fbpx
Kegiatan Pembuatan Layang-Layang

Teplok Langit Semarang: Integrasi Pendidikan Kesetaraan Gender dalam P5

Gambar 1. Puncak Tema P5 “Teplok Langit Semarang”

Di manapun tempatnya, langit senantiasa memberikan keindahan dan harapan. Di pagi hari, langit tampak memberikan kesejukan akan warna biru yang dihangatkan oleh terbitnya sang surya. Di siang hari, langit menampilkan kegagahan dalam menaungi kehidupan. Pada sore hari, langit memperlihatkan kenyamanan dengan nada sendu untuk sebuah peristirahatan, dan di malam hari langit menyimpan gelap untuk sebuah rahasia di hari berikutnya.

“Teplok Langit Semarang” merupakan sebuah tema kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilaksanakan di SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang. Sebuah diksi nyentrik “teplok” menjadi pilihan untuk mngingatkan anak-anak generasi emas bahwa pendahulu kita dulu hidup dalam gelap. Namun dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka teplok (sebuah lampu kecil dengan bahan bakar minyak) saat ini telah tergantikan oleh lampu-lampu listrik.

Gambar 2. Jadwal Kegiatan P5

Kegiatan P5 dengan tema “Bhinneka Tunggal Ika” seyogyanya bukan menelaah tentang energi terbarukan dari lampu teplok menjadi lampu listrik. Namun kegiatan P5 ini lebih menyoroti bagaimana anak-anak mampu menghiasi langit kota Semarang dengan cahaya-cahaya indah yang dalam hal ini akan dibuatlah sebuah alat permainan tradisional yaitu layang-layang.

Kegiatan yang dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2023 ini bertepatan dengan bulan kemarau. Terik matahari sedang panas-panasnya dan angin pun mulai bisa dipermainkan dalam berbagai aktivitas termasuk dalam permainan. Tim P5 SDN Gajahmungkur 03 melihat banyak anak didik kami yang suka membeli laying-layang sepulang sekolah. Jika kami tanya

“Nak, berapa rupiah kamu membeli layang-layang?”

Harga yang terjawab oleh mereka pun bervariasi antara 3.000 sampai 10.000 rupiah bergantung dari bentuk, ukuran, dan juga bahan laying-layang. Hal ini menginisiatif kami untuk mengajak anak-anak belajar leih kritis terkait permainan tradional khususnya laying-layang dengan menghubungkan tema ini pada pemanfaatan iklim kemarau dengan bijak. Oleh karena itu, modul P5 layanganku dengan tema “Teplok Langit Semarang” kami susun sebagai kegiatan projek yang kaya manfaat bagi bekal kehidupan mereka kelak.

Setelah modul P5 tersusun, tim P5 khususnya guru kelas 1 dan 4 melakukan sosialisasi kepada orang tua/wali. Sosialisasi dilakukan melalui grup whatsapp dan flyer. Kegiatan dimulai dengan launching P5 yang dilaksanakan bersamaan dengan upacara bendera. Setelah itu anak-anak mengikuti lokakarya yang disii oleh tim. Tim P5 ada kegiatan ini adalah kepala sekolah, guru kelas 1 dan 4, serta guru mata pelajaran PJOK, guru PAI, dan guru pendidikan agama Kristen.

Lokakarya yang diikuti oleh peserta didik kelas 1 dan 4 itu berisi materi dan wawasan tentang macam-macam permainan tradisional, mempraktikkan permaianan tradisional, mengenal berbagai macam bentuk layang-layang, menonton video festival layang, berimajinasi membuat layang-layang dalam bentuk gambar, membuat desain layang-layang secara berkelompok, dan yang terakhir adalah pembuatan layang-layang bersama orang tua sebagai kegiatan puncak dalam pelaksanaan P5.

Perbedaan kegiatan pembuatan layang-layang kali ini dibandingkan kegiatan sebelumnya adalah adanya kolaborasi antara orang tua (ayah/ibu/kakek/nenek/kakak/paman) dalam pembuatan layang-layang. Semua peserta yang hadir pada hari itu tampak gembira. Beberapa orang tua merasa seperti kembali pada masa lalu. Setelah sekian lama tidak membuat layang-layang, pada hari puncak P5 orang tua dituntut kepiawaiannya untuk membuat layang-layang. Di sini dapat dilihat tidak hanya orang tua dengan genre laki-laki (ayah/kakek/paman/kakak laki-laki saja yang hadir). Namun beberapa ibu juga tampak hadir menemani anak-anak mereka dalam pembuatan layang-layang. Meskipun beberapa tampak kesulitan dalam menimbang benang, namun hal itu tidak mengurangi rasa sayang dan semangat untuk membantu anak-anak dalam membuat layang-layang yang indah.

Gambar 2. Kegiatan Pembuatan Layang-Layang

Satu momen istimewa juga disampaikan oleh peserta didik kelas 4. Mereka bergantian memberikan setangkai bunga mawar kepada orang tua/wali mereka yang hadir pada hari itu.

“Saya sayang ibu”

“Saya sayang Oma”

Beberapa ucapan mesra terucap dari anak-anak cantik dan ganteng SDN Gajahmungkur 03. Selain untuk melatih kerja sama dan kekompakan, kegiatan ini diharapkan juga dapat membangun bounding antara orang tua dan anak. Banyak orang tua mulai lupa kapan terakhir mengucapkan kata sayang kepada anaknya. Begitupula dengan anak-anak, seringkali mereka merasa gengsi untuk menyampaikan rasa sayang ke orang tuanya. Apalagi pada orang tua yang lawan jenis. Mereka merasa canggung atau bahkan merasa aneh dengan ucapan kata sayang. Oleh karena itu, di momen puncak karya P5 ini, sekolah mencoba mendesain kegiatan yang nyaman dan penuh cinta antara orang tua dan anak.

Gambar 3. Si Kembar Membuat Layang-Layang Bersama Ayah

Setelah layang-layang terbentuk, anak-anak menuliskan impian atau cita-cita mereka pada badan layang-layang tersebut. Tulisan ini adalah bentuk visual dan harapan yang nantinya diharapkan bisa terbang setinggi layang-layang. Beberapa cita-cita dituliskan oleh anak-anak baik kelas 1 maupun kelas 4. Ada yang menuliskan ingin menjadi polisi, tentara, pengusaha, konten creator, bahkan ada pula yang ingin menjadi guru.

Ketika Bu Dian kepala SDN Gajahmungkur 03 menanyakan alasan kenapa memilih cita-cita sebagai guru, anak kelas 1 ini dengan polosnya menjawab “Guru itu baik”. Ada rasa bahagia tersendiri ketika anak-anak menganggap profesi guru adalah profesi yang baik. Semoga semua anak dapat merasakan perjuangan kami bapak ibu guru untuk mereka.

Tibalah saatnya di penghujung pucak kegiatan, layang-layang yang berwarna-warni itu siap diterbangkan untuk menjadi “teplok” alias lampu cantik yang menghiasi langit kota Semarang. Dari kegiatan P5 dapat diambil nilai-nilai penting bahwasanya upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat kita integrasikan dengan penguatan bounding antara orang tua dan anak. Tetaplah berwarna langit Semarangku, langit Indonesiaku.