fbpx
Freepik/bunditinay

Belajar dari Kasus Novia Widyasari, Jangan Salahkan Korban Kekerasan Seksual!

Negeri ini harus mendengar kisah pilu nan pahit dari seorang Novia Widyasari, mahasiswi Universitas Brawijaya yang ditemukan meninggal dunia di samping makam ayahnya. Ia dikabarkan bunuh diri dengan menenggak racun potasium sianida yang dicampur minuman kaleng setelah mengalami depresi berat karena menjadi korban pemerkosaan pacar. Selain itu, sang pacar juga memintanya untuk menggugurkan kandungan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan.

Tanggal 2 Desember 2021 seantero dunia maya berduka atas kepergian gadis 23 tahun yang bercita-cita menjadi guru itu. Makam ayahnya di Kecamatan Sooko, Mojokerto menjadi saksi bisu kebiadaban laki-laki bernama Bripda Randy Bagus, pacar Novia. Selama ini Novia memendam sendiri masalah yang menimpa hidupnya bahkan keluarga Randy seolah tak mau peduli dengan kondisi mental Novia. Mereka berdalih Randy sang anak sedang merintis karir polisi agar bisa mengenakan seragam kebanggaan tapi abai menyertakan adab dalam pendidikan. Meski Randy kini mendekam dibalik jeruji dan terancam dipecat dari kepolisian namun kisah Novia tak bisa berhenti begitu saja. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah gadis yang aktif di forum quora itu.

Tiga bulan sebelumnya, Novia harus meratapi kesedihan karena ditinggalkan sang ayah selamanya. Sang Ibu meredam sekuat tenaga agar Novia bisa tegar dengan permasalahan yang harus dihadapi anaknya. Tapi penolakan demi penolakan atas kehamilan Novia justru tidak hanya terjadi pada keluarga Randy tapi juga keluarga besar Novia sendiri. Sang paman malah menyalahkan kondisi Novia yang tengah hamil di luar nikah meski mereka tahu pelakunya adalah Randy. Seragam Polisi yang dikenakan Randy seolah menutup mata sang paman jika aparat pantas mendapatkan hormat. Sedangkan nasib keponakannya dianggap sebagai aib karena hamil tanpa ikatan pernikahan.

Novia yang seharusnya menjadi korban justru mengalami ancaman dan tekanan sosial di lingkaran keluarganya. Keluarga besar yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru menjadi boomerang bagi Novia sendiri karena serangan verbal bertubi-tubi menimpanya. Kesalahan demi kesalahan ditimpakan pada Novia padahal ia adalah korban yang seharusnya mendapat perlindungan dan penguatan jati diri dari orang-orang terdekat.

Satu-satunya tempat pelarian paling nyaman bagi gadis yang jago bahasa inggris itu yaitu forum quora untuk menumpahkan segala keluh kesah. Ia juga bercerita banyak pada sahabat agar menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Penjajakan langkah hukum ke Lembaga Bantuan Hukum Permata di Mojokerto ia tempuh meski masih sebatas konsultasi dan pengumpulan bukti. Namun takdir berkata lain, Novia tak kuasa menahan beban berat yang semakin menghimpit pundaknya. Ia tak kuat menghadapi gunjingan sosial yang belum tahu duduk permasalahan sebenarnya.  Di lingkungan Jawa Timur, anak perempuan yang hamil di luar nikah dianggap sebagai aib yang harus dijauhi. Titik.

Setelah kisah Novia meledak di media sosial, berbagai kalangan kemudian bereaksi. Netizen, Anggota DPR RI, Komnas Perempuan, lingkungan Istana, hingga Kapolri menyuarakan pendapatnya. Kapolri sebagai pimpinan tertinggi Briptu Randy Bagus tidak segan menghukum anak buahnya yang melakukan kesalahan dan melanggar peraturan. Kini ramai-ramai berbalik mendukung Novia dan menimpakan kesalahan pada Randy, sebuah peristiwa yang seharusnya terjadi sedari awal dan tak perlu menunggu Novia bunuh diri.

Lingkungan kita memang terbiasa mengomentari hal yang dianggap buruk tanpa dibekali kebenaran informasi secara utuh. Kasus Novia membuka mata kita semua bahwa korban kekerasan seksual sepatutnya mendapatkan perlindungan bukan perundungan. Novia Widyasari dan korban kasus serupa lainnya yang belum viral di media sosial perlu pendampingan secara fisik dan psikis, bukan serangan membabi buta yang dapat melemahkan iman dan perjuangan agar tetap kuat memperjuangkan hak-haknya. Mereka perlu dukungan keluarga, teman, tetangga, lingkungan, organisasi sosial, dan lembaga hukum untuk bisa survive mengarungi kehidupan yang masih panjang.

Belajar dari kasus Novia, kita seharusnya peka dan peduli pada korban kekerasan seksual. Mereka seharusnya mendapatkan tempat tertinggi untuk mendapat pengayoman dan pendampingan psikologi. Korban kekerasan dalam pacaran lainnya yang mengalami situasi sulit seperti Novia dapat diarahkan untuk menempuh jalur hukum ke @KomnasPerempuan, @carilayanan, @LBHAPIK, atau pengada layanan lain yang mudah diakses. Kita harus yakinkan bahwa mereka tidak sendirian memperjuangkan keadilan, ada lembaga sosial yang bersedia mencarikan jalan keluar. Yang paling utama, pelaku kekerasan apapun harus dihukum sanksi sosial dan hukum negara.

Jangan menyalahkan korban pencabulan, pemerkosaan, atau kekerasan seksual lain di sekitar kita tinggal. Bantu mereka agar terus semangat menjalani hidup karena bunug diri tak menyelesaikan masalah. Pelaku kekerasan justru merasa menang dan menepuk dada jika itu terjadi, jadi jangan sampai korban kalah oleh kondisi. Tetap berdiri untuk berjuang, tetap bertahan agar pelaku tak bisa menepuk dada. Hukum seberat-beratnya pelaku kekerasan sosial sebab tidak mencerminkan adab.

Sepantasnya korban mendapat trauma healing agar tidak depresi dan menyalahkan diri sendiri. Bukan korban yang salah tapi pelaku yang memanfaatkan jabatan dan kedudukan sosial di masyarakat untuk melakukan kekerasan. Mereka merasa wibawa karena menganggap kaum perempuan lemah dan itu tidak bisa dibiarkan terjadi. Lawan kesewenang-wenangan yang bersembunyi dibalik baju aparat dengan tetap kuat menjalani hidup agar dapat menyusun langkah hukumnya. Sekali lagi, jangan salahkan korban kekerasan seksual. Lindungi dan arahkan mereka agar kasus Novia tak kembali terulang.