Yossi Ahmad Falah 0shares Menggali Potensi Intelektual demi Kesejahteraan Bangsa Masa Depan Read More Andaikata saya coba analogikan, maka seluruh rangkaian perjalanan saya dalam mengikuti Program Sertifikasi Kepemimpinan SDG Angkatan 4 dari SDG Academy Indonesia ini diibaratkan seperti menanam sebuah padi; yang di mana paralel pula dengan esensi capstone project kami dari kelompok Poverty 2. Perjalanan ini dimulai dari menanam bibit, hingga tumbuhlah akar yang kemudian muncullah juga batang, daun, dan bulir pada ujungnya. Selama 5 bulan saya akan bekerja sama dengan 4 orang luar biasa, hingga tiba saatnya nanti untuk musim panen. Source: https://sdgs.bappenas.go.id/kolaborasi-dalam-mencapai-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-tpbsdgs-di-indonesia/ Bibit dalam konteks ini adalah sebuah motivasi, dan motivasi ini tergerak atas dasar untuk memasukkan poin-poin Sustainable Developments Goals ke dalam sebuah program kolaborasi antara 2 kementerian: Kemenpora dan Kementan. Saya berinisatif untuk memanfaatkan kesempatan emas leadership program yang saya ikuti, dalam mengakselerasi implementasi Perjanjian Kerja Sama (PKS) kedua kementerian tersebut untuk meregenerasi sumber daya pertanian yang lebih maju. Maka sebagai bentuk antara perpaduan implementasi SDG ke dalam PKS tersebut, terciptalah Tandurasa dan saya ambil bagian di dalamnya. Akar penunjang dari proyek Tandurasa atau Pertanian Terpadu Rakyat Sleman adalah 5 orang dari latar belakang berbeda. Kelima orang tersebut antara lain Mas Janu (Sayur Sleman), Mbak Birgitta (SOS Children’s Village), Mbak Erni (Dinas LHK Lampung), Mbak Syofia (Waroeng33), dan saya sendiri Yossi A. Falah dari Kemenpora RI. Bersama, kami disatukan misi untuk mendorong kemandirian tata kelola pertanian terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi oleh seluruh pemangku kepentingan di Sleman. Batang mendistribusikan nutrisi ke bagian lain agar tanaman menjadi kokoh, dan Tandurasa mendistribusi pelatihan manajemen agribisnis bagi lembaga-lembaga pertanian Sleman. Pada awalnya saya telah mempelajari bahwa ada generation gap akan minat mengembangkan usaha di bidang pertanian terutama bagi anak muda. Bersama Tandurasa, kami bertemu untuk merancang modul dan berkunjung langsung untuk menelusuri permasalahan yang ada. Setelah selesai, berbagai pelatihan dilakukan dengan harapan menghapus stigma “anak petani itu miskin” dan mendorong para pemangku kepentingan lain untuk mampu ambil bagian. Daun memfasilitasi konversi karbondioksida menjadi energi, sementara Tandurasa mengakselerasi impelementasi dari Perjanjian Kerja Sama antara Kemenpora dan Kementan tentang Kemandirian Ekonomi Bagi Pemuda Pada Bidang Pertanian. Proyek ini kami laksanakan sejalan dengan maksud dan tujuan dari PKS tersebut. Berangkat dari acuan hingga menjadi suatu aksi nyata, seluruh pihak yang terlibat pun menyambut positif aksi kolaborasi multisektor bagi pemuda di bidang agribisnis. Akhirnya, bulir ditandai dengan 3 pencapaian tujuan utama, yakni peningkatan pendapatan petani (dampak ekonomi), pemberdayaan petani milenial dan perempuan (dampak sosial), dan lahan produktif nan tetap hijau (dampak lingkungan). Perlu disebutkan pula, poin-poin SDG yang tercapai juga antara lain pengentasan kemiskinan; kehidupan sehat dan sejahtera; kesetaraan gender; pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; berkurangnya kesenjangan; perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh; dan kemitraan untuk mencapai tujuan. Secara keseluruhan, SDG Academy Indonesia telah memberikan akses yang luar biasa untuk menginisasi aksi nyata bagi para pemangku kepentingan di Indonesia. Saya berterima kasih karena sudah mengizinkan saya untuk ambil bagian dalam hal ini. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, tidak lupa juga berbagai kesempatan telah diberikan untuk lebih dieksplorasi. Masih ada banyak bibit lain untuk ditanam, dan perjalanan belum berhenti sampai di sini.