Moh Sayful Zuhri 0shares Ketika Hutan Dianggap Sebatas Kumpulan Daun Hijau Read More Lahan gambut merupakan salah satu lahan suboptimal yang memiliki kesuburan rendah, tingkat kemasaman yang tinggi, dan drainase yang buruk. Ciri utama lahan gambut adalah kandungan karbon minimal 18%, dan ketebalan minimal 50 Menurut Masganti dan Yuliani (2006) gambut berperan penting dalam kelangsungan ekosistem, mengontrol fungsi-fungsi lingkungan dan biologis yang sangat penting dalam menjaga kualitas lingkungan. Kemampuan gambut dalam setiap meter kubik dapat menyimpan sekitar 850 liter air sehingga setiap hektar gambut mampu menyimpan air terbesar 88,60 juta liter. Jika dikaitkan dengan kebutuhan air penduduk rata-rata sebesar 85 liter per hari per jiwa, maka setiap hektar gambut dapat memberi air kepada 274 jiwa penduduk per tahun (Noor, 2001). Tanah dengan ketebalan lapisan gambut 0−50 cm dikelompokkan sebagai tanah mineral bergambut (peaty soils) (Suriadikarta dan Sutriadi 2007). Tanah gambut dikategorikan ke dalam tanah lunak yang sukar digunakan bila harus dilalui oleh suatu trase jalan. Selain itu tanah gambut memiliki tekstur terbuka di mana selain pori-pori makro, tekstur tanah gambut juga didominasi oleh poripori mikro yang berada di dalam serat gambut (Ilyas et al. 2008). Semakin tebal lapisan gambut maka kesuburan tanahnya semakin menurun sehingga tanaman sulit mencapai lapisan mineral yang berada di lapisan bawahnya. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, serta mengakibatkan tanaman mudah condong dan roboh khususnya pada tanaman tahunan atau tanaman perkebunan (Suswati et al. 2011). Lahan gambut menyimpan karbon secara signifikan, yaitu 20-35% dari total karbon yang tersimpan di permukaan bumi. Lahan gambut Indonesia memiliki kapasitas sebagai penyimpan karbon sebesar 3-6 kali lebih tinggi daripada lahan gambut di daerah yang beriklim sedang, menyimpan setidaknya 550 Gigaton karbon yang setara dengan seluruh biomassa teresrial lain (hutan, rerumputan dan belukar) atau dua kali jumlah seluruh karbon yang tersimpan pada hutan di seluruh dunia. Menurut Supriyo (2008) lahan gambut berperan penting bagi kesejahteraan manusia sebagai penghasil/habitat ikan, hasil hutan non kayu, carbon-sink, sebagai penahan banjir, pemasok air. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian sudah dilakukan sejak lama, meskipun belum optimal namun dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan pangan terhadap masyarakat sekitar. Akan tetapi Lahan gambut sangat memerlukan pengelolaan yang baik dan penuh kehati-hatian, karena sifatnya yang rapuh sehingga dapat mengalami degradasi atau penurunan fungsi lahan. Untuk itu perlu inovasi teknologi yang tepat sehingga lahan gambut dapat dimanfaatkan untuk pertanian (Yuliani, 2014). Masyarakat mempunyai pendangan tersendiri dalam pengolahan lahan gambut. Masyarakat lahan gambut secara khusus tidak ada pandangan adat terkait dengan pengelolaan lahan gambut (Sutrisno, dkk, 2017). Namun masyarakat tetap beranggapan bahwa lahan gambut merupakan lahan yang kurang subur. Masyrakat memiliki adat lokal dalam pengelolaan lahan gambut yakni ‘memurun’ (Sutrisno, dkk, 2018). Merupakan kegiatan membakar batang pohon yang dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan dibakar di satu titik. Awal mulanya masyarakat melihat dari perusahaan yang membakar luas lahan, yang pada akhirnya masyrakat meniru untuk pembukaan lahan. Hal ini terjadi sebelum adanya peraturan pemerintah terkait pembukaan lahan yang beresiko. Oleh karena itu menjadi kontra produktif ketika pembukaan lahan gambut pada masyarakat. Masyrakat lokal sebetulnya memahami adalanya lahan gambut, karena sudah sejak lama tinggal di komoditas tersebut. Upaya-upaya yang dilakukan masyarakat juga beragam dalam menjaga lahan gambut. Kelurahan Pelintung merupakan kelurahan terluas yang berada di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Provinsi Riau dengan luas wilayah desa sebesar 113 km persegi. Sebesar 50% dari wilayah tersebut didominasi oleh lahan gambut yang telah dikonversi sebagai lahan perkebunan sawit sebagai komoditas primadona bagi masyarakat, sisanya berupa lahan mineral dan hutan. Lahan gambut terutama di wilayah Kelurahan. Kelurahan Pelintung terdiri atas 11 RT. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kelurahan Pelintung berada di sektor perkebunan. Di Kelurahan Pelintung terdiri dari penduduk Melayu, Jawa, Minang, Batak, Nias, dan sebagainya. Dari segi geografis Kelurahan Pelintung merupakan kelurahan terluas yang berada di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Provinsi Riau dengan luas wilayah desa sebesar 11300 hektare atau 113 Km2. Pada wilayah kelurahan Pelintung seluas 113 Km2 ini sebagian besar adalah wilayah perkebunan. Kepemilikan lahan perkebunan di Kelurahan Pelintung mayoritas dimiliki oleh masyarakat baik tempatan maupun pendatang. Namun kondisi saat ini sudah banyak investor perseorangan yang membeli lahan lahan perkebunan milik masyarakat ataupun investor yang kerjasama bagi hasil dengan masyarakat sehingga hasil kebun sebagian besar menjadi milik investor perseorangan tersebut. Selain memiliki kearifan lokal berupa lahan hutan, Kelurahan Pelintung juga memiliki kearifan lokal berupa berbagai macam flora fauna yang masih ada dan dijaga di wilayah Kelurahan Pelintung. Diketahui bahwa secara garis besar masyarakat Kelurahan Pelintung sebenarnya kurang mempunyai pengetahuan mengenai pengelolaan gambut yang baik dan benar, kebanyakan apa yang dilakukan terhadap lahan gambut yaitu hanya sebatas ikut-ikutan perusahaan yang berada di sekitar lahan mereka dan atau mengikuti apapun yang telah dilihat. Kemudian masyarakat juga kurang paham mengenai restorasi gambut. Masyarakat hanya mengetahui bahwa lahan gambut yang basah susah untuk ditanami, sehingga mereka memilih untuk mengeringkan dan memadatkan lahan gambut tersebut untuk bisa diolah dan ditanami sawit. Sebagian besar masyarakat tidak memahami bahwa lahan gambut itu harus dilestarikan, masyarakat hanya beranggapan bahwa lahan gambut itu bisa dikelola dan menghasilkan keuntungan. Selain itu masyarakat merasa kurang diadili dengan kebijakan pemerintah yang sedikit tumpul kebawah. Meskipun begitu, saat ini sudah banyak masyarakat yang mulai peduli dengan gambut serta mulai memanfaatkannya. Salah satu upaya restorasi di lahan gambut yakni revitalisasi, melalui revitalisasi tersebut diharapkan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan di lahan gambut. Menurut Maas (37: 2020) berkebun merupakan bentuk nyata dalam menjaga produktivitas lahan, hal ini mempunyai tujuan bahwa masyarakat mempunyai motivasi untuk bangkit. Kegiatan revitalisasi tersebut tetap mempunyai nilai ekonomis dan membawa hasil positif serta tidak merusak lingkungan. Tanaman-tanaman yang biasanya baik lahan gambut adalah nanas, jahe, sagu, kopi, pinang, dan lain sebagainya. Tananan nanas banyak ditemukan di daerah tropis terutama di lahan gambut (Syah, dkk, 2015). Di Kelurahan Pelintung, Riau nanas merupakan tumbuhan yang banyak ditemui. Bahkan beberapa masyarakat menganggap tanaman nanas merupahan tanaman pengganggu di lahan sawit mereka. Bahkan harga nanas di sana dapat mencapai Rp 1000/biji. Perlu diketahui buah nanas dengan bahasa latin Ananas comosus (L. Merr) tanaman yang mempunyai berbagai manfaat. Pemanfaatan potensi lokal buah nanas memberikan manfaat dalam perekonomian dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (Wiguna, dkk, 2020). ONAS (Olahan Nanas) menjadi salah satu solusi dalam menjawab tantangan dalam tujuan SDGs pilar lingkungan. Adanya buah nanas yang melimpah di kelurahan Pelintung memberikan upaya dalam pemecahan masalah di masyarakat. Buah nanas yang mudah dibudidayakan dan berpotensi untuk diolah diversifikasi prodak sehingga mempunyai nilai tambah yang tinggi (Sutrisno, dkk, 2018). Adanya program diversifikasi produk olahan nanas harapannya mampu membangkitkan ekonomi pada masyarakat desa Kualu Neneas (Berlian, dkk, 2020). Buah nanas dapat diolah menjadi beberapa prodak yang menjanjikan. Buah nanas tersebut dapat diolah menjadi kripik, dodol, pudding, bahkan kue. Olahan nanas seperti kue lapis Pak Nong mempunyai harga jual yang cukup baik dan dijadikan sebagai oleh-oleh khas Raiu di Pekanbaru (Syahsudarmi, 2020). Buah nanas ini mempunyai potensi yang cukuip besar terutama dalam bidang agroindustri. Harapannya melalui olahan nanas ini dapat mendongkrak perekonomian masyarakat, terutama di kelurahan Pelintung. Di desa Merbau buah nanas dijadikan dodol dan dijual seharga Rp 20.000,-/pack dan dijadikan oleh-oleh dari desa tersebut (Sutrisno, dkk, 2018). Adanya contoh desa yang telah memanfaatkan buah nanas menjadi olahan harapannya dapat dijadikan pacuan masayrakat kelurahan Pelintung. Adanya komunitas yang terbentuk akan memberikan efisiensi dalam pelaksanaan. Kelompoh Bunga Desa merupakan kelompok ibu-ibu kelurahan Pelintung. Melalui kelompok Bunga Desa ini harapannya akan memberikan kemandirian dalam bidang ekonomi. Inovasi produk olahan nanas yang dilakukan Kelompok Tani Tunas Makmur Bengkalis mempunyai daya saing yang berkelanjutan (Halimaastussa’diah dan Annisa, 2021). Awal mulanya harus dilakukan surve di kelurahan Pelintung yakni pengecekan lahan yang terdapat tanaman nanas. Setelah itu adanya komunikasi antara pemilik lahan nanas dengan kelompok Bunga Desa. Buah nanas dikumpulkan melalui koordinator tim. Adanya sosialisasi olahan buah nanas dengan mendatangkan ahli. Selain melalui sosialisasi, kelompok bunga desa dapat belajar melalui youtube dan media lainnya terkait olahan nanas. Kelompok Bunga Desa mendiskusikan olahan yang dapat diimplementasikan dengan mudah. Setelah didapat olahan mana yang akan dibuat, kelompok tersebut dapat mengaplikasikan ilmunya. Adanya teknologi tepat guna yang digunakan akan meningkatkan produksi (Febriana dan Azmi, 2019). Setelah pelatihan pembuatan olahan nanas selesai, berikutnya adalah packaging. Hal ini juga menjadi perhatian karena untuk menmbah nilai jual. Packaging ini disesuaikan dengan olahan nanas yang telah dibuat. Adnya stiker yang menarik akan memberikan kesan jual yang cukup baik. Adanya pengemasan yang sesuai dakan memberikan nilai jual yang tinggi dan memberikan peluang ekspor prodak (Sagala, 2012). Kemudian adanya pemasaran juga perlu diperhatikan, apakah melalui online atau offline. Pembuatan akun media sosial untuk pemasaran prodak juga diperlukan, karena pada jaman sekarang penjualan serba online. Harapannya masyarakat memiliki kesadaran terhadap pentingnya pelestarian lahan gambut agar ekosistem gambut tetap terjaga dan tidak menimbulkan masalah serta dampak yang berkepanjangan. Baik masyarakat, perusahaan maupun pemerintah dapat berlolaborasi dan bersinergi pada pemafaatan lahan gambut secara baik dan bijaksana serta tidak melakukan ekspoitasi lahan gambut secara berlebihan. Salah satu upaya penanggulangan masalah lahan gambut adalah dengan melestarikan lahan secara alami dan mengganti komoditas sawit menjadi komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan pilar SDGs yakni pilar lingkungan tujuan nomor 15 menjaga ekosismtem darat. Pengembangan agroindustri olahan nanas yang diharapkan mampu menjadikan masyarakat kelurahan Pelintung lebih kreatif dan berkembang dalam mendukung program BRG (Badan Restorasi Gambut. Selain itu program ONAS (Olahan Nanas) ini diupayakan dalam pencarian solusi dari tujuan SDGs pilar lingkungan yakni tujuan nomor 12 konsumsi dan produksi bertanggungjawab. Referensi Berlian, M., dkk. 2020. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Melalui DIversifikasi Produk Olahan Nanas Desa Kuelu Nenas. Tasnim Journal. I (1). pp 1-11 Febriana, W. dan Azmi. Penerapan Teknologi tepat Guna untuk Unit Usaha Pembuatan Dodol Nanas di Kota Dumai. Unri Conference Series. Communty Engagement. pp. 163-167 Halimaastussa’diah dan Annisa, M., 2021. Pengaruh Inovasi Produk Olahan Nanas terhadap Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Studi pada Koperasi Kelompok Tani Tunas Makmur di desa Kampung Jawa, Kabupaten Bengkalis). Synergy. 1 (1). Pp. 1-10 Ilyas T, Rahayu W, Arifin D S. 2008. Studi Perilaku Kekuatan Tanah Gambut Kalimantan yang Distabilisasi dengan Semen Portland. J Teknologi 1(21), pp. 1-8. Maas, Azwar, dkk. 2020. Sains Merestorasi Gambut: Menjemput Henerasi Muda ke Tapak. Jakarta: Kedeputian Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia. Masganti, Notohadikusumo, T., Maas, A. dan Radjagukguk,B. (2002). Hidrofobisitas dan perubahan sifat kimiabahan gambut. Prosiding Seminar Gambut IV, Jakarta. Noor Y.R., dan Jill Heyde. 2007. Pengelolaan Lahan Gambut Berbasis Masyarakat diIndonesia. Proyek Climate Change, Forest and Peatland in Indonesia. WetlandInternational-Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Sagala,P., N., Teknik Pengemasan Keripik Buah Tropis Menggunakan Vacuum Packing pada UKM-Islam Ar-Rahman Unimed.Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. UNIMED. 18 (69) Syahsudarmi, S., 2020. Analisis Kelayakan Bisnis Kue Lapis Nanas Pak Long Oleh-oleh Citra Rasa Khas Riau di Pekanbaru. Eko dan Bisnis. 11 (2). pp. 198- 206 Supriyo, A. 2008. Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture). Dalam Agus Supriyo, Muhammad Noor, Isdijanto Ar-Riza dan Khairail Anwar (Eds). Prosiding Nasional Seminar Nasional Pengembangan Lahan Rawa. Banjarbaru 5 Agustus 2008. Kerjasama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Hal. 118-128. Suriadikarta D A, Sutriadi M T. 2007. Jenis-jenis lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian di lahan rawa. J Litbang Pertanian 26(3) : 115-121. Suswati D, Hendro B, Shiddieq D, Indradewa D.2011. Identifikasi sifat fisik lahan gambut Rasau Jaya III Kabupaten Kubu Raya untuk pengembangan jagung. J Perkebunan dan Lahan Tropika 1: 31- 40 Sutrisno, Joko, dkk. 2018. Gambut: Pemberdayaan Berbasis Keirahusahaan Menuju Revitalisasi Pendapan Masyarakat Gambut. Surakarta: CV. Indotama Solo. Sutrisno, Joko, dkk. 2017. Analysis on Peat Moss Land Comunnity Livehood in Pelalawan Regency. Research Report. Faculty of Agriculture of UNS Syah, M., Anom, E., dan Sukemi. I. S., 2015. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk NPK Tablet terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nanas (Ananascomosus (L) Merr) di Lahan Gambut. JOM Faperta, 2 (1), Wiguna M, dkk. 2020. Pemanfaatan Poetensi Lokal Buah Nanas untuk Meningkatkan Perekonomian Keluarga di Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan hilir. Unri Conference Series. Communty Engagement. pp. 471-477 Yuliani Nurmili, 2014. Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”. Banjarbaru 6-7 Agustus 2014.