Khotimmatul Anwariyah 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan dapat membentuk karakter, keterampilan, dan pengetahuan masyarakat yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan banga. Namun perjalanan pendidikan di Indonesia tidaklah mudah. Sejak Zaman Kolonial hingga kini, pendidikan di indonesia mengalami berbagai tantangan, perubahan, dan perkembangan. Pendidikan Zaman Kolonial (1816-1945) Pada Zaman Kolonial adalah masa dimana Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa ini, sistem pendidikan Indonesia bertujuan untuk mendukung kepentingan mereka sendiri, dengan penekanan pada pendidikan elit pribumi yang hanya mencakup beberapa orang. Hal ini menciptakan kesenjangan pendidikan yang besar antara pribumi dan penduduk asli Belanda, menciptakan hambatan dalam pembangunan nasional. Namun, seiring berjalannya waktu, semangat nasionalisme mulai tumbuh dan pemikiran pendidikan nasional mulai berkembang. Salah satu tokoh yang berperan besar dalam pergerakan ini adalah Ki Hadjar Dewantara, beliau merupakan seorang pendidik yang mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pada kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia. Pendidikan di Taman Siswa in dilaksanakan melalui pendidikan kebangsaan yang menitikberatkan pada nasionalisme kultural yang selaras dengan kebutuhan masyarakat. Pembelajarannya pun dilakukan dengan cara sejarah, etika, pelajaran bahasa, kebudayaan, dan kesenian seperti nyanyian, tarian, musik dan permainan. Pendidikan Zaman Kemerdekaan (1945-Sekarang) Pada Zaman Kemerdekaan merupakan masa bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa ini, pendidikan menjadi salah satu hal yang penting dalam membangun bangsa yang merdeka. Ki Hadjar Dewantara memainkan peran penting dalam perjuangan ini dengan gagasannya tentang “Taman Siswa” yang mengedepankan pendidikan berdasarkan nilai-nilai lokal dan nasional. Hal ini yang menjadi salah satu dasar filosofi pendidikan nasional Indonesia yang menggambarkan semangat keadilan, kesetaraan, dan kebebasan dalam pendidikan. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, seperti kurikulum nasional dan program wajib belajar, mencerminkan komitmen untuk terus-menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, tantangan-tantangan pun bermunculan seperti globalisasi, perkembangan teknologi dan perubahan sosial-budaya. Hal ini tentu saja menuntut adanya pembaharuan dan penyesuaian dalam sistem pendidikan agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten, kreatif dan juga berkarakter. Pada era reformasi, pemerintah memberikan kebebasan kepada daerah untuk mendesain kurikulum sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diperkenalkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menekankan pada pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional (KTSP) diberlakukan sebagai bentuk desentralisasi sistem pendidikan. Kurikulum 2013 diberlakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan penekanan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum Merdeka diterapkan sebagai upaya untuk memberi kesempatan atau kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan bantuan guru yang berperan sebagai fasilitator. Perjalanan pendidikan nasional merupakan perjalanan yang panjang dan penuh dengan tantangan dalam upaya untuk membangun sistem pendidikan yang berkualitas sesuai dengan nilai-nilai nasional. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan menjadi salah satu inspirasi dan landasan dalam perjalanan pendidikan nasional ini. Dari pemikiran beliau, menjadi motivasi tersendiri untuk dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan dan menantang bagi peserta didik. Dimana dalam pelaksanaan pembelajaran ingin memberikan tuntunan, bukan perintah; memberikan ruang ide, bukan batasan; memberikan dorongan, bukan tekanan. Karena dengan memberikan memberikan pembelajaran seperti itu dapat menginspirasi peserta didik untuk mencapai potensi dan cita-cita mereka.