Reni Kusmiati 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Menjadi guru adalah sebuah tugas yang memiliki tanggung jawab yang besar. Guru yang baik adalah guru yang memahami kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Berdasarkan kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan arahan dan bimbingan untuk mengembangan potensi yang ada pada diri peserta didik. Dengan mengetahui karakteristik peserta didik, seorang guru dapat menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, asesmen, metode, dan media pembelajaran serta pendekatan yang sesuai untuk diterapkan selama proses pembelajaran mengacu pada kurikulum yang berlaku. Sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi dan pengetahuan selama berproses di Sekolah. Selain itu guru juga bertindak sebagai educator, manager, leader, fasilitator, administrator, inovator, motivator, dinamisator, evaluator, dan supervisor untuk peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ki Hajar Dewantara memegang keyakinan bahwa pendidikan adalah hak asai manusia yang harus tersedia untuk semua warga tanpa memandang usia, latar belakang, atau status social. Filosofinya sangat dipengaruhi oleh pemikiran kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian dalam pendidikan. Ia berpandangan bahwa pendidikan harus membebaskan individu dari keterbatasan dan ketidakadilan, dan harus memberikan kemampuan untuk berpikir kritis, berkreativitas, dan bertindak sebagai warga Indonesia yang berdaya. Ia juga mendukung gagasan “Merdeka Belajar” di mana siswa harus diberi kebebasan untuk mengejar minat dan bakat mereka sendiri dalam proses pembelajaran. Ki Hadjar Dewantara melihat bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda-beda dan pendidikan harus membantu mereka mengembangkan potensi itu. Pendidikan yang berpusat pada peserta didik bukan hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga tentang pengembangan karakter, etika, dan kepribadian yang kuat. Oleh karena itu perlu penekanan pada konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Bagaimana guru dapat membimbing peserta didik untuk mampu menyadari potensi mereka sendiri, menumbuhkan motivasi intristik mereka untuk belajar, dan memberi mereka keberanian untuk bertindak dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran. Berkaca pada zaman kolonial belanda, pendidikan hanya bertujuan untuk mempersiapkan pegawai yang mendudung kedudukan dan kepentingan colonial sehingga hanya diajarkan menulis dan menghitung seperlunya. Sehingga sampai pad abad 21, pemikiran Ki Hajar Dewantara masih terus diadopsi untuk menciptakan pendidikan yang semakin berkembang. Diiringi dengan perkembangan teknologi, pendididikan pada masa kini mengalami banyak perubahan baik dalam pembelajaran muapun penggunaan media dan mulai memanfatakan teknologi dalam segala aspek pembelajaran. US-based Apollo Education Group mengidentifikasi sepuluh (10) keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk bekerja di abad ke-21, yaitu keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa entrepreneurship, serta kemampuan untuk 3 mengakses, menganalisis, dan mensintesis informasi. Sekalipun teknologi di era digital berkembang sangat pesat, namun peran guru dan tenaga kependidikan masih tetap memiliki peran sentral, tidak peduli bagaimana konsep pendidikan. Peran guru dalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola “penanam pengetahuan”, menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur kemajuan belajar siswa. Konsep filosofi Ki Hajar Dewantara membantu saya memahami pentingya pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Dengan memenuhi kebutuhan peserta didik dapat mengembangkan potensi dan pengetahuan mereka sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru tidak lagi bertindak sebagai pengajar saja, namun sebagai fasilitator, pendamping, serta motivator sehingga peserta dapat secara MERDEKA mengembangkan minat, bakat, kreatifitas, dan keterampilan yang meraka miliki sekaligus menjadi manusia yang berkarakter baik sesuai dengan profil belajar Pancasila. Penerapan pendekatan, model, dan media membelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dengan pemanfaatan teknologi sehingga menciptakan suasana belajar yang inovatif dan kreatif, dan memfasilitasi peserta didik untuk terus mengeksplorasi diri secara mandiri. Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2021). Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Nasional. https://pendidikan.kemdikbud.go.id/ki-hadjar-dewantara Zubaidah, S. (2016, December). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran. In Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 2, No. 2, pp. 1-17). Munawir, M., Salsabila, Z. P., & Nisa, N. R. (2022). Tugas, Fungsi dan Peran Guru Profesional. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(1), 8-12.).