fbpx
Ilustrasi ISPA

Praktik Profesi Keperawatan Dasar: Kebutuhan Oksigenasi Pada An. T dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas di Ruangan Anyelir RSUD Waaled Kabupaten Cirebon

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA An.T DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS DI RUANGAN ANYELIR RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu dalam Praktik Profesi Ners dalam Stase Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu : Bapak Rian Maulana Yusuf,S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh: M.Fahad Al Farez., S.Kep


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Maslow dalam Siti Mauzaroh (2019) Mengemukakan Bahwasanya kebutuhan dasar manusia memahami manusia secara menyelurh diantaranya Pertama, manusia adalah individu yang terintegrasi penuh. Kedua, karakteristik dorongan atau kebutuhan yang muncul tidak bisa dilokasikan pada satu jenis kebutuhan tertentu. Ketiga, kajian tentang motivasi harus menjadi bagian dari studi tentang puncak tujuan manusia. Keempat, teori motivasi tidak dapat mengabaikan tentang kehidupan bawah sadar. Kelima, keinginan yang mutlak dan fundamental manusia adalah tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya. Keenam, keinginan yang muncul dan disadari, seringkali merupakan pencetus dari tujuan lain yang tersembunyi. Ketujuh, teori motivasi harus mengasumsikan bahwa motivasi adalah konstan dan tidak pernah berakhir, dan masih ada beberapa konsep dasar lainnya.
Teori motivasi Maslow ini mempunyai fungsi untuk memberikan argument yang kuat dalam penggunaan struktur kebutuhan sebagai penggerak motivasi manusia secara menyeluruh. Hal ini yang menjadi ciri Khas yang dikemukakan Maslow sebelum ada filasafat manusia sebelumnya. Tentang kebutuhan manusia, Struktur teori Maslow yang menyeluruh dibangun atas landasan hierarki kebutuhan yang lain. Adapun maslow membagi hierki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan diantaranya, Kebutuhan Fisik (physiological needs), Kebutuhan akan rasa aman ( Safety needs), Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love Needs), Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs), Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization). (Siti Mauzaroh, 2019).
Berdasarkan Pengkajian pada tanggal 22 Oktober 2024 Kepada An. T mengatakan dengan keluhan demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit disertai  Sesak, nyeri tenggorokan, batuk, pilek, mual, muntah, pasien tampak lemas. Dengan demikian gejala tersebut termasuk kedalam Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Menurut Zul Akbar (2023) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Salah satu penyakit pernapasan yang umum terjadi di Indonesia adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Istilah medis ini digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis infeksi yang mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, termasuk hidung, tenggorokan, sinus, bronkus, dan paru-paru. Infeksi saluran pernapasan akut bisa disebabkan oleh berbagai agen penyebab, seperti virus, bakteri, atau bahkan jamur. Dampak buruk dari penurunan kualitas udara ini sangat jelas. Terutama yang tinggal di perkotaan, berisiko lebih tinggi terkena ISPA karena paparan polusi udara. Partikel-partikel berbahaya seperti debu halus, asap kendaraan bermotor, dan polusi industri dapat merusak saluran pernapasan dan memicu infeksi. (Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2023).
Dengan demikian Kebutuhan Dasar Manusia pada An.T ialah Kebutuhan Oksigenasi yang dimana termasuk kedalam kebutuhan Fisik karena bersifat biologis salah satunya oksigen.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, Rumusan Masalah adalah Bagaimana Kebutuhan Oksigenasi Pada An.T Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas Di Ruangan Anyelir Rsud Waled Kabupaten Cirebon?

1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Laporan Pendahuluan ini adalah untuk mendeskripsikan Kebutuhan Oksigenasi Pada An.T Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas Di Ruangan Anyelir RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

1.3.2. Tujuan Khusus

  1. Adapun Tujuan Khusus sebagai Berikut
    Memahami mengenai Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
  2. Memahami mengenai Etiologi dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  3. Memahami mengenai Patofisiologis dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  4. Memahami mengenai Pathway dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  5. Memahami mengenai Tanda dan Gejala dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  6. Memahami mengenai Pemeriksaan Diagnostik dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  7. Memahami mengenai Komplikasi dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  8. Memahami mengenai Penatalaksanaan dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas
  9. Memahami mengenai Pencegahan dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas

1.4. MANFAAT

1.4.1. Mahasiswa

Untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan Kebutuhan Dasar Manusia serta Kebutuhan Oksigenasi Pada An.T Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas Di Ruangan Anyelir RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

1.4.2. Perawat

Untuk diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi perawat dalam meningkatkan “ Asuhan Keperawatan Tentang Kebutuhan Oksigenasi Pada An.T Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Atas Di Ruangan Anyelir RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

1.4.3. Instansi Pendidikan

Bagi instansi pendidikan hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan bahan masukan dalam kegiatan proses belajar, dan perlu menambah referensi tentang Inspeksi Pernapasan Atas


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP DASAR GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

2.1.1. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem baik secara kimia maupun fisika dimana oksigen sendiri merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme untuk mempertahankan hidup dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel (Lasar, 2019).
Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. (Kusnanto, 2016)
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen. (Kusnanto, 2016)
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, apabila tubuh mengalami kekurangan oksigen dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak dan menyebabkan kematian (Amelia, 2017). Prosedur dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan melakukan pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanula dan masker, fisioterapi dada, dan melakukan pengisapan lendir (suction), tujuannya agar dapat mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan, untuk menurunkan kerja paru-paru, dan menurunkan kerja jantung (Kusnanto, 2016)

2.1.2. ETIOLOGI ISPA

Etiologi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah virus dan bakteri. Berdasarkan berbagai studi, ISPA paling banyak disebabkan oleh virus dan jenis virus yang paling sering menjadi patogen adalah rhinovirus (34%), coronavirus (14%), dan virus influenza (9%). (Zab Mosenifar, 2024) S. pneumoniae, H. influenzae, M. catarrhalis, dan S. aureus adalah bakteri yang sering menyebabkan ISPA (Astrid ATM Bosch, 2013).
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu :

  1. Usia : Terdapat studi yang menyatakan bahwa anak usia 0-4 tahun lebih berisiko mengalami ISPA.
  2. Penyakit kronis : Studi melaporkan adanya asma sebagai faktor risiko independen yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ISPA.
  3. Merokok dan asap rokok : Perokok aktif maupun pasif memiliki risiko mengalami ISPA lebih sering. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan resistensi mukosa saluran napas perokok sehingga patogen lebih mudah menyerang.
  4. Paparan bahan kimia pada saat bekerja : Risiko ISPA juga akan meningkat pada orang yang terpapar polutan, seperti pekerja pabrik tekstil atau pekerja konstruksi.
  5. Pasien immunocompromise : Pasien dengan penurunan sistem imun seperti pasien HIV, pasca splenektomi, dan pengguna kortikosteroid lebih rentan terhadap ISPA karena dapat terjadi diskinesia silia. (WHO, 2008)

2.1.3. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah invasi patogen sehingga terjadi reaksi inflamasi akibat respon imun. Penyakit yang termasuk ISPA adalah rhinitis (common cold), sinusitis, faringitis, tonsilofaringitis, epiglotitis, dan laringitis. ISPA melibatkan invasi langsung mikroba ke dalam mukosa saluran pernapasan. Inokulasi virus dan bakteri dapat ditularkan melalui udara, terutama jika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Setelah terjadi inokulasi, virus dan bakteri akan melewati beberapa pertahanan saluran napas, seperti barrier fisik, mekanis, sistem imun humoral, dan seluler. Barrier yang terdapat pada saluran napas atas adalah rambut-rambut halus pada lubang hidung yang akan memfiltrasi patogen, lapisan mukosa, struktur anatomis persimpangan hidung posterior ke laring, dan sel-sel silia. Selain itu, terdapat pula tonsil dan adenoid yang mengandung sel-sel imun (Simoes EAF, 2006).

2.1.4. PATHWAY

2.1.5. TANDA DAN GEJALA /MANIFESTASI KLINIK

1) Pilek biasa 
2) Keluar sekret cair dan jernih dari hidung 
3) Kadang bersin-bersin 
4) Sakit tenggorokan 
5) Batuk 
6) Sakit kepala 
7) Sekret menjadi kental 
8) Demam > 37°c
9) Mual muntah 
10) Tidak nafsu makan
2.1.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada pun pemeriksaan penunjang pada pasien dengan ganguan oksigenasi yaitu: 
1) Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
2) Pemeriksaan gas darah arteri Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar 
3) Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler 
4) Pemeriksaan sinar x dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses abnormal 
5) Endoskopi Untuk melihat lokasi kemerahan dan adanya lesi 
6) CT – Scan Untuk mengidentifikasi adanya masa abnormal
(Sciences, 2017)
2.1.7. KOMPLIKASI
1. Hipoksia 

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, ditandai dengan warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan dapat menurunkan konsentrasi oksigen (Amelia, 2017).
Perubahan Pola Pernapasan
a. Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensi lebih dari 20 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektasisatau terjadinya emboli.
b. Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 x/menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif.
c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensiasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain – lain.
d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapsan, depresi pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru dan toraks, serta penurunan compliace paru dan toraks.
f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
g. Orthopnea merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesif paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
j. Biot merupakan pernapasan dengan irama mirip dengan Cheyne stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Obstruksi jalan napas merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti Cerebro Vascular Accident (CVA), efek pengobatan sedatif dan lain-lain. Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan nafas yang bersih. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. (Lasar, 2019).
3. Gangguan Pertukaran Gas
Gangguan pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan karbondioksida, dan terganggunya aliran darah (Lasar, 2019).
2.1.8.PENATALAKSANAAN OKSIGENASI
 
1. Inhalasi Oksigen

Inhalsi Oksigen terbagi menjadi dua diantaranya Aliran Rendah dan Sistem Aliran tinggi.
A. Sistem Aliran Rendah
Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
1) Nasal kanula/binasal kanula.
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20%-40%.
2) Sungkup Muka Sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang seling atau dengan aliran 5-10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60 %.
3) Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8-10 liter/menit, dengan konsentrasi 60-80%. (Eki, 2017).

 

4) Sungkup Muka dengan Kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80- 100% (Eki, 2017).
2. Sistem Aliran Tinggi (High Flow Oxygen Sistem) 
A. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernapasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontraindikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang. Jenis-jenis fisioterapi dada yaitu: 
a. Postural Drainase 
Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan secret dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka postural drainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan postural drainase yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sekret yang banyak postural drainase lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.
b. Clapping (Perkusi)
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuannya untuk melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus.
c. Vibrating (Vibrasi)
Vibrating secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/ melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar (Kusnanto, 2016).
B. Suctioning (Penghisap Lendir)
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Eki, 2017).
2.1.9.PENCEGAHAN

1. Kenakan Masker Ketika Anda Keluar Rumah
Menjadikan penggunaan masker sebagai kebiasaan saat berada di luar rumah adalah salah satu langkah penting dalam melindungi diri dari paparan polutan udara berbahaya. Masker yang sesuai dapat membantu menyaring partikel-partikel berbahaya dan mengurangi risiko terhirupnya udara yang terkontaminasi.
2. Pertahankan Olahraga di Dalam Ruangan
Meskipun olahraga adalah bagian penting dari gaya hidup sehat, berolahraga di luar rumah saat tingkat polusi udara tinggi dapat membahayakan kesehatan Anda. Ingatlah untuk berolahraga di dalam ruangan, seperti di pusat kebugaran atau dengan mengikuti rutinitas olahraga di rumah.
3. Pastikan Tubuh Terhidrasi dengan Minum 2 Liter Air Setiap Hari
Udara tidak hanya diperlukan untuk menjaga hidrasi tubuh, tetapi juga membantu menjaga kelembaban saluran pernapasan Anda. Meminum setidaknya 2 liter udara setiap hari dapat membantu melindungi lapisan lendir di dalam saluran pernapasan, menjaga agar tetap berfungsi dengan baik.

4. Hindari Kontak Langsung dengan Orang yang Menunjukkan Gejala ISPA
Salah satu cara paling umum penyebaran ISPA adalah melalui kontak langsung dengan orang yang telah terinfeksi. Jika Anda melihat seseorang yang menunjukkan gejala ISPA, seperti batuk atau pilek, berusaha menjaga jarak aman dan menghindari kontak fisik langsung.
5. Mandi Setelah Anda Berpergian
Setelah berada di luar ruangan, partikel polutan udara dapat menempel pada kulit dan pakaian Anda. Mandi setelah bepergian dapat membantu menghilangkan partikel-partikel ini dan mengurangi risiko paparan berkepanjangan terhadap zat-zat berbahaya.
6. Manfaatkan Pembersih Udara (Pembersih Udara)
Investasikan dalam pembersih udara (air purifier) untuk rumah Anda. Pembersih udara efektif dapat membantu menyaring udara di dalam ruangan dari partikel-partikel berbahaya, menjaga kualitas udara di lingkungan tempat tinggal Anda.
7. Perhatikan Pola Makan dengan Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Asupan makanan yang seimbang dan kaya nutrisi dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh Anda. Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang kaya akan vitamin dan antioksidan dapat membantu melindungi tubuh dari dampak buruk polusi udara.
8. Cuci Tangan Sebelum Makan
Kebersihan adalah kunci dalam mencegah penyebaran berbagai penyakit, termasuk ISPA. Pastikan Anda mencuci tangan secara menyeluruh sebelum makan guna menghindari transfer kuman dan virus dari tangan ke mulut Anda. (Unit Pelayanan Kesehatan Kemenkes, 2024).

 

2.2. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulakan informasi dari klien, membuat data dasar klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk mendapatkan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan. Pengkajian didapat dari dua data yaitu data objektif dan data subjektif. Perawat perlu memahami cara memperoleh data. Data dari hasil pengkajian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016).
Menurut Amalia Nurin, dkk (2014) pengkajian keperawatan terdiri dari :
a. Identitas klien Meliputi nama, usia, jenis kelamin, berat badan, agama, alamat dan nama orang tua.
b. Umur Infeksi saluran pernapasan sering terjadi pada anak usia dibawah 3 tahun, terutama pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.
c. Jenis kelamin Angka kejadian ISPA pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.
d. Alamat Diketahui bahwa penyebab ISPA dan penyakit gangguan pernapasan adalah rendahnya kualitas udara didalam ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah.

e. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang Klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, bauk, pilek, dan sakit tenggorokan.
2) Riwayat penyakit dahulu Klien biasanya sudah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
3) Riwayat penyakit keluarga Anggota keluarga ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang dialami klien.
f. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan:
1) Inspeksi
a) Membran mukosa sampai faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Batuk tidak produktif
d) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan, pernapasan cuping hidung
2) Palpasi
a) Demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher dan nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
c) idak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
3) Perkusi
Suara paru normal (sonor)
4) Auskultasi
Suara napas vesikular
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupan potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas ditandai dengan batuk tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai dengan dispnea
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) ditandai dengan mengeluh nyeri
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah
f. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
g. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapakan (PPNI, 2019)
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas ditandai dengan batuk tidak efektif SLKI : Bersihan Jalan Napas (L.01001) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil : – Batuk efektif Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan Ekspektasi :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
– Produksi sputum Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Gelisah Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan Ekspektasi :

1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun – Pola napas Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…)
Dengan Ekspektasi :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik SIKI : Manajemen Jalan Napas (I.01011) Obeservasi 1.1 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas) 1.2 Monitor bunyi napas tambahan (missal nya : gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering) 1.3 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik 1.4 Posisikan semi fowler atau fowler 1.5 Berikan minum hangat 1.6 Lakukan fisioterapi dada, jika itu diperlukan Edukasi 1.7 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi 1.8 Ajarkan teknik batuk efektif
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai dengan dispnea SLKI : Pola Napas (L.01004) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil : – Dispnea Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Penggunaan otot bantu napas Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Pemanjangan fase ekspirasi Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…)

Dengan Ekspektasi : 1. Meningkat 2. Cukup meningkat 3. Sedang 4. Cukup menurun 5. Menurun – Frekuensi napas Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Kedalaman napas Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan Ekspektasi : 1. Memburuk 2. Cukup memburuk 3. Sedang 4. Cukup membaik 5. Membaik SIKI : Pemantauan respirasi ( I.01014) Observasi 2.1 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas 2.2 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik) 2.3 Monitor kemampuan batuk efektif 2.4 Monitor adanya produksi sputum 2.5 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 2.6 Auskultasi bunyi napas 2.7 Monitor saturasi oksigen Terapeutik 2.8 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 2.9 Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi 2.10 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2.11 Informasiakan hasil pemantauan, jika perlu
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) ditandai dengan mengeluh nyeri SLKI : Tingkat nyeri (L.08066) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …. jam diharapkan tingkat nyeri menurun membaik dengan kriteria hasil : – Keluhan nyeri Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Meringis Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Sikap protektif Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Kesulitan tidur Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan Ekspektasi : 1. Meningkat 2. Cukup meningkat 3. Sedang 4. Cukup menurun 5. Menurun SIKI : Manajemen nyeri (I.08238) Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 3.2 Identifikasi skala nyeri 3.3 Identifikasi respon nyeri non verbal 3.4 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 3.5 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Terapeutik 3.6Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (terapi bermain)
Edukasi 3.7 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 3.8 Jelaskan strategi meredakan nyeri 3.9 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 3.10 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal SLKI : Termoregulasi (L.14134) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil : – Menggigil Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Kulit merah Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan Ekspektasi : 1. Meningkat
2. Cukup meningkat 3. Sedang 4. Cukup menurun 5. Menurun – Suhu tubuh Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Suhu kulit Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan Ekspektasi : 1. Memburuk 2. Cukup memburuk 3. Sedang 4. Cukup membaik 5. Membaik SIKI : Manajemen Hipertermia (I.15506) Observasi 4.1 Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi) 4.2 Monitor suhu tubuh 4.3 Monitor haluaran urine 4.4 Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik 4.5 Sediakan lingungan yang dingin 4.6 Berikan cairan oral 4.7 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih) 4.8 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi 4.9 Anjurkan tirah baring
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah SLKI : Toleransi Aktifitas (L.05047) Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama … jam diharapkan toleransi aktifitas meningkat dengan kriteria hasil : – Frekuensi nadi Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Saturasi oksigen Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan ekspektasi 1. Menurun 2. Cukup menurun 3. Sedang 4. Cukup meningkat 5. Meningkat – Keluhan lelah Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ditingkatkan pada (…)
Dispnea saat aktivitas Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Dispnea setelah aktivitas Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan ekspektasi : 1. Meningkat 2. Cukup meningkat 3. Sedang 4. Cukup menurun 5. Menurun SIKI : Manajemen energi (I.05178) Observasi 1.8 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2.8 Monitor pola dan jam tidur 3.8 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas Terapeutik 4.8 Lakukan latihan rentan gerak pasif dan aktif 5.8 Fasilitasi duduk ditempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi 6.8 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
6 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadap SLKI : Tingkat ansietas (L.09093) Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama … jam diharapkan tingkat ansietas menurun Dengan kriteria hasil : – Verbalisasi kebingungan Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) – Perilaku tegang Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan ekspektasi : 1. Meningkat 2. Cukup meningkat 3. Sedang 4. Cukup menurun 5. Menurun SIKI : Reduksi Ansietas (I.09314) Observasi 6.1 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan Terapeutik 6.2 Dengarkan penuh perhatian 6.3 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Edukasi 6.4 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
7 Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder SLKI: Tingkat infeksi (L.14137)
Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama … jam diharapkan tingkat infeksi menurun Dengan kriteria hasil : – Kebersihan tangan Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan ekspektasi : 1. Menurun 2. Cukup menurun 3. Sedang 4. Cukup meningkat 5. Meningkat – Sputum berwarna hijau Indikator 1,2,3,4,5 dipertahankan/ ditingkatkan pada (…) Dengan ekspektasi : 1. Meningkat 2. Cukup meningkat 3. Sedang 4. Cukup menurun 5. Menurun SIKI : pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi 7.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik 7.2 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien Edukasi 7.3 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar 7.4 Ajarkan etika batuk

3. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi. Status kesehatan yang baik menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tidakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien dan keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Leniwita, 2019).
Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah sebagi berikut :
a. Berdasarkan respons pasien
b. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan profesional, hukum dan kode etik keperawatan
c. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia
d. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan
e. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan
f. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care)
g. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.
h. Menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi pasien
i. Memberikan pendididikan, dukungan dan bantuan
j. Bersifat holistic
k. Kerjasama dengan profesi lain
l. Melakukan dokumentasi
3. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilain adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana & Ghofur, 2016).
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Leniwita, 2019).
Metode yang digunakan dalam evaluasi antara lain :
a. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga
b. Wawancara keluarga yang brkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat
c. Memriksa laporan, dapat dilihatn dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
d. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem baik secara kimia maupun fisika dimana oksigen sendiri merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme untuk mempertahankan hidup dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel (Lasar, 2019).
3.2. Saran

A. Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam memahami secara mendalam tentang penerapan konsep kebutuhan dasar manusia, khususnya kebutuhan oksigenasi, pada pasien dengan infeksi saluran pernapasan atas. Melalui penelitian ini, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan pemeliharaan yang komprehensif.Perawat
B. Perawat
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien infeksi saluran pernapasan atas. Temuan-temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam menyusun rencana penampungan yang lebih efektif dan efisien.
C. Instansi Pendidikan
dapat dijadikan bahan ajar atau referensi dalam pengembangan kurikulum pendidikan pendidikan, khususnya mata kuliah yang berkaitan dengan fisiologi pernapasan, patofisiologi penyakit pernapasan, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pernapasan.


DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien TB Paru di Ruang VI Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang. Diambil kembali dari Karya Tulis Ilmiah.
Astrid ATM Bosch, G. b. (2013). Viral and Bacterial Interactions in the Upper Respiratory Tract. Diambil kembali dari Plos Pathogen.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. (2023, September 22). Mengenali Gejala ISPA dan Tindakan yang Perlu Dilakukan. Diambil kembali dari Ayosehat.kemekes.go.id: https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenali-gejala-ispa-dan-tindakan-yang-perlu-dilakukan
Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Ganggguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Padang: Poltekes Padang.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Lasar, A. M. (2019). Karya Tulis Ilmiah Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Ny.C.L yang Menderita Tumor Paru di Ruangan Teratai RSUD PROF.DR.W.Z. Johannes Kupang. Kupang. Diambil kembali dari Karya Tulis Ilmiah: http://repository.poltekeskupang.ac.id/1065/1/Angela%20Marici.pdf
Sciences. (2017). Buku Ajar Proses Keperawatan (Vol. 4). Ponorogo: CV Global Aksara Press.
Simoes EAF, C. T. (2006). Acute respiratory infection in children. Disease Conterol Priorities in Developing Countries.
Siti Mauzaroh, S. (2019). Kebutuhan Manusia Dalam Pemikiran Abraham Maslow (Vol. 7). Yogyakarta: Al-Mazahib.
Unit Pelayanan Kesehatan Kemenkes. (2024). 8 Langkah bijak terhindar dari bahaya ISPA Akibat Polusi Udara. Diambil kembali dari Upk.kemekes: https://upk.kemkes.go.id/new/8-langkah-bijak-terhindar-dari-bahaya-ispa-akibat-polusi-udara
WHO. (2008). Infeksi Saluran Pernapasan Atas . Diambil kembali dari WHO: https://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8BahasaI.pdf
Zab Mosenifar, M. F. (2024). Upper Respiratory Tract Infection. Retrieved from emedicine.medscape.com: https://emedicine.medscape.com/article/302460-overview?form=fpf
Zul Akbar, R. R. (2023). Perilaku Pencegahan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Pelalawan. Jurnal Kesehatan Komunitas, 12-20.