Helen Safaringga 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More cr: kompas.com Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan dari segi tujuan pendidikan, pelajaran yang diberikan, dan filosofi pendidikan secara keseluruhan. Pada tahun 1954 pendidikan di Indonesia hanya diperuntukan bagi calon pegawai pemerintah. Kemudian terbentuk Sekolah Bumi Putera yang hanya terdiri dari 3 kelas dan hanya berfokus pada pengajaran membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah ini hanya diperuntukkan bagi beberapa orang agar setelah lulus dapat menjadi pembantu usaha dagang pemerintah. Kemudian sekolah ini bertransformasi dan diperuntukan hanya bagi dokter jawa dalam kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Kemudian pada tahun 1922 berdirilah Taman Siswa Yogyakarta yang telah berfokus pada kemerdekaan nasional, perintis pendidikan nasional dan perintis kebudayaan nasional. cr: kompas.com Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang memerdekakan dengan tujuannya adalah kemerdekaan. Merdeka berarti setiap orang dapat memilih menjadi apa saja, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain juga. Slogan pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang memerdekakan termaksud dalam tiga semboyan dalam bahasa Jawa, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karya, tut wuri handayani. Artinya, di depan memberikan contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. cr: kompas.com Ki Hadjar Dewantara memberikan pemikirannya tentang dasar-dasar Pendidikan. Menurutnya, pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Pendidikan yang ada di Indonesia setelah kemerdekaan mengarah pada perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Sehingga Pendidikan bangsa Indonesia kala itu menghilangkan paham-paham Pendidikan dari belanda. Membuat siswa Indonesia memiliki ciri tersendiri. Pembelajaran dilaksanakan dengan menambahkan berbagai budaya bangsa Indonesia yang dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. cr: kompas.com Dalam Konstitusi 1945, dicantumkan hak pendidikan bagi seluruh rakyat indonesia dan kemudian diwujudkan dengan program wajib belajar 9 Tahun. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang “Merdeka Belajar” dan pendidikan yang inklusif melandaskan perkembangan pendidikan di indonesia. Pendidikan berfokus pada kemandirian siswa, pengembangan karakter dan giat merelevansikan kurikulum. Pendidikan mulai berkembang pesat dan upaya meningkatkan kualitas pendidik juga dilakukan. Abad 21 menjadikan abad globalisasi. Pada saat itu pembelajaran tidak terfokus pada kebudayaan saja, akan tetapi juga berfokus pada sikap berfikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan komunikasi, kreatif dan inovatif, serta kolaborasi atau kerjasama. Namun, walaupun demikian praktik pendidikan saat ini masih ada yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam belajar, yaitu: Guru yang belum dapat memahami setiap peserta didiknya, mulai dari karakter, kesiapan belajar, gaya belajar, dan kemampuan peserta didik. Metode pengajaran sekolah yang tidak interaktif. Hal ini terjadi karena guru belum memahami peserta didik sehingga metode pengajaran yang digunakan hanya menitikberatkan pada pemberian informasi secara pasif, seperti ceramah dan pembelajaran berbasis guru yang menghalangi partisipasi aktif dan pemikiran kritis peserta didik. Guru tidak diberikan kebebasan dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta asesmen untuk mengukur hasil belajar Masih banyak guru yang melakukan penilaian yang hanya fokus pada tes tertulis dan angka-angka mengabaikan aspek-aspek penting lainnya, seperti keterampilan sosial, kreativitas, dan sikap siswa. Peserta didik dalam pembelajarannya selalu dituntut untuk memiliki nilai yang baik dan di atas batas nilai yang ditentukan pada semua mata pelajaran sekolah. Ketidakmerataan fasilitas pendidikan di Indonesia sehingga peserta didik tidak menyeluruh memperoleh pendidikan yang baik. Berdasarkan hal-hal diatas dibutuhkan langkah awal yang digunakan untuk melepaskan belenggu pada pendidikan di indonesia dalam upaya mewujudkan pendidikan yang memerdekakan peserta didik, yaitu: Membekali diri dengan keterampilan terkait pengajaran dan pembelajaran untuk menjadi pendidik yang profesional. Berpedoman pada pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang konsep pendidikan yang memerdekakan dan pendidikan yang inklusif Melaksanakan pendidikan yang berpusat pada peserta didik dan berfokus pada kebutuhannya. Dengan menjadikan Ki Hajar Dewantara sebagai sosok tauladan serta mencontoh sikap dan pemikirannya, maka diharapkan mampu mencetak guru-guru profesional yang selalu memperhatikan kebutuhan peserrta didik dalam pembelajarannya.