Dek Rina Dek 0shares Menggali Potensi Intelektual demi Kesejahteraan Bangsa Masa Depan Read More Penelitian merupakan induk solusi bagi pemecahan suatu masalah, apapun jenis bidangnya, baik di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, maupun teknologi. Ada banyak teknologi yang lahir dari masalah-masalah yang ada di sekitar, seperti masalah komunikasi jarak jauh misalnya, sehingga lahirlah teknologi smartphone yang membantu, spesifiknya berawal dari peneliti masalah bagaimana bisa berbicara dengan jarak jauh namun terlihat seperti komunikasi langsung. Lalu hal ini diselesaikan oleh fitur videocall yang ada di smartphone. Masalah yang diselesaikan jika berbasis penelitian kerap kali melahirkan inovasi baru baik berupa prinsip, pola, maupun temuan alat baru. Tentu saja, inovasi ini menjadi peluang yang baik untuk dikembangkan oleh inovator dalam hal ini ranahnya ke muda-mudi sebagai agen perubahan khususnya, sebab teknologi dan sosial media saat ini sungguh menghasilkan untuk menggencarkan hasil dari inovator muda. Tentu, pengembangan yang maksimal akan membuahkan keuntungan serta membuka lapangan kerja yang tentu selaras dengan salah satu tujuan Suistainable Development Goal (SDGs) yakni memberantas kemiskinan yang secara tidak langsung juga meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) melalui ide kreatif serta inovasi. Inovasi ini sekiranya akan lebih baik jika diiringi oleh pengembangan yang berbasis ESD (Educational Sustainable Development) artinya ada keberlanjutan dalam program atau tindakan pendidikan yang dijalankan. Tidak hanya sampai di sana, semua hal ini yang dimaksudkan meliputi penelitian, inovasi, hingga kewirausahaan serta teknologi juga turut andil mengambil bagian dalam industri 5.0 yang lebih baik, juga sebagai bentuk persiapan menuju bonus demografi 2030 dan Indonesia Emas 2045. Mulai sejak dini populasi yang terus bertumbuh hendaknya beriringan dengan meningkatnya angka melek digital serta literasi tinggi. Hal yang memprovokasi ini seperti penelitian, inovasi, hingga kewirausahaan, semua sistemnya berupaya memberantas kemiskinan, bisa diambil singkat contohnya ialah DCO . DCO merupakan singkatan dari Densitymeter Patchouli Oil merupakan terobosan inovasi baru oleh mahasiswi Indonesia, alat ini hadir sebagai solusi di bidang pendidikan dan industri. Contoh di bidang pendidikan alat ini membantu para pelajar memahami praktik densitas dengan mudah serta harga alat yang terjangkau sebab alat densitas di pasaran beredar dengan harga puluhan hingga ratusan juta, dengan konsep minimalis yang diiringi oleh kreasi dan inovasi alat ini hadir dengan harga terjangkau. Adapun di bidang industri, DCO cukup membantu membedakan minyak nilam asli dengan yang palsu sehingga industri berbahan dasar nilam bisa mengoptimalkan keaslian produknya sehingga khasiatnya akan lebih terasa. DCO kini telah beredar di sosial media sebagai inovasi baru dalam ranah penelitian yang berintegrasi dengan kewirausahaan. Siapa sangka, alat ini justru lahir dari inovasi pemudi Indonesia yang tak lain juga bermaksud menciptakan lapangan kerja. Lapangan kerja bisa saja tercipta secara luas jika kita semangat dalam mengedepankan pendidikan sehingga mampu menjadi inovator penelitian. Tentu, jika demikian alat yang dihasilkan bisa dikembangkan bersama melalui penghubung atau integrasi kewirausahaan. DCO salah satu contohnya, jika lahir DCO-DCO lain maka sungguh membantu perekonomian Indonesia. Artinya, akan banyak produk Indonesia sebagai pengentas masalah yang bernilai jual. Secara otomatis, kewirausahaan akan memblokir kemiskinan melalui lapangan kerja yang terbuka luas. Lapangan kerja yang hadir dengan upaya diri sendiri dan lingkungan. Banyaknya lapangan kerja sungguh membantu masyarakat dalam memeroleh penghasilan dan mendorong untuk menghasilkan ide-ide kreatif lainnya yang secara tidak langsung akan memberantas kemiskinan. Apalagi ketika produk ini digiring ke tingkat Internasional, maka tidak hanya melahirkan lapangan kerja di Negara sendiri melainkan pula melahirkan kompetisi sehat di mancanegara. Ketika produk menjadi terkenal di kelas Internasional tentu akan sungguh membanggakan. Artinya, keberlanjutan telah diaplikasikan di sini, dan kemiskinan bisa diblokir secara legal. Tentu, hal ini tidak mudah dan butuh dukungan dan kerjasama berbagai pihak. Demikian dengan DCO, ada banyak pihak yang terlibat di sini seperti para peneliti, pelajar, badan penelitian, hingga masyarakat. Jika perkembangannya berkelanjutan serta semakin pesat para tenaga produksi DCO terus dibutuhkan, dan peluangnya menjadi alat terkemuka dari inovasi pemudi Indonesia akan semakin gencar. Sungguh membantu, melahirkan lapangan kerja terlebih jika membuka cabang-cabang yang lebih banyak. Hal ini juga membantu menurunkan angka kemiskinan di Aceh sebagai tempat DCO dilahirkan dan dikembangkan serta diberlanjutkan. Ada beberapa manfaat dari alat ini seperti industri akan lebih maksimal mengadakan produk yang berkhasiat tinggi dari bahan baku minyak nilam. Para pelajar pun akan lebih mudah memahami materi densitas melalui praktik langsung dengan alat ini. Harga yang terjangkau bukan berarti kualitas yang rendah melainkan inovasi serta kreasi berkualitas yang bisa meminimalis keterjangkauan harga alat ini. Sehingga sekiranya menjadi target pasar yang terkemuka. Jika digandeng ke Internasional akan memungkinkan alat ini mengadakan cabang di luar dari daerahnya bahkan boleh jadi hingga mancanegara. Tentu, menjadi suatu prestasi bagi Indonesia kiranya juga sebagai langkah menciptakan lapangan kerja dan meminimalisir atau bahkan mampu memusnahkan angka kemiskinan.  Â