fbpx

Pendidikan Digital : Jembatan atau Jurang Baru?

Seperti mimpi yang menjadi nyata, kita berada di era di mana kelas-kelas tradisional telah tergantikan oleh layar-layar cemerlang. Dalam sorotan teknologi, pendidikan telah melewati perubahan drastis. Di era digital ini, teknologi menjadi tulang punggung pendidikan modern. Namun, sebagian melihatnya sebagai alat yang membebaskan, sementara yang lain menganggapnya sebagai pemicu ketidaksetaraan. Apakah pendidikan digital benar-benar menjembatani kesenjangan atau justru menciptakan kesenjangan baru?

Menggapai Aksesibilitas dan Kesetaraan

Pendidikan digital menjanjikan aksesibilitas dan kesetaraan dalam pembelajaran, terutama di era digital ini. Untuk menyiapkan sekolah menghadapi era revolusi industri 4.0 dan memenuhi Nawa Cita ketiga, yaitu “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengembangkan program Pendidikan Digitalisasi.

Berdasarkan data dari penelitian Cambridge International melalui Global Education Census 2018, siswa Indonesia sudah akrab dengan teknologi, bukan hanya dalam berinteraksi di media sosial tapi juga untuk kebutuhan pembelajaran di sekolah. Penelitian itu menyebutkan bahwa siswa di Indonesia menduduki peringkat tertinggi secara global sebagai pengguna ruang IT komputer di sekolah (40%). Lebih dari dua pertiganya (67%) menggunakan smartphone di dalam ruang kelas. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran telah meningkat signifikan, memberikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang untuk mengakses sumber daya pendidikan yang sebelumnya tidak tersedia.

Data dari Jendela Kemdikbud.com pada 2019 menguatkan hal ini, dengan menyatakan bahwa Kemendikbud telah meluncurkan program Digitalisasi Sekolah di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, pada 18 September 2019. Pada kesempatan ini, Mendikbud membagikan komputer tablet kepada 1.142 siswa, lengkap dengan buku elektronik dan aplikasi Rumah Belajar yang dapat digunakan dengan atau tanpa jaringan Internet.

Potensi dan Tantangan

Pendukung pendidikan digital menyoroti potensi teknologi untuk mengubah cara kita belajar dengan memungkinkan personalisasi pembelajaran. Konsep ini sejalan dengan ide Paulo Freire tentang pendidikan kritis, yang menekankan pentingnya melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mereka dan mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan individu. Teknologi memungkinkan siswa belajar pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan mereka, mempercepat pembelajaran bagi yang lebih cepat dan memberikan dukungan tambahan bagi yang membutuhkannya.

Namun, kekhawatiran serius muncul tentang kesenjangan akses dan kesenjangan digital yang dapat memperdalam ketidaksetaraan sosial. Ivan Illich, dalam teorinya tentang desekularisasi pendidikan, menyoroti bagaimana institusi pendidikan modern dapat memperpetuasi ketidaksetaraan secara tidak disadari. Dalam konteks pendidikan digital, ini berarti bahwa siswa dari latar belakang ekonomi yang lebih lemah atau daerah yang kurang berkembang mungkin tertinggal dalam akses dan pemanfaatan teknologi yang diperlukan untuk pendidikan yang efektif.

 

Kesimpulan

Pendidikan digital tidak bisa disederhanakan menjadi baik atau buruk secara absolut. Meskipun memberikan banyak manfaat, tantangan dan risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dalam pendidikan juga harus diakui. Untuk mengatasi kesenjangan dan memastikan pendidikan yang inklusif, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan.

Pendidikan digital memiliki potensi besar untuk meningkatkan aksesibilitas, fleksibilitas, dan efisiensi pembelajaran. Dengan teknologi, siswa dapat mengakses sumber daya pembelajaran dari mana saja dan kapan saja, memungkinkan pembelajaran yang berkelanjutan dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Pendidikan digital juga dapat memfasilitasi kolaborasi antar siswa dan guru di seluruh dunia, memperluas wawasan dan perspektif.

Namun, tantangan kesenjangan akses tetap ada. Tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan internet, yang dapat memperburuk kesenjangan pendidikan yang sudah ada. Untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan pendidikan digital inklusif, diperlukan kerja sama lintas sektor. Pemerintah harus menyediakan infrastruktur teknologi yang diperlukan dan mengembangkan kebijakan yang mendukung aksesibilitas. Lembaga pendidikan perlu terus mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan era digital dan melatih pendidik dalam penggunaan teknologi secara efektif. Sementara itu, masyarakat juga perlu mendukung inisiatif pendidikan digital dan meningkatkan literasi digital mereka.

Dengan pendekatan bijak dan kesadaran akan kompleksitasnya, pendidikan digital memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Namun, hal ini hanya dapat tercapai jika tantangan dan risiko terkait dapat diatasi dan kita bekerja sama untuk memastikan akses yang adil dan inklus