Rahiswarie Kresnawati Silvestri 0shares AKSI NYATA TOPIK 4. PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA Read More Nama : Rahiswarie Kresnawati Silvestri Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Dosen Pengampu : Magdalena Chori, M.Pd Pada tahap ini, Mahasiswa meninjau ulang keseluruhan materi dari ‘Mulai dari Diri’ hingga ‘Elaborasi Pemahaman’ untuk membuat ‘Koneksi Antar Materi’ sebagai kesimpulan penguasaan materi ‘Perjalanan Pendidikan Nasional’. Saat ini saya merupakan calon guru profesional yang sedang menempuh pendidikan PPG Prajabatan yang nantinya ketika lulus akan menjadi salah satu agen perubahan bangsa untuk menjadi tenaga pendidik profesional. Saya menempuh pendidikan PPG Prajabatan program studi Bimbingan dan konseling sehingga nantinya akan menjadi Guru BK untuk para siswa di SMP atau SMA. Diharapkan dengan mengikuti perkuliahan PPG Prajabatan ini, saya mampu memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan layanan. Sehingga saya juga yakin bisa menjadi Guru BK yang profesional untuk para peserta didik dan menghilangkan pandangan bahwa Guru BK bukan polisi sekolah sehingga peserta didik juga merasa aman dan nyaman jika ingin berinteraksi dengan Guru BK. Sebagai seorang guru pastinya menginginkan agar para peserta didik bisa cerdas dalam akademik, berkarakter, dan berakhlak baik. Untuk mewujudkan keinginan tersebut berbagai cara atau tindakan dilakukan oleh seorang guru, meskipun terkadang sedikit berlebihan namun hal itu semata-mata sebagai wujud rasa kasih sayang seorang guru kepada peserta didik. Sebagai Guru BK sudah seharusnya untuk selalu menjadi pendengar yang baik dan tidak menghakimi untuk para peserta didik. Guru BK harus mampu memberikan layanan yang sesuai yang dibutuhkan peserta didik sehingga mereka tidak perlu ragu untuk menceritakan permasalahan yang dialami. Untuk menjadi Guru BK yang baik dan disenangi oleh para peserta didik adalah dengan menjadi teman mereka yakni bisa beinteraksi layaknya seperti teman namun tetap memberikan batasan dan selalu tegas kepada mereka. Guru BK tidak harus selalu berpihak kepada peserta didik karena jika memang mereka membuat kesalahan sudah seharusnya sebagai Guru BK membimbing peserta didik tersebut dan tidak membenarkan tindakannya yang sekiranya menyimpang atau bermasalah sehingga diharapkan peserta didik tidak melakukan kesalahan yang sama. Model-model pendidikan yang telah dianut saat ini sebenarnya sudah memperlihatkan kemerdekaan dalam pendidikan di Indonesia. Dari menteri pendidikan juga sudah menganut kurikulum Merdeka Belajar yang diambil oleh pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Namun kenyatannya pada dilapangan masih banyak sekolah yang belum terbuka dan siap dengan keputusan pemerintah tersebut. Konsep kurikulum Merdeka Belajar memiliki perbedaan yang signifikan dengan kondisi pendidikan zaman kolonial. Merdeka Belajar adalah gagasan pendekatan pendidikan yang memberikan kebebasan lebih besar kepada peserta didik dalam mengelola pembelajaran mereka, sementara pendidikan zaman kolonial di Indonesia cenderung mencerminkan kontrol yang lebih besar oleh pemerintah kolonial. Kurikulum Merdeka Belajar lebih menekankan pada inovasi dan kreativitas dalam pendekatan pembelajaran. Peserta didik didorong untuk berpikir kritis, mengeksplorasi ide-ide baru, dan mengembangkan keterampilan berpikir mandiri. Konsep kurikulum Merdeka Belajar mencerminkan arah yang lebih inklusif, demokratis, dan berorientasi pada kebebasan dan partisipasi peserta didik, yang merupakan perubahan signifikan dari pendekatan pendidikan yang mungkin terjadi selama zaman kolonial. Ini juga sejalan dengan semangat kemerdekaan dan upaya untuk menciptakan sistem pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap anak dan setiap anak memiliki potensi untuk berkembang. Beliau menekankan perlunya memberikan pendidikan kepada semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial atau latar belakang budaya. Beliau juga seringkali menekankan pada konsep pendidikan yang inklusif, merdeka, dan berorientasi pada perkembangan pribadi peserta didik. Dalam pidatonya telah membahas kebutuhan untuk meninggalkan model pendidikan kolonial yang terbatas dan cenderung mendiskriminasi. Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara artinya menjadikan manusia sebagai manusia yang merdeka baik secara fisik, mental dan kerohanian. Manusia yang merdeka memiliki arti bahwa manusia merupakan seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari aspek kemanusiannya serta manusia yang mampu dalam menghormati serta dapat menghargai manusia lainnya. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi peserta didik Abad ke- 21, tentu sangat berbeda dengan para peserta didik di pertengahan dan akhir abad ke-20. Pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan siswa untuk memiliki Keterampilan Abad 21. Mengenai pendidikan dengan perspektif global, Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik. Praktik pendidikan saat ini yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar dengan melihat perjalanan pendidikan nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan salah satunya adalah masih banyaknya sekolah yang jauh dari jangkauan dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan masih banyak yang memprihatinkan, terutama di sekolah-sekolah terpencil banyak fasilitas yang masih minim, dalam segi jumlah dan kualitasnya. Fasilitas yang tidak memadai seperti ruang kelas yang bocor, kursi, meja, rak-rak dan sejenisnya yang rusak dan sudah tidak layak pakai, dalam hal ini fasilitas kegiatan belajar tersebut dapat mengganggu proses belajar peserta didik dan jauh dari tidak layaknya pembelajaran. Selain itu, kurangnya tenaga kependidikan yang berkualitas dapat menyebabkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya pendidikan karena kurangnya fasilitas sekolah dan kurangnya pendidikan saat ini. Refleksi diri Setelah mempelajari topik 1 pada mata kuliah Filosofi Pendidikan, saya memperoleh banyak pengetahuan baru dan terdapat beberapa perubahan yang saya rasakan yakni saya dapat mengetahui sejarah perjalanan Sistem Pendidikan Nasional dari masa sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan bahkan pendidikan saat ini, saya dapat mengetahui beberapa pemikiran yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam kaitannya dengan Filosofi Pendidikan yang selanjutnya diadaptasi dan diimplementasikan pada pendidikan saat ini yakni Merdeka Belajar, Saya menjadi tahu bahwa guru bukan hanya mengajar, namun harus menjadi teladan, membangun cita-cita, dan memberi dukungan kepada peserta didik. Ketika saya menjadi guru, maka saya akan menerapkan prinsip kemerdekaan belajar atau merdeka belajar dengan cara memberikan kebebasan kepada setiap peserta didik untuk mengembangkan minat dan potensi yang ada di dalam dirinya. Sebagai guru saya juga harus terlibat dalam menumbuhkan karakter yang baik kepada peserta didik.