Lailatul Mayhendra 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Pendidikan yang baik dapat mendongkrak faktor kehidupan lainnya seperti ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Dengan pendidikan pengelolaan dana, seorang individu dapat mengatur keuangannya untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Pendidikan tentang kesehatan juga dapat mendorong seseorang untuk lebih memperhatikan kesehatan dirinya sendiri dan orang sekitarnya sehingga dapat menjalankan tugas masing-masing dalam kondisi tubuh yang sehat. Adapun pendidikan lingkungan membuat manusia menyadari pentingnya menjaga lingkungan sekitar untuk kebaikan bersama. Di Indonesia sendiri, pendidikan masih mengalami berbagai hambatan yang berdampak buruk dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dua faktor yang menjadi hambatan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah diskriminasi gender dan kesenjangan yang masih tumbuh subur di lingkungan sekolah. SDGs (Sustainable Development Goals) atau yang dikenal juga dengan TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) adalah serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang di planet ini. TPB/SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan dan sasaran global tahun 2030[1]. Kesetaraan gender merupakan tujuan 5 dari SDGs yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan[2]. Adapun tujuan ke-10 dari SDGs adalah berkurangnya kesenjangan untuk mengurangi kesenjangan intra dan antar negara. Dimana pada tahun 2030, diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan inklusi sosial, ekonomi dan politik bagi semua, terlepas dari usia, jenis kelamin, disabilitas, ras, suku, asal, agama atau kemampuan ekonomi atau status lainnya[3]. Tujuan ke-5 dan ke-10 dalam SDGs ini saling berhubungan dan memiliki pengaruh yang besar dalam mewujudkan SDGs ke-4 yaitu pendidikan yang berkualitas. Dengan penerapan tujuan ke-5 dan ke-10 dalam SDGs ke-4 diharapkan suatu negara dapat menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua[4]. SDGs 4 sendiri membahas banyak masalah kesetaraan gender dalam target peningkatan kualitas pendidikan. Beberapa target SDGs 4 yang membahas permasalahan tersebut adalah target 4.1 yaitu pada tahun 2030, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah yang gratis, setara dan berkualitas yang mengarah pada hasil pembelajaran yang relevan dan efektif. Target 4.2, memastikan bahwa semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses ke pengembangan, pengasuhan, dan pendidikan prasekolah anak usia dini yang berkualitas sehingga mereka siap untuk pendidikan dasar. Target 4.3, memastikan akses yang sama bagi semua perempuan dan laki-laki ke pendidikan teknik, kejuruan, dan perguruan tinggi berkualitas yang terjangkau, termasuk universitas. Target 4.5, menghapuskan disparitas gender dalam pendidikan dan memastikan akses yang setara ke semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi mereka yang rentan, termasuk penyandang disabilitas, masyarakat adat dan anak-anak dalam situasi rentan. Target 4.6, memastikan bahwa semua pemuda dan sebagian besar orang dewasa, baik pria maupun wanita, mencapai kemampuan baca-tulis dan berhitung. Serta target 4.A yaitu membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan yang ramah terhadap anak, disabilitas, dan gender dan menyediakan lingkungan belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif dan efektif untuk semua[5]. Adapun SDGs ke-10 yaitu berkurangnya kesenjangan juga menjadi target SDGs ke-4 sebagaimana dibahas dalam target dan indikator SDG 4 khususnya target 4.B yaitu secara substansial memperluas secara global jumlah beasiswa yang tersedia untuk negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, negara berkembang kepulauan di kecil dan negara Afrika, untuk pendaftaran di perguruan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, teknik, mesin, dan program ilmiah di negara maju dan negara berkembang lainnya. Serta target 4.C, dimana secara substansial meningkatkan pasokan guru yang berkualitas, termasuk melalui kerjasama internasional untuk pelatihan guru di negara berkembang, terutama negara kurang berkembang dan negara berkembang di kepulauan kecil[6]. Jadi, bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam mencapai target SDG 4 sehubungan dengan SDG 5 dan SDG 10 dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di masa depan? Salah satu caranya adalah dengan menerapkan P5 Kurikulum Merdeka di lingkungan sekolah. P5 atau yang dikenal sebagai Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu dalam mengamati, mengeksplorasi, dan/atau merumuskan solusi terhadap isu atau permasalahan nyata yang relevan bagi Peserta Didik[7]. Profil pelajar pancasila ini dapat digunakan untuk menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan, menjadi panduan pengembangan karakter bagi pendidik dan pelajar Indonesia serta tujuan akhir seluruh pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan [8]. Profil Pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap peserta didik melalui: budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler (setidak-tidaknya dalam bentuk projek), ataupun ekstrakurikuler. Adapun perencanaan dan pelaksanaan projek penguatan profil pelajar pancasila dapat dilakukan dalam lima hal yaitu membentuk tim fasilitator projek penguatan profil pelajar Pancasila, mengidentifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan, merancang dimensi, tema, dan alokasi waktu projek penguatan profil pelajar Pancasila, menyusun modul projek, serta merancang strategi pelaporan hasil projek [9]. Melalui penerapan dan pelaksanaan P5 dalam lingkungan sekolah dengan memperhatikan tujuan SDGs ke-5 dan ke-10, diharapkan negara Indonesia dapat mencapai SDGs ke-4 yaitu pendidikan yang berkualitas menuju masa depan dengan pembangunan yang berkelanjutan. Referensi: [1] SDGs Bappenas. Apa itu SDGs? Diakses pada 30 Juni 2024, dari https://sdgs.bappenas.go.id/ [2] SDGs Bappenas. 5 Kesetaraan Gender. Diakses pada 30 Juni 2024, dari https://sdgs.bappenas.go.id/17-goals/goal-5/ [3] SDGs Bappenas. 10 Berkurangnya Kesenjangan. Diakses pada 30 Juni 2024, dari https://sdgs.bappenas.go.id/17-goals/goal-10/ [4] SDGs Bappenas. 4 Pendidikan Berkualitas. Diakses pada 30 Juni 2024, dari https://sdgs.bappenas.go.id/17-goals/goal-4/ [5] Quick Guide to Education Indicator for SDG4 (UNESCO) [6] SDG Academy Indonesia. SDG Mobile Learning Program [7] Merdeka Mengajar. (2024). Pengertian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Diakses pada 30 Juni 2024, dari https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/30194934594585-Pengertian-Projek-Penguatan-Profil-Pelajar-Pancasila [8] Merdeka Mengajar. (2024). Pengertian dan Penerapan Profil Pelajar Pancasila. Diakses pada 30 Juni 2024, dari Pengertian dan Penerapan Profil Pelajar Pancasila – Merdeka Mengajar (kemdikbud.go.id) [9] Merdeka Mengajar. (2024). Alur Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Diakses pada 30 Juni 2024, dari https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/14154290859801-Perencanaan-dan-Pelaksaanaan-Projek-Penguatan-Profil-Pelajar-Pancasila