fbpx
Freepik/diana.grytsku

#DiIndonesiaAja

Selamat datang di negeri rimpah lohjinawi. Negeri dengan seribu pesona di tiap penjurunya. Indonesia terkenal dengan keindahan alamnya, dan hampir di setiap tempat (daerah) memiliki sumber daya alam yang berpotensi menjadi wisata. Bukan hanya wisata alamnya saja yang berpotensi, namun juga wisata sejarah dan budayanya. Negeri kita memiliki mega biodiversity dalam hal keanekaragaman hayati, begitu pun dengan keragaman suku dan budayanya. Keberagaman tersebut terwujud pada rumah adat, pakaian adat, tarian daerah, bahasa daerah, hingga makanan khas daerah yang ada di tiap provinsi di Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi potensi wisata yang besar jika kita menjaga, mengemas, dan menampilkan dengan baik.

Keanekaragaman hayatinya tersimpan di darat, laut, dan udara. Hutan-hutannya menjadi rumah bagi hewan-hewan dan tumbuhan endemik yang hanya ada disini. Daratannya pun menjadi tempat dari kadal purbakala terbesar di dunia yang hanya hidup disini. Tanahnya menyimpan bukti-bukti sejarah, fosil-fosil dan berbagai benda arkeologi. Gua-guanya menyimpan lukisan purba yang menjadi bukti kecerdasan manusia purbakalanya. Tanahnya yang subur menyediakan kopi terbaik di dunia. Batu monolit terbesar dan tertinggi di dunia juga ada di daratannya. #DiIndonesiaAja

Tak hanya daratannya yang subur nan indah, lautnya pun menyimpan kekayaan alam sekaligus potensi pariwisata yang besar. Pantainya yang indah dengan pasir yang beragam jenis dan warnanya, karang-karangnya yang estetik menjadi penghias pantai, ombaknya yang diburu para surfer, dan bawah lautnya yang tidak hanya kaya akan terumbu karang dan keanekaragaman hayati, namun juga menyimpan sejarah dan harta karun kapal-kapal perang. #DiIndonesiaAja

Namun, dibalik semua keindahan itu tersimpan potensi bencana yang ada di negeri ini, dan menjadi pembentuk keindahan alam itu sendiri. Dataran negeri ini dipenuhi gunung berapi yang terbentang sepanjang pesisir barat Sumatera hingga ke Sulawesi yang dikenal dengan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik. Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng pasifik dan merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa di bumi dan hampir semuanya merupakan gempa besar di dunia (geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id). Letusan gunung apinya juga membentuk danau vulkanik terbesar di dunia dan terluas se-Asia Tenggara yang terletak di Sumatera Utara. #DiIndonesiaAja

Negeri kita ini supermarketnya bencana. Bencana apa saja ada disini. Coba teman-teman pembaca sebutkan. Ya benar, mulai dari bencana hidrometeorologi, bencana geologi, sampai bencana seperti jatuhnya pesawat dan tenggelamnya kapal selam terjadi disini. Potensi bencana ini harus diperhatikan dalam pembangunan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan, sesuai dengan salah satu dari tiga prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yaitu no-one left behind. Potensi bencana ini juga harus dikelola melalui upaya mitigasi, adaptasi dan pengurangan risiko bencana.

Pariwisata berkelanjutan merupakan konsep wisata yang memberikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, ekonomi untuk masa kini dan masa depan, baik itu bagi masyarakat lokal maupun wisatawan (kemenparekraf.go.id). Apalagi di masa sekarang ini tren gaya hidup ramah lingkungan sedang naik dan masyarakat juga sudah lebih sadar akan keberlanjutan alam. Maka, selain mempertimbangkan keindahan dan fasilitas wisata yang ditawarkan, wisatawan juga akan mempertimbangkan aspek lingkungan, keamanan, akses, kebersihan, dan kenyamanan dalam memilih destinasi wisata. Aspek keamanan sangat penting karena dapat memberikan rasa tenang ketika berwisata. Keamanan lokasi wisata maupun keamanan politik menjadi pertimbangan yang serius terutama bagi wisatawan mancanegara. Keamanan dan kenyamanan berwisata juga bisa menjadi magnet bagi wisatawan. Akses yang mudah, terjangkau dan aman juga menjadi pertimbangan dalam memilih destinasi wisata. Transportasi yang mudah diakses, terjangkau, dan aman juga perlu disediakan. Peta lokasi wisata ada dimana-mana, dan tersedianya panduan tempat wisata yang wajib dikunjungi (rekomendasi) lengkap dengan cara untuk sampai disana. Kekurangan destinasi wisata di Indonesia yang tergambarkan oleh wisatawan adalah tidak bersih dan tidak terawat, salah satunya toilet (KH. Ma’ruf Amin saat masih menjabat Ketua Umum MUI, dikutip dari republika.co.id)

Masalah keamanan yang nyata terjadi adalah ketika wisatawan lokal menjadi takut untuk berkunjung ke suatu tempat wisata setelah dipasang papan tanda daerah rawan bencana. Penulis mendengar cerita dari teman penulis yang sedang melakukan penelitian di Pantai Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Ia bertanya kepada pengelola kawasan pariwisata dan kepada masyarakat lokal yang berjualan di sekitar pantai, bagaimana tingkat kunjungan wisatawan setelah pantai Tanjung Lesung dihantam tsunami pada Desember 2018 lalu. Jawaban mereka sama yaitu jumlah kunjungan mengalami penurunan. Hal lain yang mengejutkan adalah ketika pedagang bercerita bahwa setelah dipasangnya papan tanda daerah rawan bencana tsunami di dekat pantai Tanjung Lesung, wisatawan lokal malah jadi takut dan tidak mau lagi datang ke pantai. Hal tersebut yang mungkin luput dari pandangan, bahwa betapa pentingnya edukasi kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat, agar tidak takut terhadap bencana melainkan dapat beradaptasi dan hidup berdampingan dengan bencana serta tangguh dalam menghadapinya. Dalam konteks ini, pelaku wisata juga dituntut agar bisa mengembalikan kepercayaan wisatawan terhadap keamanan dan pelayanannya setelah suatu destinasi wisata terkena bencana. Kementerian pariwisata dan pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam membantu para pelaku pariwisata untuk pulih dan bangkit setelah terkena bencana. Sinergi yang baik antara pemerintah pusat, daerah, pelaku pariwisata, dan masyarakat lokal dapat membentuk kelembagaan yang tangguh sesuai dengan TPB ke-16.

Papan tanda daerah rawan bencana. Sumber gambar: dok.pribadi U-INSPIRE Indonesia

Adanya potensi bencana menjadi tantangan sekaligus berkah bagi pariwisata Indonesia. Manajemen risiko bencana harus terintegrasi dengan infrastruktur pariwisata baik, seperti tanda atau rambu-rambu di daerah wisata yang rawan bencana, jalur evakuasi, titik kumpul dan shelter yang memadai serta sistem peringatan dini yang efektif. Potensi bencana bisa menjadi berkah jika dilihat sisi positifnya. Misalnya, dengan membuat museum bertema bencana seperti museum tsunami Aceh, atau membuat pameran karya seni dari barang-barang yang tersisa setelah terjadi bencana. Barang-barang yang tersisa dari kejadian bencana ini menyimpan banyak kenangan bagi para korban selamat, dan itu dapat diabadikan dalam bentuk karya seni yang bercerita. Secara sederhana juga bisa, misalnya BPBD setempat mengadakan kegiatan pameran barang-barang saksi kejadian bencana atau salah satu ruangan di kantornya dijadikan tempat menyimpan karya seni dan cerita sejarah bencana di tempat tersebut. Para lansia juga dapat berpartisipasi menjadi penutur sejarah, menceritakan pengalamannya saat kejadian bencana di masa lampau. Bisa juga menonton bersama dokumentasi kejadian bencana di tempat tersebut sebagai pengingat bahwa sewaktu-waktu bencana tersebut dapat terjadi lagi. Musik juga bisa menjadi media bercerita pengalaman para penyintas bencana. Pameran seni benda-benda peninggalan bencana serta pertunjukkan musik gratis juga bisa meningkatkan awareness atau tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.

Pariwisata yang inklusif dapat berupa wisata yang melibatkan partisipasi masyarakat, seperti kampung tema dan desa wisata. Misalnya, di Kota Tangerang tempat penulis tinggal saat ini, ada 17 kampung tematik yang bisa menjadi pilihan destinasi wisata urban bagi masyarakat lokal maupun luar kota. Pembangunan dan pengelolaan kampung tematik ini melibatkan masyarakat khususnya pemuda yang tinggal di kampung tersebut. Pelibatan ini membuat masyarakat kampung menjadi lebih berdaya dan terbentuk rasa memiliki yang tinggi terhadap lingkungan kampungnya sehingga lebih menjaga dan merawat. Hal ini juga mendorong implementasi TPB ke-11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan. Alternatif lain wisata inklusif adalah dengan memperbanyak taman-taman kota dan taman bermain bagi anak-anak. Wisata inklusif lain yang dapat menjangkau masyarakt luas adalah walking tour. Ada banyak cara dan pilihan untuk berwisata, tak harus mewah dan mahal, jalan kaki pun bisa jadi kegiatan wisata atau yang dikenal dengan wisata jalan kaki (walking tour) seperti yang diinisiasi oleh Jakarta Good Guide. Peserta dibawa mengeksplorasi lokasi-lokasi menarik seperti tempat bersejarah ataupun kampung budaya dengan berjalan kaki. Walking tour dapat menjadi salah satu pilihan wisata yang merakyat dan memiliki keunikan tersendiri dari pengalaman yang dirasakan. Wisata urban juga bisa dengan membuka atau memberikan tiket museum gratis untuk masyarakat seperti yang dilakukan di Paris. Wisata edukasi melalui museum juga dapat meningkatkan literasi masyarakat terutama anak-anak. Ecotourism juga dapat menjadi pilihan wisata urban yang sangat diminati terutama untuk wisata edukasi anak-anak seperti farming dan outbond.

Wisata halal juga dapat menjadi salah satu pilihan yang menjanjikan untuk mengembangkan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan serta taat protokol kesehatan. Dikutip dari laporan Mastercard Crescentrating Global Travel Market Index 2019, yang memprediksi akan ada 230 juta wisatawan muslim secara global pada 2026. Pasar wisata halal di Indonesia pun sangat besar mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia juga meraih peringkat pertama sebagai wisata halal terbaik dunia pada tahun 2019 yang ditetapkan oleh Global Muslim Travel Index (GMTI). Ada empat indikator utama yang menjadi penilaian yaitu aksesibilitas, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Konsep dan pengertian wisata halal yang dimaksud adalah inklusifitas dari faktor-faktor pariwisata yang sejalan dengan prinsip-prinsip halal dalam Islam. Misalnya penyediaan pangan halal di restoran dan hotel, ketersediaan tempat ibadah, hotel serta restoran yang memiliki standar kehalalan dan sudah tersertifikasi halal oleh lembaga terkait, juga masalah kesehatan dan higienitas terutama pada layanan. Mulai dari tersedianya tempat ibadah yang bersih termasuk toilet dan tempat wudhunya serta adanya penunjuk arah kiblat. Islam sangat memerhatikan kesehatan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Muslim harus menjalankan ibadah solat 5 waktu dalam sehari, dan sebelum solat harus dalam keadaan bersih baik diri dan tempat ibadahnya, maka dari itu harus berwudhu terlebih dahulu. Dengan tersedianya tempat wudhu dan toilet yang bersih ini memungkinkan setiap orang untuk mencuci tangan di air yang mengalir dengan sabun sesuai protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Hal ini juga sejalan dengan TPB ke-6 yaitu Air bersih dan sanitasi layak. Makanan dan minuman halal juga vegetarian friendly yang bisa berupa plant based food. Prinsip halal dalam Islam juga memerhatikan higienitas dalam penyajian makanan, termasuk alat yang digunakan dalam proses pengolahan makanan/minuman dan prosesnya itu sendiri.

Wisata halal juga harus memerhatikan aspek kesehatan lingkungan sesuai dengan prinsip dalam Islam yang menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman. Konsep wisata halal selain pengelolaan destinasi, juga berkaitan dengan bagaimana destinasi wisata mengelola keuangannya, harus menerapkan prinsip keuangan syariah. Bila perlu bisa mengadakan paket tour wisata syariah dengan pemandu dan pelayanan yang bersertifikasi halal. Bagian penting lainnya dari konsep wisata halal adalah bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Hotel, resort, restoran, dan pengelola tempat wisata harus memiliki skema pengelolaan sampah yang berkelanjutan agar sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata tidak mencemari lingkungan dan berakhir di land fill atau mengalir ke laut. Hal ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-14 dan 15 yaitu Ekosistem Laut dan Ekosistem Daratan. Misalnya dengan mengganti produk atau kemasan sekali pakai ke kemasan pakai ulang, seperti yang penulis pernah temui di salah satu hotel di Bali yang menggunakan air mineral lokal dalam botol kaca yang dapat dipakai berulang. Pelaku pariwisata juga harus memilah dan memisahkan sampahnya, sampah organik dan anorganik harus dipisah agar mudah untuk mendaur ulangnya. Sampah organik dapat dikomposkan, dan sampah anorganik dapat dijadikan kerajinan. Para pelaku pariwisata juga harus memerhatikan manajemen food loss and waste-nya, karena dalam Islam tidak boleh menyia-nyiakan apalagi membuang makanan. Jangan sampai makanan wisatawan menjadi sumber food loss karena tidak diolah dengan baik dan higienis. Jika ada sisa makanan, usahakan jangan sampai menjadi food waste dan dibuang begitu saja, lebih baik dimanfaatkan atau dibagikan kepada gerakan-gerakan seperti Garda Pangan ataupun Surplus. Indonesia menjadi negara terbesar kedua penghasil sampah makanan di dunia. Di sisi lain, ada 8,34% atau sekitar 2,25 juta penduduk Indonesia yang kekurangan pangan pada tahun 2020 menurut laporan BPS. Makanan yang bersisa bisa diberi kepada yang membutuhkan, hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-2 yaitu zero hunger atau tanpa kelaparan.

Strategi pengelolaan food loss and waste juga sebagai upaya mendukung pembangunan pariwisata yang rendah karbon dan ekonomi sirkular. Sejalan juga dengan TPB 12.3 yang bertujuan pada tahun 2030, mengurangi separuh dari food waste per kapita di tingkat ritel dan konsumen serta mengurangi food lost di tahap produksi dan sepanjang rantai pasok, termasuk kehilangan di pasca-panen. Pembangunan yang rendah karbon juga sejalan dengan SDG/TPB 13 yaitu Climate Action atau Penanganan Perubahan Iklim. Wisata halal juga merujuk pada layanan tambahan amenitas, atraksi, dan aksesibilitas yang ditujukan dan diberikan untuk memenuhi pengalaman, kebutuhan, dan keinginan wisatawan muslim. Wisata halal yang inklusif dan berkelanjutan juga dapat menyerap tenaga kerja yang besar dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-8 yaitu Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Dikutip dari CNN Indonesia, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut Indonesia memiliki potensi wisata halal yang besar, serta akan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan menjadi pemulih ekonomi dalam sektor pariwisata.

Sumber :

Arief: Terus Kawal dan Dukung Kampung Tematik di Kota Tangerang. https://www.tangerangkota.go.id/berita/detail/20441/arief-terus-kawal-dan-dukung-kampung-tematik-di-kota-tangerang, diakses pada 20 September 2020

Bagaimana sih Konsep dan Pengertian Wisata Halal?. https://www.republika.co.id/berita/qw7icb440/bagaimana-sih-konsep-dan-pengertian-wisata-halal, diakses pada 20 September 2021

ISTC: Mendorong Percepatan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia. https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/ISTC%3A-Mendorong-Percepatan-Pariwisata-Berkelanjutan-di-Indonesia, diakses pada 29 September 2021

Jalan Kaki Di Jakarta – Wisata Mudah, Bayar Seikhlasnya. Watchdoc Image. https://www.youtube.com/watch?v=IiN1khmZKHw, diakses pada 20 September 2021

Potensi Pengembangan Wisata Halal di Indonesia. https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Potensi-Pengembangan-Wisata-Halal-di-Indonesia-, diakses pada 20 September 2021

Sandiaga Nilai Pariwisata Halal Dapat Ciptakan Lapangan Kerja. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210805094650-97-676660/sandiaga-nilai-pariwisata-halal-dapat-ciptakan-lapangan-kerja, diakses 30 September 2021

Yogyakarta dan Ring of Fire. https://geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id/2019/09/20/yogyakarta-dan-ring-of-fire/, diakses 29 September 2021