fbpx
Dokumentasi Penulis

PEMBELAJARAN STEM-SUSTAINABLE AGRICULTURE: UPAYA DALAM MENCEGAH FOOD LOSS AND WASTE (FLW) OLEH PESERTA DIDIK SMA DI JAWA BARAT

PEMBELAJARAN STEM-SUSTAINABLE AGRICULTURE: UPAYA DALAM MENCEGAH FOOD LOSS AND WASTE (FLW) OLEH PESERTA DIDIK SMA DI JAWA BARAT

Apakah peserta didik sebagai peran pendidikan dapat membantu ketahanan pangan di Indonesia? Bagaimanakah upaya menstimulus kesadaran dan aksi berkelanjutan peserta didik dalam menangani permasalahan perubahan iklim sekarang? Bagaimana peran pendidikan dalam hal permasalahan global untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan?

Kebutuhan pangan merupakan kepentingan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Ketersediaan pangan yang cukup dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih baik. Ketahanan pangan yang baik meliputi ketersediaan pangan dengan jumlah yang cukup, mudah dijangkau oleh masyarakat serta konsumsi pangan yang memadai. Akan tetapi, permasalahan dalam ketersediaan pangan yaitu salah satunya mengenai tingginya jumlah food loss and waste (FLW) atau susut dan limbah pangan. Susut dan limbah pangan (FLW) ini dapat terjadi di sepanjang rantai pangan. Menanggulangi permasalahan FLW merupakan bagian dari sustainable development goals (SDGs) ke 12 dan ke 13.

Permasalahan FLW berkaitan dengan peningkatan emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab perubahan iklim. Limbah makanan dalam jumlah besar ini dapat menyebabkan pemanasan global karena makanan menghasilkan gas metana saat terurai di TPA. Perubahan iklim ini juga berdampak pada produksi pertanian yang menyebabkan permasalahan ketahanan pangan di masa depan. Sehingga, permasalahan FLW ini sangat berdampak pada perubahan lingkungan. Hal ini dikarenakan mengurangi limbah makanan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi tekanan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dengan adanya penanggulangan permasalahan FLW ini dapat mendukung ketahanan pangan khususnya di Jawa Barat.

Berdasarkan observasi di lapangan yang telah dilakukan di area perkebunan daerah Lembang dan Jayagiri Provinsi Jawa Barat permasalahan food loss ini dapat terjadi apabila jumlah buah atau sayur di pasar melimpah. Sehingga, mengakibatkan harga di area perkebunan menjadi menurun yang disebabkan tidak adanya koordinasi antara petani untuk menanam jenis buah atau sayur agar panen yang terjadi itu bisa adil dan merata. Petani menyebutkan bahwa permasalahan panjangnya rantai pangan ini khususnya di tahap pemasaran contohnya seperti harga jual yang tidak adil serta rendahnya kesadaran akan pangan yang sehat bagi konsumen juga menjadi masalah di area perkebunan bagi petani.

Salah satu pernyebab permasalahan food waste yakni dari limbah makanan rumah tangga yang terjadi karena kurangnya kesadaran setiap anggota keluarga. Selain itu, penyebab permasalahan FLW dikarenakan masih banyak yang belum mengetahui batas tanggal kadaluarsa produk makanan, cara penyimpanan makanan yang kurang baik dan masih sering terjadi makanan berlebih di setiap rumah. Hal ini yang menyebabkan permasalahan FLW merupakan salah satu permasalahan bidang pangan di Indonesia. Tingkat produksi yang rendah berasal dari ketidakmampuan masyarakat untuk menyediakan pangan, sehingga menyebabkan tingginya tingkat permasalahan FLW.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan pembelajaran STEM-sustainable agriculture. Pembelajaran STEM-sustainable agriculture ini dimaknai bahwa dengan adanya pembelajaran yang menerapkan kegiatan dan proyek untuk membantu pencegahan dan penanggulangan masalah FLW. Pembelajaran STEM-sustainable agriculture ini dapat membantu mencegah dan menanggulangi permasalahan FLW (mubadzir pangan). Hal ini dikarenanakan konsep sustainable agriculture dapat mempertahankan produksi pangan untuk menghubungkan masalah ketahanan pangan. Konsep sustainable agriculture ini berhubungan dengan keberlanjutan usaha ekonomi, kehidupan sosial manusia dan lingkungan. Konsep sustainable agriculture ini kemudian dilakukan dengan pembelajaran STEM yang berdasar pada suatu permasalahan yang berlanjut pada memikirkan solusi, mendesain teknologi yang dikembangkan, membuat dan menguji coba teknologi, dan memperbaiki ulang desain teknologi.

Meskipun demikian, penelitian menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran dan aksi yang rendah mengenai permasalahan FLW. Hal ini terjadi karena permasalahan FLW masih dianggap permasalahan yang sepele dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara untuk mengintegrasikan SDGs dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yakni melalui pendidikan. Hal ini dikarenakan, pendidikan penting untuk menstimulus kesadaran dan aksi terhadap permasalahan lingkungan di kehidupan sehari-hari. Pentingnya peran pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan agar dapat mengembangkan kemampuan, motivasi, dan keinginan peserta didik untuk dapat ikut berperan aktif dalam menemukan solusi. Kemudian, peran apa saja yang dilakukan oleh peserta didik dalam menangai permasalahan FLW ini? Berikut merupakan paradigma yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan FLW:

Sumber: Penulis

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan peserta didik untuk mengurangi permasalahan food loss and food waste ini adalah sebagai berikut:
  1. Peserta didik melakukan observasi ke tempat-tempat seperti perkebunan sayur atau buah-buahan, kebun komunal dan food bank. Hal ini dilakukan untuk memunculkan keasadaran dan rasa ingin tahu mereka mengenai kejadian yang terjadi.
  2. Peserta didik membuat teknologi sederhana untuk permasalahan food loss and waste. Teknologi sederhana yang dibuat yaitu biopori, biogas, ecoenzyme, bio-baterai, komposter sederhana, pupuk organik cair, teknologi biokonversi Maggot, dan teknologi pencacah.
  3. Peserta didik melakukan meal plan atau rencana konsumsi peserta didik dan keluarganya setiap hari dan selalu membuat daftar belanja agar tidak terjadi konsumsi yang berlebihan.
  4. Peserta didik menghabiskan setiap konsumsi yang mereka makan setiap hari. Peserta didik bertanggung jawab terhadap makanan mereka sendiri.
  5. Peserta didik membekukan makanan dan mengolah kembali left over atau sisa makanan mereka (pengawetan makanan).
  6. Peserta didik mengikuti kegiatan di Food Bank Bandung. Kegiatan di Food Bank Bandung menstimulus kesadaran dan aksi mereka untuk tidak melakukan mubadzir pangan.
  7. Peserta didik mengetahui jumlah makanan berlebih yang ada di rumah peserta didik membuat peserta didik dapat memiliki kemampuan mendistribusikan makanan kepada orang yang lebih membutuhkan.
  8. Peserta didik membagikan makanan berlebih kepada hewan-hewan di sekitar (animal feed).
  9. Peserta didik membuat kebun organik skala kecil di rumah peserta didik, melakukan regrow atau menumbuhkan kembali sisa sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini dilakukan peserta didik dan keluarganya agar dapat mewujudkan kemandirian pangan yang minimal dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka atau kelompok di sekitarnya.
  10. Peserta didik melakukan aksi kegiatan di sekolah dengan melakukan kegiatan community garden.
  11. Peserta didik mampu untuk mencari tahu komunitas yang mendukung petani lokal. Komunitas yang mendukung petani lokal tersebut yaitu Seni Tani. Peserta didik belajar menerapkan program community supported agriculture (CSA) untuk mendukung petani di sekitar mereka. Program CSA ini merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya FLW. Program CSA merupakan sebuah cara untuk menghubungkan secara langsung petani lokal dan konsumen. Sehingga, program CSA ini membuat konsumen mendapatkan sumber makanan yang dekat dan terpercaya.
  12. Peserta didik memiliki kompetensi untuk dapat melakukan pencegahan dan penanggulangan agar tidak terjadi kehilangan pangan di area perkebunan sayur. Peserta didik membantu petani perkebunan jagung agar tidak kehilangan pangan.
  13. Peserta didik memiliki kompetensi untuk menyampaikan kepada keluarganya untuk dapat bertanggung jawab atas bahan makanan yang ada di rumah.
  14. Peserta didik telah mampu mengolah limbah organik menjadi kompos/ecoenzyme.

    Mengelola lingkungan merupakan kewajiban dari diri masing-masing terlebih dahulu. Maka dari itu, keterlibatan peran di pendidikan begitu penting untuk tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Aksi nyata yang dilakukan untuk mencegah dan penanggulangan terjadinya food loss and waste ini diharapkan peserta didik dan lingkungan akan selalu menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan serta keterampilan mereka mengenai food loss and waste. Sehingga, peserta didik dan lingkungannya akan selalu menerapkan kegiatan-kegiatan tersebut untuk sistem berkelanjutan pangan dan menjadi perilaku atau aksi berkelanjutan dan menjadi gaya hidup berkelanjutan. Ayo cegah pangan terbuang sia-sia!

    Penulis:

    Zevira Fransisca Aurora, M.Pd.