Arif Syahputra Hasibuan Marketing & Communication, Yayasan Ekosistem Lestari 0shares Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More Inovasi Apikultur untuk Mendorong Ekonomi Sirkular pada Masyarakat Desa di Kota Jantho, Aceh Besar Oleh Arif Syahputra Hasibuan Environmentalist, Marketing Communication Enthusiast Peserta SDGs Leadership Certification Program SDGs Academy Indonesia Angkatan 5, 2023-2024 Gambar: Pelatihan Budidaya Lebah Madu Trigona (Dok: YEL/2023) Di tengah upaya global untuk menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan, masyarakat desa menjadi pusat perhatian karena peran kunci mereka dalam pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan. Salah satu cara inovatif yang telah menarik perhatian adalah praktik apikultur atau peternakan lebah. Praktik apikultur atau budidaya lebah, telah menjadi semakin populer di seluruh dunia sebagai alternatif untuk menciptakan sumber penghasilan yang berkelanjutan bagi masyarakat desa. Selain menghasilkan madu sebagai produk utama, apikultur juga berpotensi untuk menghasilkan produk sampingan seperti lilin lebah, propolis, dan royal jelly untuk dimanfaatkan sebagai produk yang bernilai tinggi. Gambar: Masyarakat Jantho sedang menanam padi di sawah (Dok: YEL/2023) Praktik apikultur ini dapat kita temukan di Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, yang merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki potensi besar karena keindahan alamnya yang menakjubkan, meliputi perbukitan hijau, sungai yang mengalir deras, serta hutan tropis yang lebat. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan perkebunan. Namun, seperti banyak daerah di Indonesia, daerah ini juga menghadapi tantangan seperti kurangnya lapangan kerja, ketergantungan pada pertanian konvensional, dan kurangnya akses pasar yang luas. Kota Jantho juga dikenal karena keberadaan Cagar Alam (CA) Hutan Pinus Jantho, yang merupakan kawasan konservasi alam yang penting bagi pelestarian ekosistem hutan dan menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna yang dilindungi. Selain itu, terdapat pula Pusat Reintroduksi Orangutan Jantho yang dikekola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bersama dengan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) melalui program konservasi Orangutan Sumatera (atau Sumatran Orangutan Conservation Programme-SOCP), yang menjadikan kawasan konservasi Jantho ini sebagai habitat baru bagi orangutan yang akan dilepasliarkan kembali. YEL sebagai organisasi nonprofit yang fokus pada isu konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat hadir untuk menginisiasi inovasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu praktik budidaya lebah madu trigona sp. di beberapa desa di Kota Jantho, dimana wilayah tersebut merupakan desa-desa penyangga kawasan konservasi CA Hutan Pinus Jantho yang dikhawatirkan berpotensi melibatkan konflik kepentingan antara perlindungan lingkungan dan kebutuhan hidup masyarakat lokal di kawasan tersebut. Dengan adanya praktik ini, diharapkan dapat menjadi solusi yang berpotensi untuk mengurangi konflik antara masyarakat desa dan kawasan hutan. Gambar: Pelatihan dan Pertemuan Kelompok Peternak Lebah Madu Trigona di Jantho, Aceh Besar (Dok: YEL/2023) Program pelatihan dan pendidikan tentang apikultur telah menjadi sarana penting dalam pemberdayaan masyarakat desa di Kota Jantho. Melalui pelatihan ini, masyarakat belajar tentang manajemen lebah, teknik pengelolaan sarang, serta praktik apikultur yang berkelanjutan. Upaya ini menekankan pada pengembangan keterampilan yang relevan untuk pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Praktik apikultur yang berkelanjutan telah membantu dalam pemeliharaan habitat alami lebah di Kota Jantho. Konservasi tanaman berbunga, pemeliharaan lingkungan alami, dan pengurangan penggunaan pestisida beracun telah menjadi bagian dari praktik apikultur yang bertujuan untuk melestarikan habitat lebah. Melalui praktik apikultur yang berkelanjutan ini juga, masyarakat desa telah berkontribusi pada pelestarian alam dan keanekaragaman hayati. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem lokal, praktik apikultur juga turut memperkuat ketahanan lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Kemitraan yang terjalin antara pemerintah melalui BKSDA Aceh, YEL dan masyarakat peternak lebah itu sendiri telah memainkan peran kunci dalam mendukung pemberdayaan masyarakat desa melalui apikultur. Inklusi sosial, terutama peningkatan peran dan partisipasi perempuan dalam praktik apikultur, juga telah menjadi fokus penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Praktik apikultur telah membawa dampak positif secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat desa di Kota Jantho. Pendapatan tambahan dari penjualan madu dan produk lebah lainnya telah meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sementara keterlibatan dalam kegiatan apikultur telah memperkuat solidaritas dan kohesi sosial di antara anggota masyarakat. Gambar: Foto bersama Kelompok Peternak Lebah Madu Trigona di Jantho, Aceh Besar (Dok: YEL/2023) Praktik apikultur telah terbukti menjadi pilar penting dalam pemberdayaan masyarakat desa dan pencapaian pembangunan berkelanjutan di Kota Jantho, Aceh Besar. Melalui pendekatan yang berkelanjutan, apikultur tidak hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja layak, dan perlindungan lingkungan, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dan keberlanjutan ekonomi komunitas. Namun, tantangan yang masih dihadapi oleh komunitas apikultur, seperti akses terhadap pasar dan perubahan iklim, menunjukkan perlunya upaya lebih lanjut dalam mendukung dan memperluas praktik ini. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis perlu diambil untuk memperkuat kapasitas masyarakat, meningkatkan kemitraan, dan memperluas akses terhadap sumber daya yang mendukung praktik apikultur. Dengan demikian, Jantho dan komunitas serupa di seluruh dunia dapat terus menjadi contoh bagi pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan berdaya.
Wujudkan Majalengka Langkung Sae, PC Tidar Majalengka Gelar Rapat Konsolidasi dan Pelatihan Tunas 1 dan 2 Read More