Gina Nurhabibah Co-Founder AYS Indonesia 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Pendidikan lingkungan telah menjadi fokus utama di banyak sekolah di seluruh dunia. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang isu-isu lingkungan dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga dan melindungi lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang mendesak adalah pengelolaan limbah minyak jelantah. Integrasi pengelolaan minyak jelantah dalam kurikulum sekolah adalah langkah yang penting dalam membangun pendidikan lingkungan yang berkelanjutan. Minyak jelantah adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan memasak yang menggunakan minyak atau lemak. Ketika dibuang secara tidak benar, minyak jelantah dapat mencemari lingkungan, menyebabkan kerusakan pada saluran air, dan membahayakan kehidupan laut. Selain itu, minyak jelantah juga dapat menyebabkan masalah kesehatan jika terkonsumsi atau terpapar dalam jangka panjang. Minyak jelantah merupakan salah satu limbah Non B3 atau disebut minyak limbah yang bisa berasal dari: minyak jagung, minyak sayur, minyak samin, dan sebagainya. Minyak ini merupakan limbah minyak rumah tangga. Minyak Jelantah adalah minyak goreng yang digunakan berulang-ulang (Maksimal 4 kali) pemakaian, penggunaan berulang kali tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas minyak karena mengandung lebih dari 50% asam lemak bebas. Padahal seharusnya, lemak pada makanan tidak boleh melebihi presentase tersebut (Winarsih, 2007). Penggunaan minyak jelantah dalam waktu tertentu berdampak pada kesehatan akibat deposisi sel lemak yang dapat memicu penyakit mematikan, seperti penyakit jantung coroner, stroke, obesitas, kolesterol darah, hipertensi, bahkan dapat memicu terjadinya kanker (Syafiq, 2007). Sesuai data yang diperoleh dari KSM Ramah Lingkungan tahun 2022, Jika dibuang secara tidak benar, minyak jelantah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama pada perairan. Jika jumlah minyak jelantah yang terbuang mencapai 10 Liter/hari dapat mengakibatkan pencemaran air 500 m3/hari serta pencemaran terhadap tanah sebesar 10 m2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Permasalahan minyak jelantah ini dapat diberikan kepada peserta didik, sehingga siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sekolah peduli bumi ini juga menjadi salah satu konsep kunci yang di perkenalkan dalam Kurikulum Merdeka adalah “Selaras P5,” yang mencakup lima pilar utama salah satunya yaitu Peduli. Peduli mengacu pada kesadaran siswa terhadap lingkungan sekitar dan kemampuan mereka untuk berkontribusi pada masyarakat. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, siswa didorong untuk menjadi warga yang peduli terhadap lingkungan, sosial, dan budaya mereka. Ini dapat dicapai melalui pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan isu-isu sosial dan lingkungan dalam kurikulum. Integrasi pengelolaan minyak jelantah dalam kurikulum sekolah dapat dilakukan melalui pendekatan lintas mata pelajaran. Berikut adalah beberapa cara yang dilakukan : Pembelajaran Tematik : Materi tentang pengelolaan minyak jelantah diselipkan dalam pembelajaran tematik tentang lingkungan hidup, kesehatan, atau kegiatan memasak. Siswa dapat mempelajari dampak pencemaran air oleh minyak jelantah dan cara mencegahnya. Proyek Kolaboratif: Sekolah mengadakan proyek kolaboratif di antara siswa dari berbagai kelas atau tingkatan untuk merancang dan menerapkan solusi pengelolaan minyak jelantah di lingkungan sekolah. Kegiatan Ekstrakurikuler : Sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler seperti klub lingkungan atau program sukarelawan yang berfokus pada pengelolaan minyak jelantah. Penanggulangan limbah minyak jelantah ini dapat dilakukan dengan model ekonomi siskular yakni barang yang sudah dikonsumsi dapat diolah kembali (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Repair). Limbah minyak jelantah diproduksi ulang sehingga mengurangi dampak limbah buangan yang berbahaya bagi lingkungan dan dapat digunakan kembali sebagai produk baru yaitu menjadi lilin aromaterapi. Minyak jelantah dan aromaterapi sebagai tambahan lilin yang bertujuan memperoleh lilin yang memiliki daya tahan lama dan memiliki aroma yang dapat berperan sebagai relaksasi. Pembuatan Lilin Aromaterapi Produk olahan dari minyak jelantah dapat dibuat dengan metode dan bahan sederhana. Bahan-bahan yang diperlukan: Minyak jelantah yang sudah disaring dan dibersihkan Lilin lebah atau lilin kedelai Minyak esensial (lavender, peppermint, lemon, dll.) Wadah untuk lilin ( gelas kaca) Langkah-langkah Pembuatan: Persiapan Minyak Jelantah: – Saring minyak jelantah yang telah digunakan dan pastikan tidak ada sisa makanan atau partikel lainnya. – Panaskan minyak jelantah dalam panci di atas api sedang hingga mencapai suhu yang cukup untuk mencairkan lilin (sekitar 70-80°C). Penyediaan Lilin: – Potong lilin lebah atau lilin kedelai menjadi potongan kecil-kecil agar mudah meleleh. – Masukkan potongan lilin ke dalam panci yang berisi minyak jelantah yang sudah dipanaskan. Biarkan lilin meleleh sepenuhnya dan campurkan dengan baik dengan minyak jelantah. Pastikan api dalam keadaan kecil untuk mencegah pembakaran atau kebakaran. Pengharum dan Minyak Esensial: – Tambahkan beberapa tetes minyak esensial ke dalam campuran lilin. Penuangan dan Pendinginan: – Tuangkan campuran lilin panas ke dalam wadah dengan hati-hati. – Biarkan lilin mengeras dan mendingin pada suhu ruangan. Proses pendinginan ini akan memakan waktu beberapa jam, tergantung pada ukuran dan ketebalan lilin. 5.Pemotongan dan Penggunaan: – Setelah lilin benar-benar mengeras, potong sumbu lilin menjadi panjang yang diinginkan, biasanya sekitar setengah inci di atas permukaan lilin. – Lilin aromaterapi siap digunakan. Kesimpulan: Integrasi pengelolaan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi dalam kurikulum sekolah adalah langkah penting dalam membangun pendidikan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui pendekatan lintas mata pelajaran, proyek kolaboratif, dan kegiatan ekstrakurikuler, siswa dapat belajar secara aktif tentang pentingnya mengelola limbah secara bertanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, mereka akan menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada upaya melindungi dan melestarikan lingkungan bagi generasi mendatang. Atas tujuan tersebut dapat selaras dengan tujuan SDGs ke 4 yaitu pendidikan berkualitas dan tujuan 13 penanganan perubahan iklim. Sekolah peduli bumi mengambil tindakan konkret untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Tujuan ini mencakup aspek peningkatan kapasitas dan keberdayaan masyarakat. Referensi : Adhani A, Fatmawati F. Pelatihan Pembuatan Lilin Aromaterapi Dan Lilin Hias Untuk Meminimalisir Minyak Jelantah Bagi Masyarakat Kelurahan Pantai Amal. Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo. 2019:3(2):31-40