fbpx

Inovasi Pertanian Berkelanjutan: Mengatasi Masalah Limbah Sapi dan Emisi Karbon lewat Produksi Vermicompost

Kotoran sapi telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan, dengan sekitar 75% dari limbah tersebut menyebabkan pencemaran dan emisi karbon yang tidak terkendali. Namun, ada solusi inovatif yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan mengembangkan usaha budidaya cacing, di mana para peternak cacing memelihara cacing tanah untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai pakan ikan, bahan baku kosmetik, dan obat-obatan, yang menghasilkan kascing.

Pembuangan Kotoran Sapi ke Selokan

Pembuangan Kotoran Sapi ke Selokan

Sayangnya, kascing seringkali dianggap tidak memiliki nilai ekonomi yang signifikan, sehingga sering diberikan secara gratis kepada petani atau dijual dengan harga yang sangat rendah, yaitu sekitar Rp 5.000 per karung berisi 30 kg. Padahal, kascing memiliki potensi ekonomi yang besar, terutama dalam mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman berdaun atau berbuah seperti daun bawang, brokoli, cabai, kol, sawi, selada, dan lain-lain.

Vermicompost, atau pupuk yang dihasilkan dari proses pengomposan menggunakan cacing, telah terbukti meningkatkan produktivitas tanaman secara signifikan. Studi telah menunjukkan bahwa vermicompost dapat meningkatkan pertumbuhan daun hingga 40% dan meningkatkan hasil panen hingga 40-60%. Selain itu, apabila produksi vermicompost dilakukan dengan serius, para peternak cacing akan mendapatkan nilai tambah yang signifikan dari penjualan cacing dan vermicompost.

Dari segi lingkungan, vermicompost juga memiliki dampak positif yang signifikan. Seperti yang dilaporkan dalam laporan dampak Elevarm tahun 2023, penggunaan vermicompost dapat mengurangi limbah kotoran sapi hingga 75%, yang merupakan kontribusi besar dalam mengurangi pencemaran lingkungan.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas, kita dapat melakukan simulasi dengan mengambil contoh seorang peternak sapi yang memiliki 10 ekor sapi. Dengan produksi kotoran sapi rata-rata sebesar 20 kg per sapi per hari, peternak tersebut akan menghasilkan limbah sebesar 200 kg per hari atau 6 ton per bulan. Namun, dengan menggunakan limbah tersebut sebagai bahan baku untuk pembuatan vermicompost, kita dapat mengurangi limbah tersebut hingga 75%, atau 3524 tCO2e karbon emisi yang kemudian dapat didaur ulang. Angka ini berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon.

Oleh karena itu, perluasan produksi dan penggunaan vermicompost merupakan langkah yang sangat penting dalam mengurangi emisi karbon dari sektor pertanian secara besar-besaran dan berkelanjutan. Dengan demikian, upaya ini akan memberikan manfaat yang signifikan baik bagi lingkungan maupun ekonomi, serta berkontribusi pada terciptanya ekosistem pertanian yang lebih berkelanjutan.