fbpx

“Organic Tower and Home Garden; Dukung Ketahanan Pangan dan Konsumsi Berkelanjutan Mulai dari Rumah”

“Organic Tower and Home Garden” merupakan salah satu solusi yang tepat untuk diterapkan
pada level rumah tangga

Oleh: Lisa Rizka Amelia

Makanan adalah hal paling esensial untuk menentukan keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi, tidak hanya manusia, namun juga hewan dan tumbuhan. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, makanan yang dikonsumsi oleh manusia mengalami evolusi yang cukup signifikan mulai dari makanan sederhana pada zaman pemburu-pengumpul, munculnya pertanian pada periode Neolitikum hingga pertanian era modern saat ini. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan penduduk akan pangan juga semakin meningkat, karena besarnya jumlah penduduk terkait langsung dengan penyediaan pangan. Hal ini juga membuat meningkatnya timbulan sampah makanan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton. Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Kemudian sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55%.

Peningkatan produksi pangan yang diiringi oleh manajemen persampahan yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun untuk mencapai hal tersebut, diperlukan aksi konkret dan kerjasama dari seluruh aspek atau disebut dengan konsep pentahelix. Konsep ini menegaskan bahwa unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media bersatu serta saling berkoordinasi untuk menciptakan sinergi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 2 dalam Sidang Umum PBB tahun 2015 disepakati untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan, juga sejalan dengan SDGs nomor 12 yaitu untuk mewujudkan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

Permasalahan limbah makanan identik dengan istilah food loss dan food waste. Food loss merupakan makanan yang mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh berbagai faktor selama prosesnya dalam rantai pasokan makanan sebelum menjadi produk akhir sedangkan food waste yaitu makanan yang telah melewati rantai pasokan makanan hingga menjadi produk akhir, berkualitas baik, dan layak konsumsi, tetapi tetap tidak dikonsumsi dan dibuang, seperti makanan yang tersisa di piring dan makanan yang sudah kadaluarsa. Permasalahan yang lebih dekat kaitannya dengan masyarakat dimana hampir seluruh rumah tangga mengalaminya yaitu adalah terkait food waste, dimana banyak sisa sampah makanan rumah tangga yang berakhir di tempat sampah tanpa melewati proses pengolahan atau pensterilan yang menimbulkan aroma tidak sedap serta sarang penyakit jika dibiarkan membusuk begitu saja.

“Organic Tower and Home Garden” merupakan salah satu solusi yang tepat untuk diterapkan pada level rumah tangga. Solusi ini menggunakan alat penanaman vertikal yang terbuat dari limbah ember cat atau ember lainnya yang sudah tidak terpakai. Ember bekas ini disusun bertingkat dan bagian tengahnya dilengkapi dengan pipa berlubang yang dapat dimanfaatkan sebagai media kompos. Selain itu, alat ini dapat diisikan tanah atau media tanam lainnya pada ruang di dalamnya yang dapat digunakan untuk menanam sayur dan buah seperti cabai, bayam dan pakcoy. Hal ini mendukung agar masyarakat dapat menanam sayur dan buah melalui halaman rumah. Alat ini praktis dan tidak memakan banyak ruang,namun penempatan Organic Tower Garden (OTG) ini disarankan untuk berada di belakang rumah agar bau kompos yang dihasilkan tidak mengganggu. Semakin kedap OTG yang dibuat, maka semakin minim bau yang tercium karena air kompos yang dihasilkan langsung mengalir pada media tanah didalam ember melalui lubang-lubang pada pipa. Dalam satu alat ini terdapat dua manfaat yaitu sebagai media penanaman untuk mendukung ketahanan pangan rumah tangga dan alat komposting untuk mengolah secara mandiri sampah organik rumah tangga yang dihasilkan. OTG ini selain beredar di pasaran juga dapat dibuat sendiri dengan harga yang lebih murah. Ini juga dapat digunakan untuk menanam tanaman di dalam ruangan jika disediakan lampu di atasnya.

Pengelolaan sampah organik dan penyediaan pangan secara mandiri ini harus dibudayakan di kalangan masyarakat agar terciptanya tanggung jawab akan limbah organik rumah tangga yang dihasilkan. Perlu adanya pelatihan dan sosialisasi terkait dengan penggunaan dan manfaat OTG serta manfaat bercocok tanam di rumah. Terutama untuk negara Indonesia yang memiliki iklim tropis sehingga tanaman akan dengan mudah tumbuh apabila diberikan perlakuan yang sesuai. Hal ini telah diimplementasikan di Desa Bungo Tanjung, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman dengan diberikannya 30 alat OTG kepada masing-masing rumah sehingga mereka dapat menanam dan menghasilkan kompos dari satu alat yang
sederhana, selain itu juga meningkatkan keaktifan masyarakat dalam berinovasi untuk menangani limbah organik sehari-hari yang dihasilkan. Dengan tumbuhnya rasa peduli dari masyarakat dan didukung oleh pemerintah maka kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dan dirasakan oleh semua kalangan. Semua harus dimulai dari saat ini. Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?