Dyan Arfiana Ayu Puspita 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Satu minggu ini menjadi minggu yang menyenangkan. Bersama dengan rekan-rekan calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 11, saya belajar tentang pemikiran-pemikiran dasar Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang ada pada modul 1.1. Pemikiran pertama yang kami pelajari yaitu tentang pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Melalui pemikiran ini, kami jadi sadar bahwa menciptakan manusia Indonesia yang beradab adalah tanggung jawab dari seorang pendidik. Pendidik bertanggungjawab untuk menjadi sumber energi positif bagi anak didiknya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan mampu mentransformasikan energi tersebut ke bentuk energi lain yang lebih luar biasa. Pemikiran KHD selanjutnya yaitu yang berkaitan dengan tujuan Pendidikan. Disebutkan oleh KHD bahwa tujuan Pendidikan adalahmenuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Kata kunci dari pemikiran tersebut ada pada kata ‘menuntun’. Oleh karena itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Selama proses “menuntun” terjadi, anak diberi kebebasan. Namun, pendidik tetap memberikan tuntutan dan arahan karena pendidik berperan sebagai ‘pamong’. Ada pula konsep kodrat alam dan kodrat zaman pada pemikiran KHD. Melalui pemikiran ini, kami belajar bahwa pendidikan yang diberikan pada peserta didik haruslah menyesuaikan dengan kondisi perkembangan jaman serta potensi anak. Kodrat alam dan kodrat zaman sangat penting dalam pendidikan. Kodrat alam tidak bisa dilepaskan dari individu peserta didik sebagai manusia. Sedangkan kodrat zaman adalah bentuk penyesuaian terhadap jaman yang terus berubah. Terakhir, kami juga belajar tentang filosofi KHD terkait budi pekerti. Budi pekerti disebut juga dengan watak atau karakter. Budi pekerti lahir dari perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Dengan kata lain, proses pendidikan menurut KHD menekankan pada 3 hal utama, yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut KHD, pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa. Refleksi Diri dan Perubahan Pemikiran Sebelum saya mempelajari filosofi pendidikan KHD, saya berpikir bahwa mengajar dan mendidik adalah dua hal yang sama. Keduanya, sama-sama proses mentransfer ilmu pengetahuan. Namun, setelah mempelajari filosofi pendidikan KHD, saya jadi memahami bahwa mengajar dan mendidik adalah dua hal yang berbeda. Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan, informasi, dan keterampilan dari seorang pendidik kepada peserta didik. Aktivitas mengajar cenderung berfokus pada aspek akademis dan keahlian spesifik. Dengan kata lain, aktivitas mengajar berorientasi pada transfer pengetahuan dan keterampilan dari guru kepada siswa. Sedangkan makna mendidik mencakapun pada upaya yang lebih luas dan komprehensif. Dalam mendidik, tidak hanya pengetahuan akademis yang ditransfer, tetapi juga nilai-nilai, sikap, keterampilan sosial, dan pengembangan karakter positif. Pendidikan tidak terbatas pada ruang kelas, melainkan juga melibatkan interaksi dengan masyarakat, pengalaman di luar sekolah, dan pembelajaran sepanjang hayat. Selain itu, awalnya saya juga meyakini bahwa murid layaknya kertas kosong yang belum memiliki pengetahuan apa-apa. Rupanya, pemahaman saya keliru. Murid bukanlah kertas kosong, melainkan kertas yang masih buram tinta yang tergores di dalamnya. Disinilah peran guru bagaimana menebalkan tinta buram tersebut menjadi tulisan yang jelas terbaca. Perubahan Perilaku Mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara tak hanya membuat saya mendapatkan pemikiran-pemikiran baru, tapi juga membawa saya pada perubahan perilaku yang lebih baik. Diantaranya, saya tak lagi berorientasi pada proses transfer ilmu, tapi juga pada potensi-potensi yang dimiliki siswa. Saya juga jadi lebih berusaha untuk memahami kondisi murid, apa yang mereka hadapi dan alami dalam kehidupannya. Hal tersebut saya lakukan sebagai bentuk pendampingan pada setiap proses tumbuh kembangnya laku anak agar menjadi pribadi yang lebih baik. Pada proses pembelajaran di kelas pun, saya berusaha untuk melakukan proses pembelajaran yang berdiferensiasi. Semata, karena saya meyakini bahwa murid memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda dalam memahami sesuatu. Disinilah para pendidik mengambil peran, yaitu dengan mengelola pembelajaran agar setiap murid dapat belajar secara Merdeka. Saat ini, saya juga lebih sering menempatkan diri sebagai pamong yang menuntun dan mengarahkan segala potensi yang ada pada diri murid. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran KHD yang menyebutkan bahwa guru bukanlah sumber utama atau satu-satunya tentang pembelajaran. Langkah yang akan dilakukan Selanjutnya setelah mempelajari pemikiran-pemikiran KHD, saya berencana untuk melakukan aksi nyata tindak lanjut. Misalnya, dengan melakukan asesmen diagnostik non kognitif dan pemetaan bakat-minat potensi murid. Asesmen ini penting dilakukan karena potensi dan kebutuhan murid belajar yang beraneka ragam. Hasil asesmen nantinya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi pembelajaran. Hal lain yang akan saya lakukan adalah menggali ide kreatif dan inovatif untuk pembelajaran yang akan saya lakukan. Tujuannya, supaya pembelajaran di kelas jadi leih bervariasi. Dengan melakukan variasi pembelajaran, diharapkan pembelajaran dapat lebih menyenangkan sehingga memotivasi siswa untuk belajar. Tak lupa, saya juga akan mendesain dan menjalankan pembelajaran yang berpihak pada murid. Terakhir, dalam pembelajaran yang saya lakukan saya juga akan senantiasa menanamkan nilai-nilai budi pekerti berupa pembiasaan-pembiasaan baik, seperti berdoa, menanyakan kabar dan mendoakan hal yang baik untuk murid, selalu memberikan apresiasi setiap proses belajar murid, selalu memberikan kata-kata positif satu sama lain, memberikan teladan sikap, berani mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan dan terima kasih untuk bantuan/pujian. Dyan Arfiana A.P., S.Pd CGP Angkatan 11 BBGP Jawa Tengah