Dyan Arfiana Ayu Puspita 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Koneksi Materi Modul 3.1 Berawal dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Berlanjut hingga Menjadi Pemimpin yang Dapat Mengambil Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebaikan  Pembelajaran di Pendidikan Calon Guru Penggerak (PGP) telah sampai di akhir Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebaikan sebagai Pemimpin. Meskipun topik di Modul 3.1 berbeda dengan topik pada modul-modul sebelumnya, namun masing-masing modul memiliki keterkaitan. Ibarat rantai yang saling berkaitan dan menguatkan jalinan, seperti itulah koneksi Modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya. Berikut keterkaitan atau koneksi materi Modul 3.1, yang dijelaskan melalui tahapan menjawab pertanyaan. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi Pratap Triloka terdiri dari tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.  Pratap triloka yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara mengajarkan kepada kita bahwa pengambilan keputusan sebagai pemimpin harus menyadari di mana posisi kita saat ini. Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri Handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang). Dengan mengetahui posisi tempat kita berdiri saat ini, diharapkan seorang pemimpun mampu untuk mengambil keputusan tepat. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Watak dan perilaku seseorang adalah cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Seseorang yang berpegang teguh pada nilai-nilai kejujuran, dalam keseharian akan menampakkan perilaku yang jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Begitupun saat akan mengambil keputusan. Nilai-nilai keyakinan dalam diri akan berperan penting dalam keputusan yang dibuat. Untuk itulah, agar seorang pemimpin dapat membuat keputusan yang bijak, terlebih dahulu seorang pemimpin harus memiliki nilai-nilai keyakinan yang meyakini bahwa setiap keputusan akan diminta pertanggungjawaban. Sehingga, dalam membuat keputusan ia akan senantiasa berhati-hati dan menjunjung tinggi nilai loyalitas, kejujuran dan integritas. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya. Pada tahapan coaching kita mengenal adanya alur TIRTA, yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab. Pada praktiknya, alur TIRTA tidak hanya digunakan untuk membantu coachee menggali potensi yang dimiliki, tapi juga dapat digunakan untuk menguji pengambilan keputusan yang telah dibuat. Pada tahap Tujuan, kita bisa melakukan refleksi kembali tentang apa tujuan dari keputusan yang telah kita buat. Pada tahap identifikasi, kita bisa melakukan identifikasi masalah yang muncul, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang timbul sebagai akibat dari keputusan tersebut. Pada tahapan rencana aksi, kita bisa menggali rencana-rencana yang akan dilakukan sebagai akibat dari keputusan yang diambil. Sedangkan pada tahapan Tanggung Jawab, kita bisa menentukan siapa yang akan bertanggungjawab terhadap rencana tersebut, serta bentuk dukungan yang dibutuhkan untuk menjalankan rencana aksi yang telah diputuskan. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? Seorang guru yang mampu mengelola aspek sosial dan emosionalnya akan mampu berpikir dengan jernih. Hasilnya, keputusan yang dibuat akan berdasar pada akal sehat, bukan emo si sesaat. Untuk itulah, seorang pemimpin harus mampu mengelola aspek sosial emosionalnya dengan baik. Manfaat lain dari pengelolaan aspek sosial dan emosional yang baik dalam  mengambil keputusan yaitu dapat memandang suatu permasalahan dengan lebih objektif. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,kondusif, aman dan nyaman? Keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena dapat meminimalisir terjadinya konflik. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? Tantangan pengambilan keputusan terhadap dilema etika adalah bagaimana agar keputusan tersebut didukung oleh semua pihak. Lebih lanjut, pengambilan keputusan ternyata ada kaitan dengan perubahan paradigma di lingkungan. Saat ini, pengambilan keputusan lebih didasarkan pada kebijaksanaan daripada peraturan. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid – murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Keputusan yang kita ambil berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid-murid. Dengan keputusan tersebut, kita mampu menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, sehingga murid merasa merdeka untuk belajar. Cara untuk memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar murid. Selanjutnya, berdasarkan data identifikasi tersebut, seorang guru dapat merancang pembelajaran yan berdiferensiasi. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid – muridnya ? Ketika seorang guru mampu mengambil keputusan yang tepat, maka ia akan menjadi inspirasi bagi murid-muridnya. Di masa depan, murid-murid tersebut akan menjadikan gurunya sebagai panutan. Bahkan ketika dihadapkan pada proses pengambilan keputusan pun, murid tersebut akan mengikuti cara sang guru dalam mengambil keputusan. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya? Filosofi pembelajaran Ki Hajar dewantara mengajarkan bahwa pengambilan keputusan dapat melihat posisi kita berdasarkan Pratap Triloka. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan dapat dipertanggunjawabkan. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Perbedaan dilema etika dan Bujukan moral: Dilema etika (benar vs benar) merupakan situasi sulit di mana seseorang harus menentukan pilihan yang secara moral keduanya benar tapi bertentangan dalam mengambil keputusan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah) adalah situasi ketika seseorang harus menentukan keputusan antara benar atau salah. 4 Paradigma pengambilan keputusan : Individu lawan masyarakat kebenaran lawan kesetiaan keadilan lawan belas kasihan Jangka pendek lawan jangka panjang 3 Prinsip mengambil keputusan Berfikir berbasis akhir Berfikir berbasi aturan Berfikir berbasi rasa peduli 9 Tahapan pengambilan dan pengujian keputusan Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? Pernah. Sebelum belajar modul ini saya lebih mengedepankan keputusan bersama sehingga yang terbaik adalah yang disukai lebih banyak orang sehingga potensi konflik sebagai dampak dari pengambilan keputusan dapat diminimalisir. Setelah belajar modul ini terutama paradigma dilema etika dan  3 prinsip pengambilan keputusan, saya akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan sehingga tidak selalu kesepakatan kelompok selalu diutamakan. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang cepat dibuat. Setelah mempelajari modul ini, saya sadar bahwa suatu keputusan tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? Sangat penting. Dalam keseharian sebagai individu maupun seorang pendidik, saya kaan sering diharapkan pada situasi dilema yang membuat saya harus mengambil suatu keputusan. Dengan mempelajari moduli ini, saya merasa terbantu karena mendapat tambahan pengetahuan tentang bagaimana pengambilan keputusan yang baik.