fbpx
Pixabay/Willfried Wende

Cara Mengurangi Penggunaan Plastik

Dewasa ini, keberlanjutan telah menjadi salah satu permasalahan yang cukup menyita perhatian masyarakat. Tidak bisa terelakan bahwa penggunaan barang yang tidak dapat didaur ulang turut mengambil bagian untuk merusak lingkungan di seluruh belahan dunia. Sebenarnya permasalahan ini sudah disadari dalam satu dekade terakhir. Namun, pada kenyataannya sebagian besar dari masyarakat tidak menanggapi hal ini dengan serius karena mereka lebih cenderung untuk mementingkan kepentingan mereka sendiri. Seperti jika diambil dari prespektif perusahaan, banyak dari perusahaan yang memilih untuk menghemat pengeluaran dengan cara tidak menjalankan prosedur untuk mengelola limbah dengan benar atau dengan tidak berusaha untuk membuat proses produksi menjadi lebih ramah lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan banyak perusahaan yang bersedia mengeluarkan uang untuk menunda pengeluaran kebijakan tentang lingkungan.

Dilansir dari Majalah Forbes, lima perusahaan publik yang bergerak di minyak dan gas bahkan rela untuk mengeluarkan uang sebesar 200 juta US Dollar di dalam satu tahun untuk melakukan negosiasi terhadap kebijakan lingkungan. Beralih pada sudut pandang masyarakat, sebagian besar dari masyarakat sebenarnya telah menyadari bahwa mereka mengetahui penyebab dari kerusakan lingkungan. Berdasarkan dari survei yang dilakukan oleh science alert, 70 persen masyarakat yang tinggal di United Kingdom menyadari bahwa kegiatan manusia menjadi penyebab kerusakan lingkungan. Pertanyaan selanjutnya mengapa mereka tidak mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan lingkungan?

Mungkin jawabannya karena aktivitas sehari-hari masyarakatlah yang turut berkontribusi dalam mempercepat kerusakan lingkungan. Seperti penggunaan plastik. Sejatinya, penggunaan plastik yang berlebihan juga berkontribusi pada kerusakan lingkungan, disebabkan oleh sifat dasar plastik yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk dapat diuraikan. Penggunaan plastik dinilai sudah menjadi candu bagi masyarakat oleh karena kepraktisan yang ditawarkan. Selain praktis, plastik juga bersifat tahan air dan yang terpenting dapat diperoleh dengan harga yang sangat terjangkau. Hal itu sangat berpengaruh dalam pertimbangan bisnis. Atas dasar meraih keuntungan yang maksimal, banyak perusahaan yang memilih plastik sebagai alat untuk membungkus barang dagangan mereka. Tanpa memperdulikan fakta bahwa semua plastik yang sudah digunakan akan berakhir di timbunan tempat pembuangan akhir. Tumpukan sampah yang terus membeludak akan berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat karena dapat menghasilkan limpasan cairan beracun yang disebut leachate.

Menurut BhadaTata dan Hoorweg (2016), limpasan cairan beracun tersebut dapat mencemari air dan tanah. Belum lagi ditambah dengan pembuangan sampah secara sembarangan yang dapat berakibat penumpukan sampah di laut dan merusak ekosistem laut. Jika hal ini terus terjadi maka dapat membahayakan keberlangungan hidup manusia secara berkelanjutan. Forum Ekonomi Dunia memperkirakan jika orang masih mengandalkan penggunaan plastik, konsumsi minyak global dari produksi plastik akan meningkat dari 8% menjadi 20% pada tahun 2050.

Di sisi lain, menurut World of Economic, penggunaan packaging merupakan penyumbang sampah plastik terbesar. Seiring berjalannya dengan tren konsumsi plastik cenderung meningkat, hal ini dibuktikan dalam paruh pertama tahun 2018, tiga pengiriman makanan online terbesar di China dilaporkan dibuat 33,9 juta pengiriman rata-rata setiap hari. Sementara di Indonesia, mobilitas masyarakat sangat padat sehingga waktu dapat menjadi kendala. Jasa pengantar makanan online bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang tidak memiliki waktu untuk memasak atau singgah di tempat makan. Di dalam aplikasi pengantar makanan juga menawarkan diskon yang besar bagi setiap pemesanan. Tidak heran, penggunaan jasa pengantar makanan online sangat marak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Terbukti dari pertumbuhan pengiriman makanan yang hampir menyentuh 10 kali lipat dari Desember 2017 dan Desember 2018. Hal ini tentu berkontribusi dalam penumpukan sampah plastik karena setiap bungkus makanan yang dikirim akan memproduksi paling tidak satu kantung plastik, piring plastik dan gelas plastik. Jika penggunaan sampah plastik tidak dibatasi akan dapat merusak lingkungan.

Pandemi COVID-19 juga turut menyebabkan pembelanjaan secara online marak untuk dilakukan sehingga penggunaan pembungkus plastik seperti bubble wrap turut meningkat. Sedangkan kemasan yang digunakan untuk pengiriman terbuat dari plastik seperti polypropylene yang tidak dapat terurai secara hayati. Masalah terbesar dari masalah ini adalah peningkatan plastik produksi tidak selaras dengan tindakan yang tepat dalam mengelola sampah plastik. Pada tahun 2015, sekitar 100 juta metrik ton sampah plastik dibuang ke lingkungan dan seperti yang dilaporkan oleh studi dari Oxford Martin University, the negara-negara di Asia Timur dan Pasifik seperti China dan Indonesia mengabdikan diri untuk salah mengelola sampah plastik masing-masing sebesar 25% dan 10%.

Untuk itu lembaga United Nation (UN) pada 2015 mengeluarkan 17 tujuan global untuk tahun 2030 yang diluncurkan dengan istilah Sustainable Development Goals (SDGs) dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup manusia di seluruh penjuru dunia. Salah satu sasaran dari SDGs pada nomor 12 adalah untuk menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Negara kita, Indonesia juga tidak terhindar dari kerusakan lingkungan, seperti yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (2018) yang menyatakan bahwa telah terjadi pertambahan penumpukan sampah yang signifikan, dari 0,68 miliar ton per tahun dengan jumlah penduduk sekitar 2,9 milia) menjadi 1,3 miliar ton per tahun dengan jumlah penduduk sekitar 3 miliar. Salah satu penyebab pertambahan penggunaan sampah yang tak terkendali adalah pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung menyukai hal serba instan.

Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengurangi limbah plastik adalah menanamkan sistem daur ulang Reduce, Reuse, Recycle(3R). Pembuatan kebijakan mengenai pengenakan bea cukai sebesar 200 rupiah pada penggunaan plastik di swalayan dan pengurangan plastik sekali pakai. hal itu dirangkum pada Pergub nomor 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Praktis Sekali Pakai. Beberapa perusahaan seperti Mcdonald, Kentucy Fried Chicken juga telah melarang penggunaan sedotan pada gerai mereka. Dengan kebijakan pemerintah dan kesadaran masyarakat diharapkan dapat terjadi penggurangan penggunaan sampah plastik, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan daur ulang dan meningkatkan kualitas hidup manusia di Indonesia maupun pada seluruh penjuru dunia sesuai dengan sasaran SDGs nomor 12.

Namun, pengurangan penggunaan plastik saja tidak cukup karena sudah terlalu banyak sampah plastik yang tidak bisa terurai untuk itu salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengganti penggunaan plastik adalah dengan memsubtitusi material yang digunakan sebagai pembungkus atau packaging. Salah satu contohnya adalah penggunaan packaging yang berbahan dasar kertas atau dengan membuat pembungkus dari bahan yang dapat diuraikan. Bubble wrap berbahan plastik dapat disubstitusi dengan bubble wrap berbahan kertas (honeycomb) yang tentunya lebih ramah lingkungan. Selain itu, pengelolaan sampah juga perlu dilakukan, seperti dengan membuat aplikasi yang dapat melacak pengelolaan sampah dan akses bagi masyarakat untuk mengirim sampahnya ke tempat daur ulang serta menanamkan kepada masyarakat bahwa penggunaan barang sekali pakai yang tidak dapat didaur ulang dapat berdampak buruk bagi lingkungan.

Referensi:

https://www.sciencealert.com/the-five-corrupt-pillars-of-climate-change-denial

https://climate.nasa.gov/effects/

https://www.forbes.com/sites/niallmccarthy/2019/03/25/oil-and-gas-giants-spendmillions-lobbying-to-block-climate-change-policiesinfographic/?sh=6b31cbd87c4

https://link.springer.com/chapter/10.5822/978-1-61091-756-8_20

https://www.bps.go.id/publication/2018/12/07/d8cbb5465bd1d3138c21fc80/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2018.html

https://www.grab.com/id/press/others/grabfood-rayakan-sejumlah-pencapaianterbaru-di-indonesia

https://www.weforum.org/agenda/2020/12/sustainable-packaging-reduce-plastic-waste/