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta,rasa,dan karsa. Merdeka belajar memberi kebebasan pada siswa dan guru untuk mengembangkan bakat dan keterampilan yang ada dalam dirikarena selama ini pendidikan lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Ketiga, merdeka belajar merupakan salah satu strategi dalam pengembangan pendidikan karakter. Selain itu mengutip Jurnal Pendidikan IPS Vol. 11, No.1, Juni 2021 ditulis oleh Zuriatin, Nurhasanah, Nurlaila yang berjudul Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara Dalam Memajukan Pendidikan Nasional disimpulkan bahwa konsep pendidikan idealmenurut K Ki Hadjar Dewantara dapat di lihat dari system pendidikan Taman Siswa selalu mengutamakan semboyan-semboyan serta perlambangan dalam pengajaran dan pendidikan. Hal ini di anggap perlu untuk menyempurnakan perkembangan kepribadian anak-anak, bukan hanya pikirannya juga perasaannya. Semboyan-semboyan danperlambangaan di tuangkan dalam bentuk sastra dan juga lukisan maupun wujud keesenian lainnya sehingga peserta didik dapat mudah mengingatnya. Berdasarkan pemahaman antar koneksi materi diatas, saya dapat dapat mengetahui bagaimana sejarah perjalanan Pendidikan Nasional dari masa sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan hingga pendidikan saat ini. Sehingga belajar dari sejarah perjalanan pendidikan tersebut sosok Ki Hajar Dewantara menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan yang dalam kaitannya dengan Filosofi Pendidikan hingga selanjutnya diadaptasi dan diimplementasikan pada pendidikan saat ini. Seperti yang disebutkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Saya menjadi tahu bahwa guru sejatinya harus mampu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Ketika nanti saya menjadi guru, maka saya akan menerapkan prinsip merdeka belajar dengan cara memberikan kebebasan kepada setiap peserta didik untuk mengembangkan minat dan potensi yang ada di dalam dirinya juga sebagai guru saya juga harus turut terlibat dalam menumbuhkan karakter peserta didik. Saya juga akan menyiapkan pendidikan bagi anak menghadapi pendidikan abad 21 yakni tentang kesadaran budaya, inovasi pembelajaran, penyelesaikan masalah, komunikasi, sikap bertanggungjawab dengn membuat kelas dinamis sesuai perkembangan zaman.